Telegram adalah sebuah ide tentang kebebasan dan privasi, memiliki banyak fitur yang mudah digunakan.
Last updated 1 month ago
Drama Korea Sub Indonesia.
Update 1 Season tiap hari.
Paid Promote @sultankhilaf
grup
@drakor_dramakorea_indo
Ikuti saluran Drakor Drama Korea Sub Indo di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VakqKxXCHDyeALNv2m2q
Last updated 2 months ago
COPAS/REPOST WITHOUT CR? DENDA 500k.
join : https://t.me/bulolwithyuchat
promosi berbayar chat : @ofcbulolwithyu
laporan/kritsar/izin : @binimarkrobot
Request di @hatersrbot
Last updated 1 month, 1 week ago
SEBUAH KASIDAH - Abul Baqa' Ar Randi
Segala yang sempurna, tatkala tiba pada puncaknya, niscaya akan merapuh.
Jangan biarkan engkau tertipu oleh keindahan dunia yang fana,
Karena ia hanyalah deretan hari yang berlari,
Seperti bayangan yang berlalu, silih berganti tanpa jeda.
Siapa yang bersuka di waktu pagi, tak luput dari derita kala senja,
Hidup ini adalah dualitas, kebahagiaan dan duka yang menari bersama.
Negeri ini, wahai pelintas waktu, tak pernah abadi.
Ia berubah, tak tetap, bagai pasir yang ditiup angin gurun,
Dihapus, digores, oleh pedang masa yang terus terhunus,
Mengoyak segala keindahan, tak peduli pada kehormatan.
Bahkan pedang pun, senjata para raja, menemui ajalnya,
Sekalipun ia adalah milik Ibnu Dzi Yazan,
Yang sarungnya berasal dari megahnya Ghumdan.
Lihatlah ke manakah perhiasan para raja Yaman?
Ke manakah mahkota mereka, regalia yang mengilap dalam sejarah?
Di mana kini istana Syaddad di Iram yang menjulang?
Atau jejak kejayaan Persia di Dinasti Sasan?
Di mana pula tumpukan emas Qarun yang dulunya membanggakan?
Dan di manakah 'Ad, Syaddad, serta Qahthan, yang pernah jaya?
Takdir yang tak tertolak, seperti badai yang meluluhlantakkan.
Mengakhiri zaman mereka, menjadikannya debu yang terlupa,
Seakan mereka tak pernah hadir di dunia.
...
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Kesungguhan Salaf dalam Menegakkan Shalat pada Anak-anak Mereka
Diriwayatkan dalam biografi sahabat Abu Qirshafah asy-Syami -radhiyallahu anhu- dalam kitab Tahdzib al-Kamal (5/150) karya al-Mizzi:
"Abu al-Qasim ath-Thabarani berkata: Aku mendapat kabar bahwa seorang putra Abu Qirshafah ditawan oleh Romawi. Maka Abu Qirshafah memanggilnya dari tembok kota Asqalan setiap waktu shalat, seraya berkata: 'Wahai Fulan, shalat!' Lalu putranya mendengar dan menjawab panggilannya, meskipun di antara mereka terbentang laut."
Lihat juga dalam al-Mu'jam ash-Shaghir karya
ath-Thabarani (1/nomor 300).
📎Sumber Postingan: https://t.me/dr_elbukhary/3834
✍Alih Bahasa: Ustadz Abu Abdirrahman Khalid -hafidhahullah-
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
SANG PEMBEDA DARI PENDAHULUNYA
Mu'tazilah dan Al Makmun, adalah sejarah yang tak pernah terlupa.
Mu'tazilah, sebuah sekte sesat yang saat itu sangat eksis. Begitu kuatnya eksistensi mereka, mereka bahkan sampai begitu dekat dengan kerajaan.
Al-Ma'mun Abul Abbas Abdullah bin Harun Ar-Rasyid. Salah satu dari Khalifah Dinasti Abbasiyyah yang menjadi korban kesesatan kaum Mu'tazilah. Namun, tidak berhenti hanya pada beliau, bahkan khalifah setelahnya pun ikut menjadi korban. Al-Mu'tashim dan selanjutnya Al-Watsiq.
