sekarang hanya kenangan dan bayang-bayangmu yang menemaniku. rasanya hampa. Benar-benar hampa. bahkan tak jarang aku merasa kenangan bersamamu mencecikku perlahan ditengah malam.

sastra, aku menyesal. aku menyesal karena belum sempat mengucapkan bahwa aku mencintaimu. apakah jika sekarang aku mengucapkannya kamu masih bisa mendengarnya? apakah jika saat ini aku mengatakannya kamu bisa merasakan perasaanku yang sesungguhnya?

terkadang, aku ga habis pikir denganmu yang punya seribu satu cara untuk membuat orang-orang tertawa, kamu seakan datang dengan mendekap bahagia untuk disebar kepada sesama.

sastra, aku merasa dunia nggak adil buat kamu. Merasa dunia begitu jahat buat orang sepertimu. kamu tulus menyampaikan rasa sayang untuk orang-orang disekitarmu. Kamu selalu mengusahakan yang terbaik untuk mereka.

aku suka melihat binar di kedua matamu saat kamu tersenyum. Senyummu yang cerah dan menawan terasa begitu tulus. tawamu selalu terdengar begitu bahagia, membuat hatiku dijalari hangat seakan diajak untuk menikmati bahagia bersama.

Dear Sastra,
rasanya baru kemarin aku tertawa melihat segala tingkahmu yang menurutku lucu, baru kemarin aku berandai-andai akhir bahagia seperti apa yang akan kita temui di akhir cerita.

terlihat kau bahagia bersama yang baru dan melupakan anak yang dulunya kau sayangi

mengapa kau meninggalkan ku ibu dan adik saat kami sedang membutuhkan mu?