Telegram adalah sebuah ide tentang kebebasan dan privasi, memiliki banyak fitur yang mudah digunakan.
Last updated 4 months ago
COPAS/REPOST WITHOUT CR? DENDA 500k.
join : https://t.me/bulolwithyuchat
promosi berbayar chat : @ofcbulolwithyu
laporan/kritsar/izin : @binimarkrobot
Request di @hatersrbot
Last updated 1 month ago
Drama Korea Sub Indonesia.
Update 1 Season tiap hari.
Paid Promote @sultankhilaf
grup
@drakor_dramakorea_indo
Ikuti saluran Drakor Drama Korea Sub Indo di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VakqKxXCHDyeALNv2m2q
Last updated 1 day, 23 hours ago
"Jejak yang Kau Tinggalkan"
Aku tak pernah memintamu untuk kembali. Aku tak berharap pada keajaiban yang akan mengembalikan waktu, tak menginginkan janji-janji yang kini hanya bayangan hampa. Aku tahu segalanya telah berubah, terlalu jauh untuk diperbaiki, terlalu dalam untuk diulang. Tapi ada hal yang tak bisa kau abaikan, sebuah kenyataan yang tetap berdiri di antara kita "kau harus tanggung jawab atas apa yang telah terjadi"
Kisah ini bukan hanya tentang perasaan yang hilang atau hubungan yang retak. Ini tentang jejak yang kau tinggalkan, luka yang tak hanya menjadi milikku seorang. Apa yang kita lalui dulu, apa yang pernah kita bagi, adalah sesuatu yang nyata, bukan sekadar ilusi yang bisa kau lupakan begitu saja.
Aku tak meminta maaf yang basa-basi, tak menginginkan simpati tanpa makna. Yang kuinginkan hanyalah keberanianmu untuk mengakui, untuk menerima bahwa pilihan-pilihan kita membawa konsekuensi, dan konsekuensi itu masih ada sampai sekarang. Aku telah menanggungnya sendiri terlalu lama, memikul beban ini dalam diam, berharap suatu hari kau akan berhenti melangkah pergi dan melihat ke belakang.
Jadi, aku hanya meminta satu hal darimu: jangan lari lagi. Hadapi apa yang telah terjadi. Bukan untukku, bukan untuk kita, tapi untuk segala sesuatu yang pernah berarti di antara kita. Karena meski aku tak lagi memintamu untuk kembali, luka ini layak mendapat akhir yang lebih bermakna daripada keheninganmu.
"Satu yang Memahami"
Aku tak butuh banyak. Hanya satu, seseorang yang mampu mendengar tanpa tergesa menyela. Seseorang yang bisa memahami bukan sekadar mendengar kalimat yang keluar dari bibirku, tetapi juga keheningan yang mengikutinya. Aku ingin satu orang yang bisa membaca mataku ketika mulutku memilih diam. Yang tahu bahwa senyumku tak selalu berarti bahagia, dan tawa yang ku bagi terkadang hanyalah topeng dari kesunyian yang tak ingin kuakui.
Aku lelah dengan percakapan yang terasa kosong, ucapan basa-basi yang tak menyentuh esensi. Aku ingin lebih dari itu—seseorang yang bisa menunggu ketika aku mencari kata, yang sabar mendengar keluhanku yang terkadang berputar-putar tanpa arah. Aku ingin mereka benar-benar ada, bukan hanya untuk sekadar berbicara, tetapi untuk benar-benar hadir.
Seseorang yang tak memaksaku untuk menjelaskan ketika aku belum siap. Yang memahami bahwa aku tak selalu butuh solusi, hanya pelukan dalam bentuk kehadiran. Aku tak berharap banyak, hanya satu saja—seseorang yang mau mengurai benang kusut di dalam pikiranku tanpa memotongnya dengan tajam. Seseorang yang bisa berbagi kesunyian, tanpa merasa canggung atau terganggu. Sebab terkadang, lebih dari kata, aku hanya butuh keberadaan.