Mereka semua membela dan menjadi pelopor utama dalam salah satu keyakinan ( sesat ) Mu'tazilah, yaitu Al-Qur'an ( yang sejatinya adalah kalmullah ) justru dianggap sebagai makhluk. (Semoga Allah mengampuni mereka semua).
Lalu siapakah sang pembeda?
Dialah Abul Fadhl Ja'far Al-Mutawakkil bin Al-Mu'tashim bin Harun Ar-Rasyid. Iya, beliaulah pembeda yang terbedakan dari pendahulunya. Bagaimana tidak?! Tiga khalifah sebelum beliau, mulai dari pamannya, Al-Ma'mun, kemudian sang ayah, Al-Mu'tashim, demikian pula saudaranya, Al-Watsiq menganut paham jahmyyah. Bukan hanya keyakinan salah yang diyakini sendiri, bahkan mereka memaksakan paham itu kepada ummat Muhammad.
Akan tetapi Al Mutawakkil berbeda, beliau sangat tidak sepaham dengan tiga pendahulunya, jika di masa sebelumnya rakyat di paksa untuk menyakini Al-Qur'an adalah makhluk maka pada masa Al Mutawakkil, justru beliau memerangi siapapun yang mengatakan itu.
Abu Bakar bin Al Khabazah mengatakan:
وبعد، فإن السنة اليوم أصبحت
معزّزة حتى كأن لم تذلل
"Dan setelahnya, maka sungguh Sunnah di hari ini menjadi mulia, sampai-sampai seakan belum pernah terhinakan sebelumnya."
Al Hafidz Jalaluddin As Suyuthi ( Tarikh Khulafa: 252 ) mengatakan tentang beliau:
"Beliau lahir pada tahun 205/207 H, diangkat menjadi khalifah setelah saudaranya, Al Watsiq. Saat menjadi khalifah, beliau tampakan sunnah, beliau bela para penganutnya, fitnah bahwa Al-Qur'an adalah makhluk beliau hentikan, beliau sebarkan kayakinan Al-Qur'an adalah kalamullah ke seluruh penjuru negeri, manusia mendoakan kebaikan bagi beliau, sanjungan dan pujian mereka berikan kepadanya sampai-sampai di katakan bahwa Khalifah ada tiga: Abu Bakar ketika memerangi kaum murtad, Umar bin Abdul Aziz ketika mengembalikan hak-hak rakyat, dan Al-Mutawakkil pada saat menghidupkan Sunnah dan memberangus paham jahmiyah."
Abu Bakar bin Al Khabazah juga mengatakan:
خليفة ربي وابن عم نبيه
وخير بني العباس من منهم ولي
"Khalifah Rabbku dan anak dari paman nabi-Nya
Dan ia adalah sebaik baik keturunan Al Abbas yang menjadi pemimpin."
✍ Abu Ya'qub Yusuf
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
50. Merindu Suara Adzan
Adi bin Hatim bin Abdillah bin Sa'ad bin Al-Hasyraj bin Imri'il Qais bin Adi. Pemimpin kabilahnya, Thayy.
Ayahnya begitu dikenal. Dikenal dan dikenang sebagai lambang kedermawanan. Namanya terabadikan dalam syair-syair Arab kuno.
Namun, Berbeda dengan ayahnya yang meninggal saat masih kafir, Adi adalah salah satu sahabat Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-. Beliau datang, menjadi utusan menemui Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- di pertengahan tahun ke tujuh hijriah.
Saat Adi sampai di Madinah, para penduduk segera melihat ke arahnya. Ketenaran Ayahnya tak bisa ditutup-tutupi. "Wahai Adi, masuk Islamlah. Niscaya engkau akan selamat." Kata Rasulullah.
