Why Pay for Entertainment? Access Thousands of Free Downloads Now!

Padang Mangaji

Description
Wakatunyo Kito Mangaji
.
Dakwah melalui media :
.
📲 Facebook : Padang Mangaji
📲 Telegram : t.me/padangmangaji
📞 Info Kajian : t.me/infopadangmangaji
📽 YouTube : Padang Mangaji
🌐 padangmangaji.blogspot.com
Advertising
We recommend to visit

Kita adalah bro and sis sampe surga😾

Last updated 1 month, 1 week ago

Saluran Informasi Palestin

Last updated 25 minutes ago

paid promote: @ppaiidppromote

@masaadepanku

Last updated 1 month, 1 week ago

hace 1 mes, 2 semanas

Dan jika ia mengakhirkan Witirnya hingga akhir shalat malam, maka tidak mengapa, tetapi ia kehilangan (keutamaan) mengikuti imam. Maka yang lebih utama agar ia mengikuti imam untuk Witir bersamanya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

من قام مع الإمام حتى ينصرف ؛ كتب له قيام ليلة

“Barangsiapa shalat bersama imam sampai selesai, niscaya dituliskan (pahala) baginya shalat semalam suntuk.” (Hadits Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah)

فيتابع الإمام، ويوتر معه، ولا يمنع هذا من أن يقوم آخر الليل ويتهجد ما تيسر له. اهـ

Maka ia ikuti imamnya, ia ikut Witir bersamanya, dan yang demikian ini tidak menghalanginya untuk bangun lagi di akhir malam guna bertahajjud semampunya.” (Al-Muntaqa min Fataawaa al-Fawzan (jilid 3, hal. 76, fatwa no.116).

Wallahu'alam

Selengkapnya : https://padangmangaji.blogspot.com/2024/04/shalat-tahajjud-setelah-shalat-tarawih-bagian-4.html

#PadangMangaji
Wakatunyo kito mangaji
.
❀━━━━━━❃❃❃━━━━━━❀

Informasi : https://linktr.ee/padangmangaji

Padang Mangaji

Shalat Tahajjud Setelah Shalat Tarawih. Bagian 4 - Padang Mangaji

hace 1 mes, 2 semanas

📎 SHALAT TAHAJJUD SETELAH SHALAT TARAWIH #4

Oleh : Asy-Syaikh Shalih al-Fawzan hafizhahullah

Pertanyaan :

ما حكم صلاة التراويح وصلاة التهجد ؟

  1. Apa hukumnya shalat Tarawih dan shalat Tahajjud?

وما هو وقت صلاة التهجد ؟ وما عدد ركعاتها ؟

  1. Kapankah waktu shalat Tahajjud ? Dan berapakah jumlah raka’atnya?

وهل يجوز لمن صلى الوتر بعد الانتهاء من التراويح أن يصلي التهجد أم لا ؟

  1. Dan apakah boleh bagi siapa yang sudah shalat Witir setelah selesai dari Tarawihnya, untuk ia shalat Tahajjud, ataukah tidak boleh?

وهل لابد من اتصال صلاة التراويح بصلاة العشاء بأن تكون بعدها مباشرة ، أم أنه يجوز لو اتفق الجماعة على تأخيرها بعد صلاة العشاء ثم تفرقوا وتجمعوا مرة أخرى لصلاة التراويح ؟ أم أن ذلك لا يجوز؟

  1. Dan apakah shalat Tarawih diharuskan bersambung dengan shalat Isya, yaitu dilakukan setelahnya secara langsung, ataukah boleh seandainya ada suatu jama’ah yang bersepakat untuk mengakhirkannya setelah shalat Isya, lalu mereka berpisah dan berkumpul lagi di lain kesempatan untuk mengerjakan shalat Tarawih? Ataukah yang demikian itu tidak boleh?

Jawaban :

أما صلاة التراويح، فإنها سنة مؤكدة، وفعلها بعد صلاة العشاء وراتبتها مباشرة، هذا هو الذي عليه عمل المسلمين.

Adapun shalat Tarawih, maka hukumnya sunnah muakkadah, dan pelaksanaannya adalah setelah shalat Isya dan sunnah rawatibnya (ba’diyyah) secara langsung. Inilah yang menjadi amalan kaum muslimin semenjak dahulu.

