Telegram adalah sebuah ide tentang kebebasan dan privasi, memiliki banyak fitur yang mudah digunakan.
Last updated 3 months ago
COPAS/REPOST WITHOUT CR? DENDA 500k.
join : https://t.me/bulolwithyuchat
promosi berbayar chat : @ofcbulolwithyu
laporan/kritsar/izin : @binimarkrobot
Request di @hatersrbot
Last updated 11 hours ago
Drama Korea Sub Indonesia.
Update 1 Season tiap hari.
Paid Promote @sultankhilaf
grup
@drakor_dramakorea_indo
Ikuti saluran Drakor Drama Korea Sub Indo di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VakqKxXCHDyeALNv2m2q
Last updated 3 days, 10 hours ago
50. Merindu Suara Adzan
Adi bin Hatim bin Abdillah bin Sa'ad bin Al-Hasyraj bin Imri'il Qais bin Adi. Pemimpin kabilahnya, Thayy.
Ayahnya begitu dikenal. Dikenal dan dikenang sebagai lambang kedermawanan. Namanya terabadikan dalam syair-syair Arab kuno.
Namun, Berbeda dengan ayahnya yang meninggal saat masih kafir, Adi adalah salah satu sahabat Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-. Beliau datang, menjadi utusan menemui Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- di pertengahan tahun ke tujuh hijriah.
Saat Adi sampai di Madinah, para penduduk segera melihat ke arahnya. Ketenaran Ayahnya tak bisa ditutup-tutupi. "Wahai Adi, masuk Islamlah. Niscaya engkau akan selamat." Kata Rasulullah.
"Sesungguhnya aku sudah memiliki agama." Kata pemuda yang baru sampai dari Tanah Romawi. Akan tetapi kedatangan Adi memang untuk mengetahui Islam lebih jauh. "Kalau Sang Rasul jujur, akan aku ikuti dia." Gumam Adi sebelum perjalanannya. Ia begitu membuka hatinya.
Mendengar jawaban Adi, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- menimpali: "Saya lebih tahu tentang agamamu dari dirimu. Bukankah engkau memimpin kabilahmu?"
"Iya."
"Engkau beragama Rokusi ( agama antara Nasrani dengan Shabi' ) dan engkau memakan seperempat harta rampasan perang?"
"Benar." Jawab Adi.
"Padahal hal tersebut menurut agamamu tidaklah halal."
Mendengarnya, Adi merasa terpukul. "Wahai Adi," seru Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- sekali lagi, "masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat."
Rasulullah menambahkan: "Saya kira, yang membuatmu berpikir dua kali untuk masuk Islam adalah karena engkau melihat para sahabatku adalah orang-orang yang fakir. Selain itu, seluruh manusia bersatu melawan kami. Engkau pernah datang ke Hirah?"
"Belum." Jawab Adi, "akan tetapi aku mengetahui di mana tempatnya."
"Sudah dekat masanya, dimana seorang wanita di dalam rengga tanpa pengawalan bisa melakukan perjalanan dengan aman dari Hirah menuju Ka'bah hingga thawaf di sana. Juga kami akan dibukakan perbendaharaan Kisra."
"Kisra bin Hurmuz?" Adi memastikan.
"Kisra bin Hurmuz. Dan harta kaum muslimin akan sangat melimpah. Sampai-sampai seseorang justeru akan berharap ada yang mau menerima sedekahnya."
Pada akhirnya Adi masuk Islam di hadapan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-.
Kata Adi: "Aku sudah melihat dua yang beliau sebutkan. Dan aku yakin, yang ketiga pasti akan datang masanya." Yakni: melimpahnya harta kaum Muslimin.
Suatu hari, Umar bin Al-Khattab pernah menyanjung Adi. "Engkau mengenaliku?" Tanya Adi saat itu.
"Tentu. Engkau kokoh di atas Islam saat mereka kafir. Engkau menepati janjimu saat mereka ingkar. Engkau mau datang saat mereka berpaling."