"Sesungguhnya aku sudah memiliki agama." Kata pemuda yang baru sampai dari Tanah Romawi. Akan tetapi kedatangan Adi memang untuk mengetahui Islam lebih jauh. "Kalau Sang Rasul jujur, akan aku ikuti dia." Gumam Adi sebelum perjalanannya. Ia begitu membuka hatinya.
Mendengar jawaban Adi, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- menimpali: "Saya lebih tahu tentang agamamu dari dirimu. Bukankah engkau memimpin kabilahmu?"
"Iya."
"Engkau beragama Rokusi ( agama antara Nasrani dengan Shabi' ) dan engkau memakan seperempat harta rampasan perang?"
"Benar." Jawab Adi.
"Padahal hal tersebut menurut agamamu tidaklah halal."
Mendengarnya, Adi merasa terpukul. "Wahai Adi," seru Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- sekali lagi, "masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat."
Rasulullah menambahkan: "Saya kira, yang membuatmu berpikir dua kali untuk masuk Islam adalah karena engkau melihat para sahabatku adalah orang-orang yang fakir. Selain itu, seluruh manusia bersatu melawan kami. Engkau pernah datang ke Hirah?"
"Belum." Jawab Adi, "akan tetapi aku mengetahui di mana tempatnya."
"Sudah dekat masanya, dimana seorang wanita di dalam rengga tanpa pengawalan bisa melakukan perjalanan dengan aman dari Hirah menuju Ka'bah hingga thawaf di sana. Juga kami akan dibukakan perbendaharaan Kisra."
"Kisra bin Hurmuz?" Adi memastikan.
"Kisra bin Hurmuz. Dan harta kaum muslimin akan sangat melimpah. Sampai-sampai seseorang justeru akan berharap ada yang mau menerima sedekahnya."
Pada akhirnya Adi masuk Islam di hadapan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-.
Kata Adi: "Aku sudah melihat dua yang beliau sebutkan. Dan aku yakin, yang ketiga pasti akan datang masanya." Yakni: melimpahnya harta kaum Muslimin.
Suatu hari, Umar bin Al-Khattab pernah menyanjung Adi. "Engkau mengenaliku?" Tanya Adi saat itu.
"Tentu. Engkau kokoh di atas Islam saat mereka kafir. Engkau menepati janjimu saat mereka ingkar. Engkau mau datang saat mereka berpaling."
Setelah Islamnya, ada satu hal yang selalu dirindukan oleh Adi. Satu hal yang selalu membuatnya menunggu. Tak puas dengan satu kesempatan, Adi akan selalu menunggunya datang lagi. Lagi dan lagi...
Ialah suara adzan.
Iya, Adi selalu merindukannya.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitabnya, Az-Zuhd ( no. 948 ) , melalui jalur beliau:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ الْقَعْقَاعِ قَالَ: قَالَ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ :
مَا دَخَلَ وَقْتُ صَلَاةٍ إِلَّا وَأَنَا أَشْتَاقُ إِلَيْهَا
"Tidaklah masuk waktu salat, kecuali pasti aku sangat merindukannya."
"Semenjak aku masuk Islam," kenang Adi, "tidaklah salat ditegakkan, kecuali pasti aku sudah berwudhu." ( Siyar A'lamin Nubala' : 3/164 )
Duhai kita, yang telah mengenal Islam di usia yang jauh lebih muda dari Adi. Duhai kita, yang sudah mengetahui bahwa janji Rasulullah kini telah menjadi sebuah sejarah. Sesuatu yang sudah terjadi bahkan terbukukan. Sudahkah kerinduan tentang adzan, kerinduan akan salat menyergap? Sesekali saja? Pernahkah?
Allahul muwaffiq.
Banyumas, 25 Muharram 1446 H / 31 Juli 2024 M
#Sahabat
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
49. Dalam Sunyi, Kutemukan Cintamu
Qais, atau lebih dikenal Majnun Layla seringkali mendendangkan:
وأَخْرُج مِن بَينِ البُيُوت لَعلَّني
أُحَدِّث عَنك النَّفسَ بِالسِّرِّ خَاليا
"Aku keluar, meninggalkan rumah-rumah itu, agar aku bisa tuk hanya memikirkanmu dalam kesunyian."