أما تأخيرها كما يقول السائل إلى وقت آخر، ثم يأتون إلى المسجد ويصلون التراويح؛ فهذا خلاف ما كان عليه العمل، والفقهاء يذكرون أنها تُفعل بعد صلاة العشاء وراتبتها، فلو أنهم أخروها؛ لا نقول أن هذا محرم، ولكنه خلاف ما كان عليه العمل، وهي تفعل أول الليل، هذا هو الذي عليه العمل.

Adapun mengakhirkannya sebagaimana ditanyakan oleh penanya, sehingga mereka mendatangi masjid dan mengerjakan Tarawih tersebut; maka ini menyelisihi apa yang telah menjadi amalan (muslimin) terdahulu. Para ulama ahli fiqih menyebutkan bahwasanya Tarawih itu dikerjakan segera setelah shalat Isya dan sunnah rawatibnya. Namun seandainya mereka mengakhirkannya, maka tidak kami katakan bahwa ini haram, akan tetapi yang demikian itu menyelisihi apa yang telah menjadi amalan semenjak dulu.

أما التهجد ؛ فإنه سنة أيضًا، وفيه فضل عظيم، وهو قيام الليل بعد النوم، خصوصًا في ثلث الليل الآخر، أو في ثلث الليل بعد نصفه في جوف الليل؛ فهذا فيه فضل عظيم، وثواب كثير، ومن أفضل صلاة التطوع التهجد في الليل، قال تعالى: {إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئاً وَأَقْوَمُ قِيلاً} [المزمل: 6]، واقتداء بالنبي صلى الله عليه وسلم .

Adapun Tahajjud; maka hukumnya juga sunnah, dan padanya terdapat keutamaan yang besar. Dan Tahajjud adalah shalat malam (yang dikerjakan) setelah bangun tidur. Lebih-lebih pada sepertiga malam terakhir, atau setelah pertengahan malam. Padanya terdapat keutamaan besar dan pahala yang banyak. Bahkan termasuk seutama-utama shalat Tathawwu’ (tambahan) yaitu Tahajjud di malam hari.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئاً وَأَقْوَمُ قِيلاً

“Sesungguhnya bangun (shalat) malam itu lebih kuat pengaruhnya dan lebih tepat bacaannya.” (Surah Al-Muzamil 6)

dan termasuk bentuk meneladani Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

ولو أن الإنسان صلى التراويح، وأوتر مع الإمام، ثم قام من الليل وتهجد؛ فلا مانع من ذلك، ولا يعيد الوتر، بل يكفيه الوتر الذي أوتره مع الإمام، ويتهجد من الليل ما يسر الله له،

Dan seandainya seseorang shalat Tarawih, dan ia ikut Witir bersama imamnya, kemudian ia bangun lagi waktu malam dan melakukan Tahajjud; maka tidak ada larangan dari hal tersebut, dan tidak perlu ia mengulangi Witirnya, telah cukup baginya Witir bersama imamnya (tadi), dan ia bertahajjud dari sebagian waktu malam sepanjang apa yang Allah mudahkan.

وإن أخر الوتر إلى آخر صلاة الليل، فلا بأس، لكن تفوته متابعة الإمام، والأفضل أن يتابع الإمام أن يوتر معه؛ لقوله صلى الله عليه وسلم : (( من قام مع الإمام حتى ينصرف ؛ كتب له قيام ليلة )) [ رواه أبو داود في “سننه” (2/51)، وراه الترمذي في “سننه” (3/147، 14، ورواه النسائي في “سننه” (3/83، 84)، ورواه ابن ماجه في “سننه” (1/420، 421)]،

Padang Mangaji

Shalat Tahajjud Setelah Shalat Tarawih. Bagian 4 - Padang Mangaji

hace 1 mes, 2 semanas

📎 SHALAT TAHAJJUD SETELAH SHALAT TARAWIH #3

Oleh : Buya Abdul Hakim bin Amir Abdat

Pertanyaan :

Apakah boleh kita melakukan shalat sunnah tahajjud lagi di sepertiga malam setelah kita melakukan shalat tarawih?