Setelah Islamnya, ada satu hal yang selalu dirindukan oleh Adi. Satu hal yang selalu membuatnya menunggu. Tak puas dengan satu kesempatan, Adi akan selalu menunggunya datang lagi. Lagi dan lagi...
Ialah suara adzan.
Iya, Adi selalu merindukannya.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitabnya, Az-Zuhd ( no. 948 ) , melalui jalur beliau:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ الْقَعْقَاعِ قَالَ: قَالَ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ :
مَا دَخَلَ وَقْتُ صَلَاةٍ إِلَّا وَأَنَا أَشْتَاقُ إِلَيْهَا
"Tidaklah masuk waktu salat, kecuali pasti aku sangat merindukannya."
"Semenjak aku masuk Islam," kenang Adi, "tidaklah salat ditegakkan, kecuali pasti aku sudah berwudhu." ( Siyar A'lamin Nubala' : 3/164 )
Duhai kita, yang telah mengenal Islam di usia yang jauh lebih muda dari Adi. Duhai kita, yang sudah mengetahui bahwa janji Rasulullah kini telah menjadi sebuah sejarah. Sesuatu yang sudah terjadi bahkan terbukukan. Sudahkah kerinduan tentang adzan, kerinduan akan salat menyergap? Sesekali saja? Pernahkah?
Allahul muwaffiq.
Banyumas, 25 Muharram 1446 H / 31 Juli 2024 M
#Sahabat
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
49. Dalam Sunyi, Kutemukan Cintamu
Qais, atau lebih dikenal Majnun Layla seringkali mendendangkan:
وأَخْرُج مِن بَينِ البُيُوت لَعلَّني
أُحَدِّث عَنك النَّفسَ بِالسِّرِّ خَاليا
"Aku keluar, meninggalkan rumah-rumah itu, agar aku bisa tuk hanya memikirkanmu dalam kesunyian."
Ibnu Taimiyyah, juga tak jarang keluar dari rumahnya, menghindar dari keramaian, menuju bukit-bukit berpasir yang sunyi. Bernafas dalam-dalam. Lalu menyenandungkan bait syair di atas.
( Madarijus Salikin: 3/445 )
Berbedakah keduanya? Iya, sangat jauh berbeda. Majnun cinta buta pada makhluk, sedangkan Ibnu Taimiyyah menengadahkan hatinya kepada Sang Khalik. Allah -subhanahu wa ta'ala-.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
48. Sebanyak CiptaanNya
131 kali, adalah jumlah nama nabi Musa disebutkan di dalam Al-Quran. Dan 67 kali, adalah jumlah nama Fir'aun disebutkan dalam Al-Quran. Jumlah yang fantastis. Mengingat, lebih dari separuh kisah Nabi Musa, pasti disebutkan Fir'aun di dalamnya.
Semenjak pertama kali diutus, Nabi Musa sudah ditugaskan untuk menyeru Fir'aun. Hingga bertahun-tahun kemudian. Akan tetapi tetap, Fir'aun adalah Fir'aun. Durhaka lagi durjana. Tak ada yang menyadarkannya dari kelalaian selain tanah hitam dari lautan yang akhirnya mengantarkannya kepada kematian.
Diutus kepada Fir'aun bukanlah tugas yang mudah. Tidak! Di satu sisi, Musa kecil hidup dalam buaian keluarga Fir'aun. Di sisi yang lain, Nabi Musa baru saja kembali dari perantauan panjangnya. Perantauan yang lebih tepat disebut sebagai pelarian. Apa sebab? Beliau pernah membunuh salah satu kaum Fir'aun. Qibthi, di tanah Fir'aun sendiri.
Berangkat kepada keluarga angkatnya. Dalam keadaan mereka adalah orang paling durjana di muka bumi.
