WAHAI MAKMUM, PERHATIKAN INI

◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Si'di rahimahullah berkata:

فإنما جعل الإمام ليؤتم به. فإذا كبّر كبّر من وراءه، وإذا ركع وسجد ورفع تبعه من بعده. وينهى عن موافقته في أفعال الصلاة.

Hanya saja dijadikan imam untuk diikuti. Jika imam bertakbir, maka bertakbir pula siapa saja di belakangnya. Dan jika imam rukuk, sujud atau bangkit, maka makmum mengikutinya. Dan dilarang (bagi makmum) bersamaan dengan imam dalam gerakan-gerakan shalat.

وأما مسابقة الإمام، والتقدم عليه في ركوع أو سجود أو خفض أو رفع، فإن ذلك حرام، مبطل الصلاة.

Adapun mendahului imam, mendahului ketika rukuk, sujud, turun atau bangkit, maka hal itu adalah haram, dan membatalkan shalat.

فيؤمر المأمومون بالاقتداء بإمامهم، وينهون عن الموافقة والمسابقة والتخلّف الكثير.

Maka makmum diperintahkan untuk mengikuti imam-imam mereka, dan mereka dilarang dari sama gerakan dengan imam atau mendahului imam atau tertinggal banyak dari gerakan-gerakan imam.

ٍ🌐 Sumber:

▪️ Bahjah Quluubil Abraar, 63

Catatan:

▪️Sama gerakan makmum dengan imam hukumnya makhruh, tidak membatalkan shalat.
▪️Mendahului imam atau tertinggal banyak dari gerakan imam hukumnya haram, membatalkan shalat.

◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️
Lhokseumawe, 24 Rabi'ul Akhir 1446 H

Ikuti & Bagikan: https://t.me/membina_memurnikan

AHLUSSUNNAH MEMILIKI METODE DALAM MEMBID'AHKAN

◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️

Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali rahimahullah berkata:

(منهج أهل السنة في التبديع)

منهج أهل السنة والجماعة ليس كل من وقع في بدعة يسمى مبتدعاً.

(Metode Ahlus Sunnah dalam Menganggap Seseorang sebagai Ahli Bid'ah)

Metode Ahlus Sunnah wal Jamaah bukanlah setiap orang yang melakukan bid'ah langsung disebut sebagai ahli bid'ah.

‏(من العلماء من وقعوا في بدعة من حيث لايشعرون)

فمثل هؤلاء في الأمور الخفية يكون له فيها مستند يرى أنه شرعي، هذا لا يبدع، لكن الذي يقول بخلق القرآن واضح مبتدع الذي يقول بالقدر بدعة كبرى مبتدع الذي يقول بالرفض مبتدع، الأمور الكبيرة.

(Di antara para ulama ada yang terjatuh dalam bid'ah tanpa mereka sadari)

Bagi orang-orang seperti ini dalam hal-hal yang samar, mereka memiliki landasan yang mereka anggap syar'i. Mereka tidak dianggap sebagai ahli bid'ah. Namun, orang yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk jelas merupakan ahli bid'ah. Orang yang mengatakan tentang qadar dengan pemahaman bid'ah besar, dia adalah ahli bid'ah. Orang yang mendukung pemahaman Rafidhah (Syiah) juga ahli bid'ah. Ini semua termasuk masalah besar.

‏(الذي يريد السنة ثم وقع في بدعة دون قصد)

أما الأمور الخفية يقع فيها الإنسان من حيث لا يشعر وهو يريد السنة قاصداً لها داعياً إليها، هذا لا يبدع؛ فإن كثيراً من الأئمة قد وقعوا في شيئ من هذا فلا يبدعون، فهذا هو القول الفصل.

(Orang yang menginginkan sunnah tetapi terjatuh dalam bid'ah tanpa sengaja)

Adapun dalam hal-hal yang samar, seseorang bisa terjatuh tanpa menyadarinya, padahal niatnya adalah mengikuti sunnah dan ia mendakwahkannya. Orang ini tidak dianggap sebagai ahli bid'ah. Banyak dari para imam yang terjatuh dalam hal semacam ini, dan mereka tidak dianggap sebagai ahli bid'ah. Inilah pendapat yang benar dan tegas.

ٍ🌐 Sumber:

▪️ Al-Majmuu', 15/207-208
▪️X: درر الشيخ ربيع المدخلي

✍️ Ahli bahasa:
Al-Ustadz Abdul Alim hafizahullah (Pengajar Ma'had An-Nashihah, Cepu)

◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️
Pangkalan Susu, 16 Rabi'ul Awwal 1446 H

Ikuti & Bagikan: https://t.me/membina_memurnikan

MENJAGA LISAN AKAN MENJADI SEBAB MUDAHNYA MENGUCAPKAN SYAHADAT KETIKA AJAL TIBA

◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️

Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:

فمن حفظ لسانه لأجل الله تعالى في الدنيا، أطلق الله لسانه بالشهادة عند الموت ولقاء الله تعالى.