Jawaban :

Ini rancu namanya. Tarawih itu tahajjud. Tahajjud itu termasuk kedalam Qiyamul Lail. Qiyamul lail terdiri dari 2 macam shalat, yaitu shalat tahajjud dan shalat witir. Dibulan Ramadhan kaum musliminin menamakannya dengan Shalat Tarawih yang waktunya dimajukan dan mengamalkan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (mengikuti sunnah Rasululah).

Jadi tidak ada lagi setelah shalat tarawih shalat apapun juga. Kalau antum mau shalat malam, jangan lakukan shalat diawal malam, nanti saja sendirian shalat dirumah. Kalau sudah berjamaah dimasjid, tidak ada lagi shalat (apapun). Mana ada sahabat mengerjakannya lagi setelah itu. Tidak ada.

Wallahu'alam

Selengkapnya : https://padangmangaji.blogspot.com/2024/04/shalat-tahajjud-setelah-shalat-tarawih-bagian-3.html

#PadangMangaji
Wakatunyo kito mangaji
.
❀━━━━━━❃❃❃━━━━━━❀

Informasi : https://linktr.ee/padangmangaji

Padang Mangaji

Shalat Tahajjud Setelah Shalat Tarawih. Bagian 3 - Padang Mangaji

hace 1 mes, 3 semanas

📎 SAFAR UNTUK MELAKUKAN ITIKAF

Syaikh Al-Allamah Shalih bin Muhammad Al-Luhaidan hafizhahullah ditanya,

ما حكم السفر للإعتكاف في مسجد غير المساجد الثلاث؟

Apa hukum safar untuk melakukan itikaf di suatu masjid selain dari tiga masjid?

Beliau menjawab :

لا يجوز شد الرحل للاعتكاف إلا للمسجد الحرام أو المسجد النبوي أو المسجد الأقصى
ولا يجوز شد الرحل لما عداها من المساجد.

Tidak boleh mempersiapkan kendaraan (untuk Safar) selain kepada Masjid al-Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsha. Dan tidak boleh mempersiapkan kendaraan (Safar) selain dari tiga masjid.

Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah al-Jabiry hafizhahullah juga ditanya,

Semoga Allah memberkahi anda wahai syaikh kami. Dan ini adalah pertanyaan ke tujuh. Seorang penanya dari Mesir berkata : Suamiku orang awam dan saya di atas manhaj salafy, kami tinggal di kota Kairo. Saya menawarkan padanya untuk saya beri’tikaf di daerah lain di sisi seorang Syaikh di atas manhaj ini, yakni di daerah yang namanya Kafar. Wahai syaikh, apakah kepergian kami ke tempat tersebut untuk i’tikaf itu termasuk mempersiapkan perjalanan (yang terlarang) ?

Maka beliau menjawab :

Ini bukan jalannya salaf, ini termasuk syaddurrihal (yang terlarang). Maka beri’tikaflah jika engkau mampu, diijinkan suamimu dan tidak terluput satu maslahat, maka beri’tikaflah sesuai keinginanmu. Kalau tidak demikian, maka shalatlah dirumah, i’tikaf itu hukumnya sunnah, tidak wajib hukumnya kecuali dengan nadzar. Janganlah engkau melanggar perintah suamimu dalam perkara ini wahai putriku.

Berlaku benar dan luruslah bersama suamimu, perlakukanlah dia dengan halus dan lembut, tunaikanlah hak-hak dia atasmu, mudah-mudahan engkau menjadi sebab dia insya Allah menerima manhaj salafy. Kemudian in sya Allah dia menjadi penuntut ilmu setelah itu yang membantu dirimu.

Wallahu'alam

Selengkapnya : https://padangmangaji.blogspot.com/2024/03/safar-untuk-melakukan-itikaf.html

#PadangMangaji
Wakatunyo kito mangaji
.
❀━━━━━━❃❃❃━━━━━━❀

Informasi : https://linktr.ee/padangmangaji

Padang Mangaji

Safar Untuk Melakukan Itikaf - Padang Mangaji

hace 1 mes, 3 semanas

Apabila memungkinkan menjawab selainnya, seperti jika rumahmu berada di tengah-tengah antara dua masjid, yang satu adzannya sesuai sunnah dan yang lain adzannya terdapat lahn, maka jawablah adzan yang SESUAI SUNAH jika hal tersebut mampu dilakukan.”