Jangan tanya berapa kali Musa dicela. "“Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih bayi dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu." ( Terjemah Q.S. An-Naml: 18 ) Kata Fir'aun mengungkit. "Engkau (Musa) telah melakukan (kesalahan berupa) perbuatan yang telah engkau lakukan (membunuh seseorang dari kaumku) dan engkau termasuk orang yang ingkar (terhadap kebaikan dan ketuhananku).” ( Terjemah Q.S. An-Naml: 19 )
"Bahkan, bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini (Musa) yang hampir-hampir tidak dapat menjelaskan (maksud perkataannya)?" ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 52 )
"Mereka berkata, “Wahai penyihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya kami benar-benar akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 50 ). Ketika mereka membutuhkan mereka akan meminta. Akan tetapi, bila tidak, mereka lagi-lagi akan mencela. "Maka, ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji." ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 51 )
Itulah Fir'aun. Mengungkit, mencela, mencemooh, bahkan bermain fisik.
Akan tetapi... Ada yang perlu kita cermati. Sesaat sebelum Nabi Musa bertolak menuju istana Fir'aun, Allah berfirman kepadanya, di saat itu, Musa telah ditemani sang kakak, Harun:
فقولا له قولاً ليناً
"Oleh kalian berdua, ucapkanlah kepada Fir'aun ucapan yang lembut." ( Q.S. Thaha: 44 )
Allah maha mengetahui bahwa Fir'aun takkan beriman. Allah maha mengetahui apa yang nantinya akan Fir'aun katakan. Allah maha mengerti tentang semua itu. Hanya saja, Allah tetap Bersikap lembut -melalui Musa- kepada Fir'aun.
( Tafsir Al-Baghawi: 1/274 ) Saat membaca ayat ini, Yahya bin Muadz menangis. Kata beliau:
"Duhai Rabbku, seperti ini lemah-lembutnya Engkau kepada orang yang mengatakan 'Saya adalah sesembahan.' Lalu bagaimana luar biasanya kelembutanmu pada orang yang mengatakan 'Engkau adalah satu-satunya sesembahan.'
Seperti ini bentuk kelembutanmu kepada orang yang berucap 'Saya adalah Rabb kalian yang maha tinggi.' Lantas seperti apa besarnya kelembutanmu kepada orang yang berucap 'Maha suci Rabbku Yang Maha Tinggi.'"
سبحان ربي الأعلى
Maha suci Allah, sebanyak ciptaannya, seluas keridaanNya, sebanyak perhiasan arsyNya, dan selimpah kalamNya.
Senin, 3 Muharram 1446 H / 8 Juli 2024 M
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Kewibawaan Dan Kekayaan Yang Sesungguhnya
Putra kebanggan dari putra yang dibanggakan. Salim bin Abdillah bin Umar rahimahullah wa radhiyallahu anhuma. Salah satu dari fuqaha' sab'ah (tujuh ahli fikih kota Madinah dari kalangan tabi'in). Cerdas dan sangat bertakwa kepada Allah. Salim merupakan anak yang paling mirip dan dicintai ayahnya, Abdullah. Sehingga Salim merupakan putra kebanggaan Abdullah bin Umar.
Sedang Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma sendiri merupakan sahabat yang mulia, salah satu dari empat abadilah (empat sahabat yang bernama Abdullah dengan segala keutamaannya). Meriwayatkan ribuan hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Putra yang dibanggakan oleh Amirul Mu'minin Umar bin Al Khaththab radhiyallahu anhu. Silsilah nasab yang menjadi kebanggaan umat islam.
Berasal dari ayah dan kakek yang memiliki kemuliaan, Salim bin Abdullah juga mewarisi sikap dan akhlak yang mulia.
Kewibawaan dan kekayaan yang hakiki melekat dalam diri Salim.
Sufyan bin Uyainah rahimahullah mengisahkan, "Suatu ketika khalifah Hisyam bin Abdul Malik masuk ke dalam Ka'bah. Beliau pun mendapati Salim bin Abdillah telah berada di ka'bah.
Maka Hisyam bin Abdul Malik mengatakan, "Wahai Salim! Mintalah kepadaku hajat kebutuhanmu." "Aku malu kepada Allah, bagaimana aku bisa meminta kepada selain Allah, sedang aku berada di rumah Allah?" Tegas Salim.
Ketika Salim keluar dari Ka'bah, Hisyam mengikutinya dan kembali berkata, "Sekarang mintalah hajat kebutuhanmu!" Salim balik bertanya, "Kebutuhan duniawi atau kebutuhan akhirat?"