Barangsiapa yang menjaga lisannya karena Allah ta'ala di dunia, maka Allah akan membebaskan lisannya untuk mengucapkan syahadat ketika kematian dan pertemuaan dengan Allah ta'ala.

ومن سرّح لسانه في أعراض المسلمين، واتبع عوراتهم، أمسك الله لسانه عن الشهادة عند الموت.

Dan barangsiapa yang melepaskan (tidak menjaga) lisannya pada kehormatan-kehormatan kaum muslimin, dan (senantiasa) mengikuti aurat-aurat (aib-aib) mereka, maka Allah akan menahan lisannya dari mengucapkan syahadat ketika kematiannya.

ٍ🌐 Sumber:

▪️ Bahru Ad-Dumuu', 124
▪️ X: @aqwal_ahl_alelm

◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️
Pangkalan Susu, 12 Rabi'ul Akhir 1446 H

Ikuti & Bagikan: https://t.me/membina_memurnikan

FATWA FIKIH 4️⃣ Ketika imam salah pada bacaannya. ◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️️ Soal: Pada suatu malam, aku mengambil Al-Qur'an bertujuan untuk mengikuti imam saat shalat tarawih. Maka aku mendapati kesalahan (pada bacaan imam), lalu aku benarkan. Akan tetapi…

Ketiga : Simulasi-simulasi harus dilakukan. Artinya, setiap yang ingin menikah diberi gambaran kehidupan berumahtangga, seperti apa? Masalah yang biasa muncul? Problem yang sering timbul?

Disertakan juga cara dan solusi saat menghadapi hal tersebut. Sehingga, ketika betul-betul terjadi, ia tak lagi kaget dan tidak bingung.

Simulasikan jika ada problem: ekonomi, mengatur keuangan, tempat tinggal, sikap terhadap orang tua dan mertua, relasi ipar dan keluarga besar, konsekuensi hidup bertetangga, dan lain sebagainya. Bagaimana memposisikan diri?

Simulasikan juga tentang : hak yang tak terpenuhi, salah paham, berbeda pandangan, hobi dan kebiasaan yang tidak sama, kegiatan sehari-hari dan yang semisal. Bagaimana langkah untuk bersikap?

Simulasikan, jangan lupa, jika besok sudah memiliki anak. Mulai dari masa-masa kehamilan, melahirkan, menyusui, sampai anak remaja. Tak hanya satu, bisa jadi banyak anak. Bagaimana orang tua mendidik?

Simulasi-simulasi semacam ini sudah ada sejak zaman Salaf. Ketika anak masuk ke jenjang rumah tangga, orang tua akan memberikan wasiat dan pesan.

Seperti simulasi Abul Aswad kepada putrinya di hari pernikahannya, "...wahai putriku, jangan banyak mengeluh, karena akan menghilangkan rasa cinta..."

Juga simulasi seorang ibu, Umamah bintu Al Harits, untuk putrinya saat menikah, "...hati-hati, saat suami sedang susah, jangan justru menampakkan kegembiraan. Sebagaimana saat suami sedang gembira, jangan memperlihatkan kesedihan..."

Al Bukhari membuat satu judul dalam Sahih-nya, " Nasehat seorang ayah untuk putrinya saat menikah ".

Kesimpulannya? Untuk berumahtangga harus disiapkan sebaik-baiknya. Harus siap secara fisik, psikis, keilmuan, dan ekonomi. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendampingi.

Lendah, 23 Agustus 2024

http://t.me/anakmudadansalaf

(287)

Fenomena Cerai Muda

Ternyata bukan hanya praduga!

Baik Kemenag maupun BKKBN sebagai pihak yang menangani, menyatakan kasus perceraian di Indonesia sangat tinggi. Mulai tahun 2022, jumlah perceraian di Indonesia mencapai setengah juta kasus per tahun.

Tahun 2022 sendiri, setiap hari ada rata-rata 1.400 perceraian untuk 516 ribu kasus per tahun.

Badan Pusat Statistik di tahun 2023, menyebut 5 faktor terbesar untuk kasus perceraian, yaitu pertengkaran terus menerus, ekonomi, meninggalkan salah satu pihak, kekerasan dalam rumah tangga, dan mabuk.

Masih banyak faktor lainnya!

Data resmi yang dirilis Kementerian Agama Republik Indonesia menyebut; 80 persen perceraian terjadi pada usia perkawinan di bawah 5 tahun.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Fakta ini tentu pahit dan menyedihkan! Kali ini kita tidak menyinggung cara atau langkah yang ditempuh jika telah terjadi perceraian.

Fokus tulisan ini pada langkah preventif dan antisipasi supaya fenomena cerai muda tidak bertambah parah.

Apalagi, fenomena cerai muda sudah menjalar kalangan kaum Ngaji, kaum santri. Ah, betapa sedihnya hati ini!

Supaya tidak menambah pedih, tidak dibahas yang sudah-sudah, apalagi mencari siapa yang salah?

Dari semua faktor penyebab perceraian di usia muda, bisa ditarik satu kata kunci, yaitu : belum adanya kesiapan untuk menikah. Aspek usia seks lebih dominan dibandingkan aspek pengetahuan.