Wallahu'alam

Selengkapnya : https://padangmangaji.blogspot.com/2024/03/hukum-melagukan-adzan.html

#PadangMangaji
Wakatunyo kito mangaji
.
❀━━━━━━❃❃❃━━━━━━❀

Informasi : https://linktr.ee/padangmangaji

Padang Mangaji

Hukum Melagukan Adzan - Padang Mangaji

hace 1 mes, 3 semanas

📎 HUKUM MELAGUKAN ADZAN

Buya Abu Yahya Badrussalam menuliskan bahwa talbis iblis kepada mereka dalam adzan

ومن ذلك التلحين فى الأذان

Diantaranya yaitu talhiyn dalam adzan, yaitu melagu-lagukan adzan.

وقدكر هه مالك بن أنس و غير ه من العلماء كرا هية شديدة لأنه يخر جه عن موضع التعظيم إلى مشا بة الغناء

Imam Malik bin Anas memakruhkannya dengan makruh yang sangat demikian pula dengan para Ulama lainnya. Karena itu lebih menyerupai lagu, (bahkan Umar bin Abdul Aziz mengancam muadzinnya yang melagukan adzan untuk dipecat)

و من أنهم يخلطون أذان الفجر بالتذ كير والتسبيح و المو اعظ ويجعلون الأذان و سطا فيختلط . وقد كره العلماء كل م يضاف إلى الأذان

Diantara mereka juga ada yang mencampurkan adzan subuh dengan tasbih, memberikan nasehat, kemudian menjadikan adzan itu tengah-tengah. Padahal para Ulama telah memakruhkan semua yang ditambahkan kepada adzan.

وقد ر أينا من يقوم بالليل كثيراً على المنارة فيعظ ويذكر . و منهم من يقرأ سور اً من القر آن بصوت مر تفع فيمنع الناس من نو مهم ويخلط على المتهجد ين قراءتهم وكل ذلك من المنكرات

Dan kami telah melihat, ada orang yang naik ke menara masjid, lalu ia membaca surat Al Qur’an dengan suara yang keras, sehingga akhirnya mengganggu orang-orang yang sedang tidur dan mengganggu orang-orang yang sedang tahajud, semua ini termasuk kemungkaran, kata Beliau.

(Al Muntaqo Annafis Min Talbis Iblis)

Subhanallah, yang Beliau ceritakan itu, kita lihat juga di zaman sekarang, dan ternyata bid’ah seperti ini sudah ada di zaman Al Imam Ibnul Jauzi yang wafat tahun 597 Hijriyah.

Syaikh Muhammad bin Saleh al 'Utsaimin rahimahullahu Ta'ala ditanya tentang bolehkah melagukan adzan?

هذا السائل يقول: هل يجوز التغني في الأذان؟

Beliau menjawab :

إذا كان التغني يغير المعنى فلا يجوز، وإن كان لا يغيره فهو مكروه، والذي ينبغي هو أداء الأذان على حسب ما تقتضيه اللغة العربية. نعم.
“Jika dengan melagukan azan akan merubah makna, maka tidak boleh. Namun jika dengan melagukannya tidak merubah makna dari lafal azan, maka hukumnya makruh (dibenci). Maka, perkara yang semestinya adalah melakukan azan sesuai yang dikehendaki bahasa arab. Na'am.” (Fatawa Nurun 'Ala ad Darb 350)

Syaikh Muqbil Rahimahumullah juga ditanya tentang apa hukum melagukan adzan?

ما حكم التغني بالأذان ؟

Beliau menjawab :

التغنبي بالأذان تحسين الصوت لا بأس به لكن التمطيط ليس بمشروع ، وربما أدى إلى السخرية .
فيؤذن على حسب طبيعته ، ولا يتجاوز القواعد التجويدية والله المستعان .
من شريط ( أسئلة المدينة )

"Melagukan adzan (dalam artian) membaguskan suara maka tidak mengapa. Akan tetapi terlalu memanjang-manjangkan maka tidak disyariatkan. Boleh jadi bisa mengantarkan kepada perbuatan mengolok-olok. (Disadari maupun tidak, wallahu a'lam)

Maka hendaknya mengumandangkan adzan sesuai tabiatnya. Dan janganlah melebihi kaidah-kaidah ilmu tajwid. Hanya Allah-lah tempat meminta pertolongan.” (Sumber : Kaset Al As'ilah Almadinah)

Lalu, bagaimana dengan hukum menjawab adzan dengan metode tersebut (yaitu melagukan adzan).

Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiry hafidzahullah ditanya apa hukum menjawab adzan seorang muadzin yang terjadi LAHN (kesalahan dalam pelafadzan) pada adzannya atau dia melagukan adzannya yang menjadikan terjadinya lahn?

ما حكم إجابة المؤذِّن الذي يَلْحَن في أذانه أو يُلحِّنه؟

Beliau menjawab :

بَقِيَت متابعة هذا المؤذِّن؛ لا أرى مانعًا من ذلك - إن شاء الله تعالى -، لاسيما إن كان هو المسجد الذي حولك، ولا يمكنك أن تتابعي غيره، أمَّا إذا أَمْكَنكِ متابعة غيره كأن يكون دارك بين مسجديْن أحدهما أذانه على السُّنة والآخر أذانه مُلحَّن ومَلْحون فيه، فتابعي صاحب السُّنة إن قدرتِ على ذلك، والله أعلم.

“Tinggal permasalahan mengikuti apa yang dikumandangkan oleh muadzin (menjawab adzan), maka aku tidak memandang akan dilarangnya menjawab adzan tersebut.

Apalagi jika masjid yang memiliki adzan yang terdapat lahn itu ada di sekitarmu, dan tidak memungkinkan untuk menjawab apa yang dikumandangkan masjid selainny.

Padang Mangaji

Hukum Melagukan Adzan - Padang Mangaji

hace 2 meses

"Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab, maka Beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, Beliau meminum seteguk air.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi, dikatakan hasan shahih oleh al-Albani).

Dari sini kita sudah menebak alasan yang sama anjuran makan Kurma pada buka harian dengan anjuran makan kurma pada penghujung bulan Ramadhan pada waktu hari raya Iedul Fitri ada hikmah yang sama yang bisa diqiyaskan dalam masalah ini.

Kemudian Khusnuzhon saya kepada para mubaligh yang menyampai berbuka dengan yang manis-manis pada waktu zaman kecilnya saya adalah Kurma pada waktu itu adalah barang mewah bagi penduduk kampung seperti umumnya masyarakat kami, kalaupun sempat makan kurma, maka kualitas kurmanya adalah yang level bawah, mungkin karena ekonomi dulu tidak sebaik sekarang atau kran impor dari Timur tengah untuk mendatangkan kurma masih kesulitan tidak seperti zaman sekarang - wallahu a'lam-. Kalau zaman sekarang, kurma dengan kualitas-kualitas premium mudah didapat dengan harga yang mungkin hampir sama persis di negara asalnya, karena mudahnya mengimpor dalam skala besar.

Karena sudah terdesain untuk berbuka dengan yang manis-manis, maka "enyonge" sebagaimana kebiasaan masyarakat di kota kami buka puasanya dengan teh hangat manis, kalau ada rejeki ditambah kolak pisang atau singkong yang manis juga, sekalipun biasanya kurma tetap tersaji untuk ngalap berkahnya juga. Wallahu A'lam.

Wallahu'alam

Selengkapnya : https://padangmangaji.blogspot.com/2024/03/berbuka-dengan-yang-manis-manis.html

#PadangMangaji
Wakatunyo kito mangaji
.
❀━━━━━━❃❃❃━━━━━━❀

Informasi : https://linktr.ee/padangmangaji

Padang Mangaji

Berbuka Dengan Yang Manis - Manis - Padang Mangaji

hace 2 meses

📎 BERBUKA DENGAN YANG MANIS-MANIS

Oleh : Buya Sa'id Neno Triyono

Kalimat ini waktu saya kecil sering diucapkan oleh para mubaligh, sebelum kemudian dinasabkan kepada iklan produk-produk sirup dan minuman pada saat bulan Ramadhan.

Memang benar itu bukan teks lafazh hadits, jika dicari dalam kitab hadits bahkan yang palsu pun sampai lebaran kuda tidak bakal ketemu.

Beberapa tahun yang lalu saat membaca buku, maka ada sisi kenapa ucapan tersebut populer pada waktu saya kecil, hanya saja waktu itu kelupaan menulis faedah dari apa yang saya baca.