Maka Hisyam mengatakan, "Kebutuhan hajat-hajat duniawi."
Salim menegaskan, "Demi Allah! Aku tidak pernah meminta dunia kepada Dzat yang memilikinya, Allah. Lalu bagaimana mungkin aku akan memintanya kepada yang tidak memilikinya?" Shifatus Shafwah, hlm. 296
Berwibawa dihadapan manusia, tidak merendahkan diri dan memanfaatkan kebaikan orang, meski dari orang yang memiliki kedudukan tinggi. Serta merasa cukup dengan dunia yang telah Allah berikan, adalah tauladan dari Salim bin Abdullah. Kewibawaan dan kekayaan yang sesungguhnya.
✍ Ustadz Abu Abdillah Ega -Hafidhahullah-.
? 05/19/2024, 07:24
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Runtuhmu Baghdad
( Sebuah Pelajaran Tentang Peran Syi'ah Dalam Pedihnya Sejarah )
Bagian 3
Semua itu adalah ulah dari menteri Ibnul-Alqami Si Rafidhah.
Satu tahun sebelumnya, antara ahlus sunnah dengan orang-orang rafidhah terjadi perang besar. Perang yang menyebabkan daerah Karkh dan Mihillah milik orang-orang Rafidhah berhasil diambil alih. Sampai-sampai rumah kerabat-kerabat sang menteri pun berhasil diambil alih. Hal itu tentu saja membuatnya begitu murka.
Inilah salah satu yang menyebabkannya mengkhianati Islam dan kaum muslimin dari belakang. Pengkhianatan yang berujung hal yang begitu keji, sesuatu yang belum pernah tertuliskan sebagai sejarah semenjak Kota Baghdad dibangun. Bahkan hingga hari ini.
Oleh karenanya lah, orang yang pertama membelot kepada pasukan Tartar adalah dirinya.
Bersama keluarga, pengikut, pembantu, dan pelayan-pelayannya, ia bertolak. Menemui Raja Hulagu Khan, semoga Allah melaknatnya. Setelah berunding, mereka semua kembali.
Sekembalinya dari hadapan Hulagu Khan, ia menyarankan kepada Khalifah agar menemui Sang Kaisar Mongol, berlaku tunduk di hadapannya. Ini semua agar terjadi kesepakatan damai. Yang nantinya separuh pajak Irak akan diberikan untuknya, dan separuhnya lagi untuk Sang Khalifah.
Keluarlah Khalifah bersama 700 anggota rombongan. Semuanya terdiri dari para hakim, ahli fikih, ahli ibadah, pimpinan pemerintahan, dan para tokoh.
Saat mereka telah mendekati tempat Hulagu Khan. Semua anggota rombongan dicegat dan dilarang untuk menyertai Khalifah kecuali 17 orang. Bersama mereka yang berjumlah tak genap 20 itulah, Khalifah melanjutkan perjalanannya.
Sisa rombongan yang tertinggal turun dari kendaraan mereka. Saat itulah, mereka dijarah dan dibantai tanpa tersisa.
Di saat yang sama, Sang Khalifah telah sampai di hadapan Hulagu Khan...
Bersambung insya Allah...
Dari kitab: Al Bidayah wan Nihayah
Alih bahasa: Muhammad Abdurrahman Faqih Hatuala
#Sejarah_Islam #RuntuhmuBaghdad
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Kecintaan Darayya Pada Sang Imam
Dahulu, Abul Hasan bin Dawud rahimahullah adalah seorang imam masjid di Darayya, sebuah desa besar yang terkenal di kota Damaskus.
Pada suatu waktu, seorang imam masjid jami' di kota Damaskus meninggal dunia. Mendengar kabar tersebut, penduduk Damaskus berbondong-bondong menuju Darayya dengan tujuan bertemu Abul Hasan bin Dawud.
Menyikapi kedatangan mereka, penduduk Darayya bersiap-siap dengan senjata, menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkan Abul Hasan pergi.