Berikut ini 3 hal yang perlu diperhatikan:

Pertama : Prinsip dan karakteristik kaum Ngaji adalah al 'ilmu qablal qauli wal 'amal. Sebelum bicara, sebelum berbuat, harus punya ilmu terlebih dahulu!

Jangan melangkah, kecuali Anda sudah memiliki pengetahuan yang cukup.

Al Imam Al Bukhari membuat satu bab berjudul : Harus berilmu, sebelum berbicara dan berbuat

Al Buhuti (wafat 1051 H) menulis, " Sebagian ulama menukil ijma' tentang seorang mukallaf tidak boleh melakukan sesuatu sampai ia mengetahui hukum Allah tentangnya" (Kasyaful Qina', 3/145)

Setiap yang akan menikah, mestinya diberi edukasi dan pembelajaran tentang: hukum menikah, visi misi dan tujuan, hak dan kewajiban masing-masing, dan hal-hal yang terkait.

Berumahtangga adalah aktivitas ibadah berskala panjang, jauh ke depan, bahkan hingga ke akhirat. Tak hanya di dunia. Pastinya bekal ilmu harus banyak. Ilmu tentang hidup berumahtangga tentu.

Hal ini dapat diberikan melalui kajian umum, maupun kajian khusus bertemakan rumahtangga. Bisa juga melalui belajar secara private kepada seorang guru.

Kitab-kitab fiqih terkait rumahtangga sangat banyak!

Kedua : Komunikasi! Perceraian di usia muda seringkali disebabkan alasan kecil dan sebab yang remeh.

Ketidakmampuan berkomunikasi membuat hal kecil menjadi besar, ringan menjadi berat, dan urusan sepele akhirnya panjang lebar.

Silent treatment banyak dipilih pasangan muda. Diam dan tidak mau bicara. Dipendam, ditahan, disimpan, ditumpuk, lalu meledak.

Tidak mau terbuka dan sebisa mungkin ditutupi. Sementara, masalah terus bergulir dan dia tidak mampu mengelola perasaan. Akhirnya, berujung crash. Hancur lebur dalam sekejap.

Kenapa hal itu terjadi? Tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

Oleh sebab itu, orang tua maupun pendidik harus membantu setiap anak untuk mampu mengkomunikasikan apa yang ia inginkan, tentang apa yang ia rasakan.

Orang tua maupun pendidik harus bisa melatih anak agar bisa menerima komunikasi dari orang lain. Sebagai obyek maupun subjek, anak harus dibiasakan komunikatif.

Harapannya; setelah ia berumahtangga, tidak lagi kaku dalam komunikasi. Ia tidak kemudian canggung berkompromi. Dan ia luwes saat mengutarakan isi hati.

Rasulullah ﷺ selalu menjaga komunikasi dengan istri-istrinya. Al Bukhari 5211 dan Muslim 2445 meriwayatkan:

إذَا كانَ باللَّيْلِ، سَارَ مع عَائِشَةَ يَتَحَدَّثُ معهَا

" Jika sudah malam hari, Beliau berjalan bersama Aisyah sambil berbincang-bincang "

Subhanallah! Metode komunikasi yang istimewa. Sambil berjalan-jalan, dalam suasana menyenangkan, ada komunikasi antara suami dan istri.

PEMBAHASAN AKHLAK 2️⃣ Hukum kencing dalam keadaan berdiri. ◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️◽◼️ Soal: Apa hukumnya kencing dalam keadaan berdiri? Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjawab: ﻻ ﺣﺮﺝ ﻓﻲ اﻟﺒﻮﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎ، ﻭﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﻋﻨﺪ اﻟﺤﺎﺟﺔ ﺇﻟﻴﻪ. Tidak mengapa kencing…

Bismillah..

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ahabbati Fillah, beberapa hari yang lalu kami melakukan kesalahan, dengan menerjemahkan beberapa postingan yang dimuat di Chanel https://t.me/Hadithowners.

Setelah kami ikuti beberapa hari ini, kami mendapati ada sedikit keanehan pada Chanel tersebut.

Di antara keanehannya adalah:
1️⃣ Menuduh Syaikh Albani sebagai murji'ah.
2️⃣ Kami tidak mendapati penukilan Chanel tersebut, dari para masyaikh yang masyhur di kalangan salafiyyin pada masa ini.
3️⃣ Kami sempat melakukan dialog dengan akun bot dari Chanel tersebut, di sana ia menyampaikan untuk tidak membaca kitab-kitab pada masa ini, ia menyarankan untuk menyibukkan dengan kitab-kitab orang terdahulu. Hal tersebut diungkapkan setelah kami bertanya mengenai Syaikh Albani, Syaikh Ibn Baz, dan Syaikh Al-Utsaimin.

Dengan tiga pertimbangan di atas, maka kami pun menarik dua postingan kami yang menerjemahkan postingan dari Chanel tersebut.

Dengan tulisan ini, kami pun berlepas diri dari Chanel tersebut, dan bertaubat kepada Allah atas kesalahan-kesalahan kami.

Wa billahit Taufiq.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

✍️ Admin