Bagi para pelajar tentunya sudah terbiasa dengan pembahasan mengenai dasar hukum syariat selain dari Al Qur'an dan al-Hadits, disana ada juga qiyas dan selainnya bahkan para Aimah mazhab juga berdalil tidak hanya menggunakan fatwa sahabat tapi juga tabi'in, karena bagaimanapun juga para tabi'in masih berpegang dan berkomitmen dengan syariat dan terhitung sebagai generasi terbaik setelah para sahabat dari kalangan umat ini.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa salah satu adab pada saat hari raya Iedul Fitri adalah makan terlebih dahulu sebelum berangkat sholat Ied, kemudian para ulama hadits dengan sanadnya menukil kepada kita jenis makanan apa yang biasanya disantap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebelum berangkat sholat Ied, misalnya al-Imam Bukhari dalam "Shahihnya" (no. 953) meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ.
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam biasanya tidak sarapan pada hari Iedul Fitri hingga makan beberapa kurma (terlebih dahulu)."

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam "Fathul Barinya" mencoba menyingkap hikmah mengapa Nabi memilih Kurma untuk sarapannya dibandingkan makanan lain, kata beliau :

والحكمة في استحباب التمر لما في الحلو من تقوية البصر الذي يضعفه الصوم، ولأن الحلو مما يوافق الإيمان ....، ومن ثم استحب بعض التابعين أنه يفطر على الحلو مطلقا كالعسل رواه ابن أبي شيبة عن معاوية بن قرة وابن سيرين وغيرهما

"Hikmah dianjurkannya makan Kurma adalah karena rasa manisnya yang dapat menguatkan badan yang sebelumnya lemah karena puasa dan manis itu sesuai dengan rasa keimanan...., Dari sinilah sebagian Tabi'in menganjurkan BERBUKA DENGAN YANG MANIS SECARA MUTLAK, seperti Madu sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Mu'awiyyah bin Qurrah dan Ibnu Siriin serta selain keduanya."

Lantas saya pun langsung membuka kitab al-Mushonaf Ibnu Abi Syaibah (cet. Maktabah ar-Rusydi) diriwayatkan disana bahwa Muawiyyah ketika ditanya rekannya makanan apa yang biasanya dimakan sebelum berangkat sholat Ied, beliau rahimahullah menjawab (no. 5585) :

لَعِقْتُ لَعْقَةً مِنْ عَسَلٍ

"aku ndulit (bs. Jawa) se-dulit-an Madu."

Sementara riwayat dari Ibnu Siriin rahimahullah dalam kitab diatas, dituturkan oleh Ibnu 'Aun yang berkata :

كَانَ ابْنُ سِيرِينَ، يُؤْتَى فِي الْعِيدَيْنِ بِفَالُوذَجٍ، فَكَانَ يَأْكُلُ مِنْهُ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ

"biasanya Ibnu Sirin dihidangkan pada dua hari raya Faluudzaj, lalu beliau memakannya sebelum berangkat (sholat Ied)."

Maksud Al Hafizh diatas adalah bahwa para Tabi'in memahami bahwa kebiasaan Nabi makan Kurma sebelum berangkat sholat Iedul Fitri untuk menunjukkan Beliau berbuka pada hari raya adalah dengan sesuatu yang manis, oleh sebab itu sebagian Tabi'in tadi berbukanya pun dengan yang manis-manis seperti madu atau Faluudzaj yaitu kue yang biasa dibuat orang Arab yang salah satu komposisinya ada madunya juga, yang menunjukkan itu adalah kue manis.

Pun dengan sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ketika berbuka puasa harian selama bulan Ramadhan, Beliau biasanya berbuka dengan Kurma. Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu anhu :

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Padang Mangaji

Berbuka Dengan Yang Manis - Manis - Padang Mangaji

hace 2 meses

📎 MENGANGKAT KEDUA TANGAN KETIKA MEMBACA DOA QUNUT

Al-Allamah Al-Albany rahimahullah berkata,

ورفع اليدين في قنوت النازلة ثبت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم في دعائه على المشركين الذين قتلوا السبعين قارئا .