Namun, Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Nasr rahimahullah mencoba untuk membujuk mereka dengan bijak, mengatakan, "Wahai penduduk Darayya, tidakkah kalian akan merasa bangga jika negeri lain mendengar bahwa penduduk Damaskus membutuhkan seorang imam dari kalian?"
Mendengar hal itu, penduduk Darayya akhirnya mengalah, menyatakan, "Ya, kami setuju."
? Ma'rifatul Qurra al-Kibar Lil Imam adz-Dzahabi: 1/295
?Tautan sumber:
https://t.me/fawaid_hazimiyah/913
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Akhir Hayat Dengan Ayat
Namanya Abul Fida' Ismail bin Umar bin Katsir AL Qurasy Ad Dimasyqi, akan tetapi beliau lebih dikenal dengan julukan Imam Ibnu Katsir.
Gelarnya, 'Imadud Din, Tiang Agama cukup sebagai bukti akan kedudukan beliau dalam sejarah Islam, terlebih lagi beliau juga murid dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahumallah-
Ketika membaca dan membahas tafsir, tak lengkap rasanya jika tidak merujuk kitab beliau dalam bidang tafsir. Tafsir Al Qur'anil Adzim. Yang sering juga disebut oleh masyarakat kita dengan Tafsir Ibnu Katsir.
Pada lembaran tafsir dari surah Al-Muddatsir, tepatnya ayat Allah:
( فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يسير)
Yang artinya kurang lebih, "Maka apabila sangkakala ditiup, Maka itulah hari yang sulit, Bagi orang-orang kafir tidak mudah."
Ibnu Katsir menjelaskan makna الناقور dengan menukil tafsir dari Ibnu Abbas, Zaid bin Aslam, Mujahid, Qatadah serta yang lainnya dari para ahli tafsir bahwa الناقور maknanya adalah sangkakala. Beliau juga melengkapi penjelasannya dengan membawakan riwayat tentang sangkakala. Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda
كَيْفَ أَنْعَمُ وَقَدْ الْتَقَمَ صَاحِبُ الْقَرْنِ الْقَرْنَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ وَأَصْغَى سَمْعَهُ يَنْتَظِرُ أَنْ يُؤْمَرَ أَن يَنْفُخَ فَيَنْفُخَ فَقَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ: فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولُوا حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ تَوَكَّلْنَا عَلَى اللهِ رَبَّنَا .
Al Imam Ibnu Katsir menutup pembahasan tiga ayat ini dengan menyebutkan kisah akhir hayat dari seorang Zurarah bin Aufa, salah seorang murid dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-.
وَقَدْ رَوَيْنَا عَنْ زُرَارة بن أوفى قَاضِي البَصْرَةِ : أَنَّهُ صَلَّى بِهِمُ الصُّبْحَ فَقَرَأَ هَذِهِ السُّورَةَ، فَلَمَّا وَصَلَ إِلَى قَوْلِهِ : فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ شَهِقَd شَهْقَةً، ثُمَّ خَرَّ مَيْتًا، رَحِمَهُ اللَّهُ
Dan telah diriwayatkan tentang Zurarah bin Aufa -Qadhi Bashrah-:
"Ketika itu beliau menjadi imam shalat shubuh. Surat Al-Muddatsir yang dipilih untuk dibacakan dalam shalat kali ini. Hingga tiba pada firman Allah (yang artinya) "Maka apabila sangkakala ditiup, Maka itulah hari yang sulit, Bagi orang-orang kafir tidak mudah." Beliau terisak. Menangis tersedu-sedu. Bergetar seluruh badannya hingga beliau pun jatuh tersungkur dalam keadaan ajal telah menjemputnya. Semoga Allah meridhai beliau."
Selesai penukilan dari Ibnu Katsir -rahimahullah-.
Wahai jiwa, bagaimana dengan akhir hayatmu?
Zurarah mengakhiri hayatnya dengan sebuah ayat yang menakuti diri dan jiwanya. Jauh memang untuk berharap akhir hayat karena sebuah ayat.
Tapi setidaknya...