Ibnu Taimiyyah, juga tak jarang keluar dari rumahnya, menghindar dari keramaian, menuju bukit-bukit berpasir yang sunyi. Bernafas dalam-dalam. Lalu menyenandungkan bait syair di atas.
( Madarijus Salikin: 3/445 )
Berbedakah keduanya? Iya, sangat jauh berbeda. Majnun cinta buta pada makhluk, sedangkan Ibnu Taimiyyah menengadahkan hatinya kepada Sang Khalik. Allah -subhanahu wa ta'ala-.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
48. Sebanyak CiptaanNya
131 kali, adalah jumlah nama nabi Musa disebutkan di dalam Al-Quran. Dan 67 kali, adalah jumlah nama Fir'aun disebutkan dalam Al-Quran. Jumlah yang fantastis. Mengingat, lebih dari separuh kisah Nabi Musa, pasti disebutkan Fir'aun di dalamnya.
Semenjak pertama kali diutus, Nabi Musa sudah ditugaskan untuk menyeru Fir'aun. Hingga bertahun-tahun kemudian. Akan tetapi tetap, Fir'aun adalah Fir'aun. Durhaka lagi durjana. Tak ada yang menyadarkannya dari kelalaian selain tanah hitam dari lautan yang akhirnya mengantarkannya kepada kematian.
Diutus kepada Fir'aun bukanlah tugas yang mudah. Tidak! Di satu sisi, Musa kecil hidup dalam buaian keluarga Fir'aun. Di sisi yang lain, Nabi Musa baru saja kembali dari perantauan panjangnya. Perantauan yang lebih tepat disebut sebagai pelarian. Apa sebab? Beliau pernah membunuh salah satu kaum Fir'aun. Qibthi, di tanah Fir'aun sendiri.
Berangkat kepada keluarga angkatnya. Dalam keadaan mereka adalah orang paling durjana di muka bumi.
Jangan tanya berapa kali Musa dicela. "“Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih bayi dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu." ( Terjemah Q.S. An-Naml: 18 ) Kata Fir'aun mengungkit. "Engkau (Musa) telah melakukan (kesalahan berupa) perbuatan yang telah engkau lakukan (membunuh seseorang dari kaumku) dan engkau termasuk orang yang ingkar (terhadap kebaikan dan ketuhananku).” ( Terjemah Q.S. An-Naml: 19 )
"Bahkan, bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini (Musa) yang hampir-hampir tidak dapat menjelaskan (maksud perkataannya)?" ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 52 )
"Mereka berkata, “Wahai penyihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya kami benar-benar akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 50 ). Ketika mereka membutuhkan mereka akan meminta. Akan tetapi, bila tidak, mereka lagi-lagi akan mencela. "Maka, ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji." ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 51 )
Itulah Fir'aun. Mengungkit, mencela, mencemooh, bahkan bermain fisik.
Akan tetapi... Ada yang perlu kita cermati. Sesaat sebelum Nabi Musa bertolak menuju istana Fir'aun, Allah berfirman kepadanya, di saat itu, Musa telah ditemani sang kakak, Harun:
فقولا له قولاً ليناً
"Oleh kalian berdua, ucapkanlah kepada Fir'aun ucapan yang lembut." ( Q.S. Thaha: 44 )
Allah maha mengetahui bahwa Fir'aun takkan beriman. Allah maha mengetahui apa yang nantinya akan Fir'aun katakan. Allah maha mengerti tentang semua itu. Hanya saja, Allah tetap Bersikap lembut -melalui Musa- kepada Fir'aun.
( Tafsir Al-Baghawi: 1/274 ) Saat membaca ayat ini, Yahya bin Muadz menangis. Kata beliau:
"Duhai Rabbku, seperti ini lemah-lembutnya Engkau kepada orang yang mengatakan 'Saya adalah sesembahan.' Lalu bagaimana luar biasanya kelembutanmu pada orang yang mengatakan 'Engkau adalah satu-satunya sesembahan.'