أخرجه الإمام أحمد (3/137 ) والطبراني في الصغير (ص 111) من حديث أنس بسند صحيح ،

"Mengangkat kedua tangan ketika qunut nazilah adalah shahih riwayatnya dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam ketika mendoakan kejelekan bagi musyrikin yang telah membunuh tujuh puluh penghafal Al-Qur'an." (Hadits Riwayat Imam Ahmad 3/137 dan At- Thabrani di dalam As-Shaghir hal 111 dari Hadits Anas dengan sanad shahih)

وثبت مثله عن عمر وغيره في قنوت الوتر ، وأما مسحهما بالوجه في القنوت فلم يرد مطلقا لاعنه صلى الله عليه وسلم ، ولا عن أحد من أصحابه ، فهو بدعة بلا شك (إرواء الغليل (2 / 181 )

Dan juga telah shahih riwayat semisalnya dari Umar dan yang lainnya pada qunut witir, adapun mengusapkan kedua tangan ke wajah ketika qunut tidak ada riwayatnya sama sekali, baik dari beliau shalallahu alaihi wasallam ataupun dari para sahabat, maka tidak diragukan lagi bahwa mengusapkan kedua tangan ke wajah adalah bid'ah." (Irwa'ul Ghalil 2/181)

Wallahu'alam

#PadangMangaji
Wakatunyo kito mangaji
.
❀━━━━━━❃❃❃━━━━━━❀

Informasi : https://linktr.ee/padangmangaji

hace 2 meses

📎 TERTINGGAL SHALAT MAGRIB BERJAMAAH KARENA BERBUKA PUASA

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata,

ﻭﻫﻨﺎ ﺃﻣﺮ ﻳﺠﺐ اﻟﺘﻨﺒﻴﺔ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﺑﻌﺾ اﻟﻨﺎﺱ ﻗﺪ ﻳﺠﻠﺲ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﺋﺪﺓ ﺇﻓﻄﺎﺭﻩ ﻭﻳﺘﻌﺸﻰ ﻭﻳﺘﺮﻙ ﺻﻼﺓ اﻟﻤﻐﺮﺏ ﻣﻊ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ

Pada kesempatan ini, ada satu perkara yang wajib diingatkan, yaitu :

(Kebiasaan) sebagian orang yang duduk di meja makannya untuk berbuka dan langsung makan malam sehingga dia meninggalkan shalat Magrib berjamaah di masjid.

ﻓﻴﺮﺗﻜﺐ ﺑﺬﻟﻚ ﺧﻄﺄ ﻋﻈﻴﻤﺎ، ﻭﻫﻮ اﻟﺘﺄﺧﺮ ﻋﻦ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻭﻳﻔﻮﺕ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﺛﻮاﺑﺎ ﻋﻈﻴﻤﺎ، ﻭﻳﻌﺮﺿﻬﺎ ﻟﻠﻌﻘﻮﺑﺔ

Dengan demikian, dia terjatuh pada kesalahan besar, antara lain tertinggal shalat berjamaah di masjid, terluput dari pahala yang besar, dan menyebabkan dirinya sendiri (terancam) dengan hukuman (dari Allah Subhanahu wa Ta'ala)

ﻭاﻟﻤﺸﺮﻭﻉ ﻟﻠﺼﺎﺋﻢ ﺃﻥ ﻳﻔﻄﺮ ﺃﻭﻻ، ﺛﻢ ﻳﺬﻫﺐ ﻟﻠﺼﻼﺓ، ﺛﻢ ﻳﺘﻌﺸﻰ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ

Oleh karena itu, disyariatkan bagi orang yang berpuasa untuk berbuka dahulu (sekadar membatalkan puasanya, -pent.). Kemudian, dia pergi menunaikan shalat berjamaah (di masjid). Setelah itu, baru dia makan malam.

(Al-Mulakhkhash al-Fiqhi 1/381)

Wallahu'alam

#PadangMangaji
Wakatunyo kito mangaji
.
❀━━━━━━❃❃❃━━━━━━❀

Informasi : https://linktr.ee/padangmangaji

We recommend to visit

Kita adalah bro and sis sampe surga😾

Last updated 1 month, 1 week ago

Saluran Informasi Palestin

Last updated 25 minutes ago

paid promote: @ppaiidppromote

@masaadepanku

Last updated 1 month, 1 week ago