05.12.24 (03:38 AM)
#StasiunPena
"1000 Tahun dalam 3 Hari"
Seandainya waktu bisa dijinakkan, aku ingin merentang tiga hari ini menjadi seribu tahun. Tiga hari yang singkat, tapi dalam kedekatannya, aku merasakan kehidupan yang jauh lebih panjang daripada usiaku sendiri. Kita, sepasang manusia yang tak pernah tahu apa arti keabadian, mencoba menciptakan dunia kecil di dalamnya.
Hari pertama, aku bertemu denganmu seperti bumi bertemu matahari untuk pertama kalinya. Sorot matamu menyulut kehangatan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Kita berbicara tentang hal-hal sederhana—tentang langit yang tampak berbeda setiap kali kau menatapnya, tentang bagaimana kopi pagi selalu terasa pahit manis, seperti hidup. Namun, di tengah obrolan ringan itu, aku merasakan gravitasi yang aneh. Seperti semesta menarikku lebih dekat ke porosmu. Ada sesuatu tentang caramu tersenyum yang membuat waktu berhenti. Di detik itu, aku tahu tiga hari ke depan akan terasa seperti keabadian.
Hari kedua, dunia seolah berhenti untuk kita. Pagi menjelma seperti lukisan indah yang terlalu sempurna untuk disentuh, dan aku hanya ingin tinggal di sana bersamamu. Kita berjalan bersama, menyusuri jalan setapak yang dihiasi daun-daun berguguran, berbagi cerita yang tak pernah kubayangkan akan kubuka kepada siapa pun. Tentang ketakutanku, impianku, tentang luka yang kupikir takkan pernah sembuh. Kau mendengarkan tanpa menghakimi, dan dalam diammu, aku merasa ada sesuatu yang diperbaiki di dalam diriku.
Siang itu, aku melihatmu tertawa lepas untuk pertama kalinya. Suara tawamu seperti nyanyian yang telah lama kurindukan, meskipun aku baru mengenalmu kemarin. Aku ingin membingkai momen itu, menyimpannya di sudut hatiku yang paling dalam. Malamnya, ketika langit gelap dihiasi bintang-bintang, aku memandangi wajahmu yang diterangi cahaya rembulan. Aku bertanya pada diriku sendiri, bagaimana mungkin seseorang bisa begitu memikat hanya dengan keberadaannya? Waktu terasa berjalan lambat, tapi aku tahu bahwa kita tak punya banyak waktu lagi.
Hari ketiga, aku menyadari betapa menyakitkannya mencintai sesuatu yang fana. Kita berbicara tentang perpisahan, tentang bagaimana hidup sering kali tidak adil dalam memberi kita kebahagiaan hanya untuk mencabutnya kembali. Tapi kau tidak menangis, meskipun aku tahu kau ingin melakukannya. Kau hanya tersenyum dengan cara yang paling menenangkan, seolah ingin meyakinkanku bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Saat senja menyapa, aku merasa bahwa tiga hari ini telah memberiku cukup cinta untuk seribu tahun ke depan. Meski berat, aku belajar bahwa keindahan tidak selalu harus dimiliki. Kadang-kadang, hanya dengan mengalami dan mengenangnya, itu sudah cukup.
Ketika akhirnya waktu kita habis, aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta—cinta yang tak membutuhkan seribu tahun untuk tumbuh, tapi akan bertahan selama seribu tahun, meski kita tak lagi bersama.
03.12.2024 (10:37 AM)
#StasiunPena
Apa kamu tak lelah, Nak?
Sampai kapan kamu akan menutupi semuanya dari ibu?
Padahal, ibu tahu setiap kali kau berada di rumah, sebelum tidur, air matamu selalu jatuh tanpa suara.
Sampai kapan kamu akan terus berpura-pura?
Padahal, saat tidak ada seorang pun di sekitarmu, kau hanya duduk memandangi dinding, melamun seolah waktu tidak lagi berarti apa-apa.
Sampai kapan kau akan terus diam?