Tidakkah kau bergetar hati ketika membaca ayat-ayat Allah? Ke mana air matamu saat ayat-ayat dibacakan dalam shalat di malam malam ramadhan!?
Ya Allah, jadikan ayat-ayat Mu sebagai pengingat dan peringatan bagi kami...
✍Ustadz Abu Abdillah Ega -hafidhahullah-.
#Wafayat #Ramadan1445H
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Ramadan 1 Hijriah, Panji Hamzah
Sebagian sejarawan menyebutnya Ekspedisi Saif Al-Bahr.
Tujuh belas bulan semenjak Nabi Muhammad - shallallahu 'alaihi wasallam - hijrah , setelah beliau membangun Masjid Quba, kemudian mendirikan Masjid Nabawi, di Bulan Ramadan Nabi Muhammad - shallallahu 'alaihi wasallam - mengutus Hamzah bin Abdul Muththalib membawa panji putih. Membawahi 30 pasukan muhajirin. Belum ada kaum Anshar yang ikut serta dalam ekspedisi perdana tersebut. Panji pasukan muslimin dipegang oleh Abu Martsad.
Tujuannya, ingin mencegat rombongan-rombongan Quraisy yang melintas di jalur perdagangan dari Makkah menuju Syam atau sebaliknya.
Di tepi pantai, pasukan Hamzah bin Abdul Muthalib bertemu dengan Abu Jahal dengan 300 pasukannya.
Tanpa gentar dan rasa takut, Hamzah beserta kaum muslimin yang hanya berjumlah sepersepuluh dari pasukan lawan tetap maju.
Majdi bin Amr Al-Juhani, seorang tokoh Bangsa Arab yang akhirnya menengahi kedua pasukan hingga tak terjadi pertumpahan darah.
Hamzah pun pulang bersama Muhajirin. Abu Jahal juga pulang dengan selamat. Akan tetapi kaum muslimin mulai menunjukkan eksistensinya di Tanah Yatsrib, Madinah.
Rujukan:
•Tarikh Thabari: 2/402
•Al-Kamil Fit-Tarikh: 2/9
•Al-Bidayah Wan-Nihayah: 3/517
#Ramadan1445H
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Rasa Malu Berujung Kemuliaan
Dahulu Al Qo'nabiy biasa meminum arak dan bergaul dengan para pemuda (perompak dan pecandu arak).
Suatu hari beliau mengajak mereka untuk minum arak. Di depan pintu Qo'nabiy menanti mereka. Lalu melintas Al Imam Syu'bah bin Al Hajaj (Amirul Mu'minin dalam bidang hadits) dengan berkendara di atas keledai diikuti manusia yang menyusul di belakang beliau. "Siapa dia?" Tanya Qo'nabiy "Dia adalah Syu'bah" Jawab yang lain "Siapa Syu'bah?" Mereka menjawab, "Seorang ahli hadits."
Sontak Qo'nabiy menghampiri Syu'bah dan mengatakan, "Bacakan kepadaku hadits!" "Asalkan engkau salah seorang dari ashabul hadits, aku pasti akan menyampaikan kepadamu hadits."
Jawab Syu'bah dengan bijak.
Tak puas mendengar jawaban itu, Qo'nabiy mengeluarkan pisau dan mengancam, "Bacakan kepadaku hadits atau akan kulukai dirimu?!".
Syu'bah pun membaca hadits dengan sanadnya, "Telah bercerita kepada kami Manshur dari Rib'iy bim Hirasy dari Abu Mas'ud Al Badriy dari Nabi beliau bersabda:
إنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلامِ النُّبُوَّةِ الأولى إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
"Di antara perkara yang didapatkan oleh manusia dari kalimat kenabian yang pertama adalah 'Jika engkau tidak memiliki rasa malu, maka berbuatlah sesukamu."
Qo'nabiy sesaat merasa malu, dilemparkan pisau dari tangannya dan segera kembali ke rumah. Diambilnya semua minuman haram yang dia miliki, ditumpahkan semuanya tanpa tersisa.