Seperti ini bentuk kelembutanmu kepada orang yang berucap 'Saya adalah Rabb kalian yang maha tinggi.' Lantas seperti apa besarnya kelembutanmu kepada orang yang berucap 'Maha suci Rabbku Yang Maha Tinggi.'"
سبحان ربي الأعلى
Maha suci Allah, sebanyak ciptaannya, seluas keridaanNya, sebanyak perhiasan arsyNya, dan selimpah kalamNya.
Senin, 3 Muharram 1446 H / 8 Juli 2024 M
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Kewibawaan Dan Kekayaan Yang Sesungguhnya
Putra kebanggan dari putra yang dibanggakan. Salim bin Abdillah bin Umar rahimahullah wa radhiyallahu anhuma. Salah satu dari fuqaha' sab'ah (tujuh ahli fikih kota Madinah dari kalangan tabi'in). Cerdas dan sangat bertakwa kepada Allah. Salim merupakan anak yang paling mirip dan dicintai ayahnya, Abdullah. Sehingga Salim merupakan putra kebanggaan Abdullah bin Umar.
Sedang Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma sendiri merupakan sahabat yang mulia, salah satu dari empat abadilah (empat sahabat yang bernama Abdullah dengan segala keutamaannya). Meriwayatkan ribuan hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Putra yang dibanggakan oleh Amirul Mu'minin Umar bin Al Khaththab radhiyallahu anhu. Silsilah nasab yang menjadi kebanggaan umat islam.
Berasal dari ayah dan kakek yang memiliki kemuliaan, Salim bin Abdullah juga mewarisi sikap dan akhlak yang mulia.
Kewibawaan dan kekayaan yang hakiki melekat dalam diri Salim.
Sufyan bin Uyainah rahimahullah mengisahkan, "Suatu ketika khalifah Hisyam bin Abdul Malik masuk ke dalam Ka'bah. Beliau pun mendapati Salim bin Abdillah telah berada di ka'bah.
Maka Hisyam bin Abdul Malik mengatakan, "Wahai Salim! Mintalah kepadaku hajat kebutuhanmu." "Aku malu kepada Allah, bagaimana aku bisa meminta kepada selain Allah, sedang aku berada di rumah Allah?" Tegas Salim.
Ketika Salim keluar dari Ka'bah, Hisyam mengikutinya dan kembali berkata, "Sekarang mintalah hajat kebutuhanmu!" Salim balik bertanya, "Kebutuhan duniawi atau kebutuhan akhirat?"
Maka Hisyam mengatakan, "Kebutuhan hajat-hajat duniawi."
Salim menegaskan, "Demi Allah! Aku tidak pernah meminta dunia kepada Dzat yang memilikinya, Allah. Lalu bagaimana mungkin aku akan memintanya kepada yang tidak memilikinya?" Shifatus Shafwah, hlm. 296
Berwibawa dihadapan manusia, tidak merendahkan diri dan memanfaatkan kebaikan orang, meski dari orang yang memiliki kedudukan tinggi. Serta merasa cukup dengan dunia yang telah Allah berikan, adalah tauladan dari Salim bin Abdullah. Kewibawaan dan kekayaan yang sesungguhnya.
✍ Ustadz Abu Abdillah Ega -Hafidhahullah-.
? 05/19/2024, 07:24
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Telegram adalah sebuah ide tentang kebebasan dan privasi, memiliki banyak fitur yang mudah digunakan.
Last updated 1 month ago
Drama Korea Sub Indonesia.
Update 1 Season tiap hari.
Paid Promote @sultankhilaf
grup
@drakor_dramakorea_indo
Ikuti saluran Drakor Drama Korea Sub Indo di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VakqKxXCHDyeALNv2m2q
Last updated 2 months ago
COPAS/REPOST WITHOUT CR? DENDA 500k.
join : https://t.me/bulolwithyuchat
promosi berbayar chat : @ofcbulolwithyu
laporan/kritsar/izin : @binimarkrobot
Request di @hatersrbot
Last updated 1 month, 1 week ago