Padahal, ibu selalu di sini, menunggumu bicara. Kau bisa bercerita, Nak. seperti anak-anak lain di luar sana yang menjadikan ibu mereka tempat pulang.
Tapi kenapa kau memilih sunyi?
Ibu tak akan memaksa. Namun, ibu hanya ingin kau tahu… apa pun yang kau sembunyikan, ibu tetap akan menerima. Apa pun yang kau rasa, ibu akan mendengarkan. Jangan biarkan luka itu terus kau simpan sendiri. Karena, Nak, ibu takut, jika kau terus seperti ini, kau akan hilang dari ibu. bukan secara fisik, tapi jiwamu.
Bicaralah, Nak. Jangan takut, jangan malu. Karena sebelum menjadi ibu, ibu juga pernah menjadi seperti kamu, terperangkap dalam luka, merasa tak ada yang bisa dipercaya. Tapi lihatlah ibu sekarang, Nak. Ibu kuat bukan karena tidak pernah terluka, tapi karena ibu belajar membagi beban itu.
Jadi, jika kau merasa sendiri, ingatlah bahwa ibu selalu ada di sini. Jangan menyerah pada dunia yang membuatmu merasa kecil.
Ibu percaya, kau kuat, kau hebat. Tapi bahkan yang terhebat pun butuh tempat bersandar. Ibu akan menjadi tempat itu.
Boleh ibu memelukmu sekarang? Atau kau masih ingin menyendiri? Apa pun pilihanmu, Nak, ibu akan tetap menunggu, sampai kapan pun kau siap.
HALTE KALA SORE
diam ku pada suatu tempat, menikmati setiap angin yang berhembus, menduduki kursi-kursi yang ada di sana, sambil melihat sekeliling yang sedang sibuk akan dengan pasangan nya.
Lalu aku? Ya aku hanya sendiri, menikmati kesendirian sambil sedikit ku menggoreskan kata di buku diary ku, kalau saja kehangatan itu masih ada, mungkin aku tak akan sendirian di tempat ini.
Tempat yang sering ku singgahi bersama nya, kini hanya bisa ku singgahi sendiri, menikmati kehangatan yang masih tersisa di sana, tempat pertemuan dan perpisahan kita kala itu.
Halte di kala sore memang akan selalu indah, menunggu antrian menaiki bus, sambil melihat senja yang sedang menyinari, dan wangi vanilla yang khas dari seseorang di samping ku kala itu.
Namun semuanya hanya tersisa kenangan, bahkan kenangan di halte itu, menjadi kenangan favorit ku sampai saat ini, mungkin saat ini aku hanya bisa menikmati kehangatan yang tersisa di sana, namun setidaknya bisa mengobati rasa rindu ini, dengan pemilik parfum vanilla itu.
Penyakit yang Manis
Aku jatuh cinta padamu,
dan itu adalah penyakit yang tak ada obatnya.
Ia merambat perlahan,
menyusup ke dalam hatiku tanpa peringatan.
Mula-mula hanya rasa kagum,
seperti hembusan angin yang ringan di dada.
Namun lama-lama, ia menjadi badai,
menghancurkan semua logika yang kubangun dengan susah payah.
Cinta ini seperti demam yang tak kunjung reda.
Ia membakar pikiranku,
mengacaukan hariku,
dan membuatku terjebak dalam labirin perasaan yang tak bisa kuhindari.
Aku mencoba melawan,
mencari cara untuk menyingkirkan rasa ini,
tapi semakin aku berusaha,
semakin dalam aku tenggelam.
Kamu adalah virus yang tak bisa kuusir.
Wajahmu menghantui malam-malamku,
senyummu menjadi nada yang berulang di benakku.
Aku tahu cinta ini adalah sesuatu yang tak bisa kuhindari,
seperti takdir yang tak bisa kutawar.
Dan meskipun aku tahu tak ada obat untuk ini,
aku tidak ingin sembuh.
Karena meski cinta ini menyakitkan,
ia juga manis.
Meski membuatku gelisah,
ia adalah satu-satunya hal yang membuatku merasa hidup.
Jadi, jika cinta ini adalah penyakit,
biarkan aku sakit,
biarkan aku jatuh,
karena jatuh cinta padamu adalah kejatuhan yang tak pernah kusesali.
Kepergianmu
Kepergianmu, seperti angin lembut yang menyapa di senja terakhir, tak meninggalkan badai, hanya keheningan. Tidak ada pintu yang dibanting, tidak ada kata-kata tajam yang menyayat. Kau pergi dengan tenang, terlalu tenang, seperti bayang-bayang yang perlahan memudar tanpa pamit.
Dan di situlah letak lukanya.
Jika saja ada sesuatu untuk kubenci, kemarahan yang bisa kupegang erat, luka yang bisa kutunjukkan pada dunia. Tapi tidak, kau meninggalkan semuanya rapi, terlalu baik-baik saja. Semua seolah dirancang agar aku tak bisa marah, tak bisa memaki, hanya terdiam dan menerima.
Namun di balik keheningan itu, ada kekosongan yang menyiksa. Karena bagaimana mungkin aku melupakan seseorang yang tak pernah memberi alasan untuk dilupakan? Bagaimana mungkin aku membenci seseorang yang pergi dengan begitu lembut, seolah meminta maaf tanpa kata?
Kepergianmu terlalu baik-baik saja. Dan itu, entah bagaimana, jauh lebih menyakitkan.
JEJAK DI BALIK MALAM
"Jika sudah berusaha dan tetap kehilangan, itu artinya sejak awal mereka memang bukan milikmu."
Suara lembut itu terdengar tiba-tiba, entah dari mana datangnya. Laki-laki itu terkejut, mencari sumber suara, hingga matanya menangkap seorang wanita dengan rambut panjang terurai berdiri tidak jauh darinya.
Wanita itu melangkah perlahan, mendekatinya dengan tatapan yang lembut namun penuh keyakinan. Tanpa meminta izin, dia duduk di samping laki-laki itu, seperti sudah mengenalnya sejak lama.
"Apa maksudmu?"
tanya laki-laki itu dengan bingung, menatap wanita itu penuh keheranan.
Wanita itu tersenyum samar, lalu berkata,
"Sebanyak apa pun rokok yang kau hisap, sebanyak apa pun alkohol yang kau minum, tidak akan ada yang benar-benar bertanya, 'Kau kenapa?'."
Kata-kata itu menyentak hati laki-laki itu. Tanpa sadar, dia menunduk, menatap tanah dengan tatapan kosong. Seolah semua beban yang selama ini ia pendam mendadak menjadi lebih berat.
Wanita itu menghela napas pelan, lalu melanjutkan,
"Kau berharap seseorang peduli, kan? Tapi dunia ini tidak sebaik itu. Orang-orang sibuk dengan hidup mereka sendiri. Kau harus berdamai dengan kehilangan itu."
Laki-laki itu mengangkat wajahnya perlahan, matanya sedikit memerah, entah karena emosi atau efek dari rasa lelah yang menumpuk.
"Tapi... aku sudah mencoba segalanya. Aku berjuang untuk mempertahankannya, tapi tetap saja... dia pergi."
Wanita itu menatapnya dengan sorot mata penuh pengertian, namun ada kekuatan di balik kelembutan itu.
"Berjuang itu baik, tapi jika kau terus menggenggam sesuatu yang memang tidak pernah ditakdirkan untukmu, itu hanya akan melukaimu lebih dalam."
Laki-laki itu terdiam. Kata-kata wanita itu seakan menusuk, tepat pada luka yang selama ini ia coba sembunyikan.
( maaf sebelumnya, saya meminta ijin owner-nya untuk meng-upload cerita ini, jika ada yang suka terimakasih dan jika ada yang tidak suka saya tidak perduli, haha )
"Doa yang Tak Pernah Sampai"
Aku hanya ingin panjang umur. Itu saja. Tidak lebih, tidak kurang. Sebuah keinginan sederhana namun penuh harap yang terus kugumamkan dalam setiap doa-doa kecilku. Bukan karena aku takut akan kematian, tetapi karena aku ingin melihatmu bahagia. Hanya itu yang selalu menjadi alasan bagiku untuk tetap bertahan, meski dunia kadang terasa begitu melelahkan.
Aku tahu, kebahagiaanmu mungkin tak pernah lagi bersinggungan denganku. Dan aku sadar, ada seseorang di sana, yang kini menjadi pusat duniamu, yang kau pilih untuk menemani perjalanan hidupmu. Bukan aku, dan itu tak apa. Bukan aku, tapi itu tak menghentikan doa-doaku untukmu. Jika dengan panjang umur aku bisa melihat senyummu dari kejauhan, aku akan bersyukur. Meski hanya sebagai bayangan samar yang berdiri di luar lingkaran kebahagiaanmu, aku akan tetap ada, menyaksikanmu menjalani hidup dengan segala cahaya.
Kau tahu, ada malam-malam di mana aku berpikir: apakah kau tahu betapa aku masih memedulikanmu? Bahwa di balik diamku, ada rindu yang kusimpan rapat-rapat agar tak membebanimu? Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi kebahagiaanmu. Aku hanya ingin tetap hidup cukup lama untuk memastikan bahwa kau benar-benar bahagia, meski bukan aku yang ada di sisimu, meski bukan namaku yang kau panggil saat kau tertawa atau menangis.
Kadang, hati ini perih saat membayangkan dirimu berjalan bersama orang lain, menggenggam tangan yang bukan tanganku. Tapi aku tahu, aku tidak berhak merasa sakit. Karena yang aku inginkan bukanlah memilikimu, melainkan melihatmu bahagia. Aku ingin memastikan bahwa dunia memperlakukanmu dengan lembut, bahwa senyummu tidak pernah pudar, dan bahwa kau dikelilingi oleh orang-orang yang mencintaimu sebagaimana kau layak dicintai.
Dan jika suatu hari nanti, hidup ini menuntutku untuk pergi, aku hanya berharap aku telah melihat cukup banyak bahagiamu untuk kubawa dalam ingatan terakhirku. Aku akan pergi dengan hati yang damai, karena mengetahui bahwa kau telah mendapatkan kebahagiaan yang selalu kuimpikan untukmu. Maka, biarkan aku berdoa sedikit lebih lama, untuk umur yang cukup panjang agar aku bisa menyaksikan segala keindahan dalam hidupmu, meski aku hanya seorang penonton dalam ceritamu.
23.11.2024
#StasiunPena
Pada malam, aku berusaha keras menjaga semua emosi, meredamkan segala nya, dan beristirahat sejenak setelah lelah di siang hari nya.
Yang ku harapkan hanya satu, pada setiap malam yang ku lalui, yaitu beristirahat dengan tenang tanpa ada kacauan dari mana pun itu.
Namun sepertinya malam ini tidak cukup tenang untuk ku, ada saja yang membuat tangan ku kembali bergetar, jantung yang berdebar kencang, lalu di iringi dengan Isak tangis ku.
Entah malam ini ada saja yang mengejutkan ku, seperti nya malam ini aku harus berperang terlebih dahulu, agar menemukan kembali tenang yang selalu ku dapati di malam malam sebelum nya.
Telegram adalah sebuah ide tentang kebebasan dan privasi, memiliki banyak fitur yang mudah digunakan.
Last updated 4 months ago
COPAS/REPOST WITHOUT CR? DENDA 500k.
join : https://t.me/bulolwithyuchat
promosi berbayar chat : @ofcbulolwithyu
laporan/kritsar/izin : @binimarkrobot
Request di @hatersrbot
Last updated 1 month ago
Drama Korea Sub Indonesia.
Update 1 Season tiap hari.
Paid Promote @sultankhilaf
grup
@drakor_dramakorea_indo
Ikuti saluran Drakor Drama Korea Sub Indo di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VakqKxXCHDyeALNv2m2q
Last updated 1 day, 23 hours ago