Dengan tekad yang membulat, beliau bertanya 'siapakah manusia saat ini yang paling berilmu?' 'Malik, dialah yang menjadi rujukan di masa itu.'
Ringkasnya, Qo'nabiy bersegera menuju Al Imam Malik di Madinah, belajar darinya hingga menghafal kitab Al Muwatha'. Kemudian beliau kembali lagi ke Bashrah untuk mencari Syu'bah dan belajar darinya. Ternyata Syu'bah telah tiada. Maka tidaklah Qo'nabiy meriwayatkan hadits dari Syu'bah kecuali hadits dalam kisah ini.
Al Qo'nabiy menjadi seorang imam dalam fiqih dan hadits. Beliau seorang ahli ibadah, zuhud dan memiliki banyak keutamaan. Beliaulah periwayat kitab Al Muwatha' yang paling tsiqah. Berkata 'Ali bin Al Madini dari ayahnya: "Tidak ada yang lebih diutamakan dalam periwayatan kitab Al Muwatha' selain Al Qo'nabiy.
?Siyar A'lamin Nubala': 10/257
✍Ustadz Abu Abdillah Ega -Hafidzahullah-
#Ulama
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
40. Muadzin Fustat
Senja dan guratan jingga. Sedikit demi sedikit langit yang semula membiru berganti. Matahari pun kian terbanam. Burung-burung mulai berlarian di udara. Lari dari kelamnya malam. Tentu saja, pulang ke sangkarnya masing-masing. Dengan tembolok yang menonjol, burung-burung itu jadi saksi betapa pemurahnya Rabb mereka.
Akan tetapi bukan itu bagian terindahnya. Karena dari sudut-sudut bumi, terpancar gaung yang lebih indah dari senja. Gema yang lebih menggetarkan dari sekedar guratan warna di langit. Seruan yang telah ada sejak 1400 tahun lamanya. Tak pernah terputus. Syahadat yang telah mengubah wajah alam semesta. Semesta yang dahulunya sunyi, hanya tasbih tanpa banyak yang mengerti, kini tasbih dan takbir itu terdengar lantang.
Iya, suara adzan. Meraung dan merasuk ke rongga-rongga tubuh. Ah, betapa indahnya.
Sejenak teringat dengan salah satu murid Asy-Syafi’i. Ar-Rabi’ namanya…
Ar-Rabi’ bin Sulaiman bin Abdil Jabbar bin Kamil. Kata Adz-Dzahabi ( Siyar A’lamin Nubala’: 12/588 ): “Al-Imam, Al-Muhaddits, Al-Faqihul Kabir, Baqiyyatul-A’lam ( peninggalan tokoh masanya ), murid senior Imam Syafi’i, penukil ilmuna, guru para muadzin di Masjid Jami’ Fustat. Mustamli ( penyambung suara ) para guru di masanya.”
Beliau dilahirkan pada tahun 174 H, dan wafat pada tahun 270 H.
Pernah berguru kepada Abdullah bin Wahb, Sa’id bin Abi Maryam, Abu Shalih, Muhammad bin Idris Al-Muthallibi, dan sejumlah besar guru-guru yang lain.
Adapun murid-murid yang berguru kepadanya, maka banyak di antara mereka adalah ulama-ulama hadis, semisal Abu Daud, Ibnu Majah, An-Nasa’I, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Abu Nuaim, Abdurrahman bin Abi Hatim, Muhammad bin Harun Ar-Ruyani, dan masih banyak lagi.
Bahkan, Imam Tirmidzi pernah menuliskan nama-nama ulama yang meriwayatkan kitab-kitab Imam Syafi’i dari Ar-Rabi, para tokoh yang melakukan perjalanan jauh demi menemuinya, sejumlah 200 tokoh. Subhanallah.
“Beliau dikaruniai umur yang panjang, namanya begitu tersohor, para ash-habul hadits begitu antusias mengerumuninya. Sebaik-baik guru. Menghabiskan umurnya dalam menimba ilmu dan menyebarkannya.”
Ar-Rabi adalah muadzin tetap di menara Masjid Jami Kota Fustat, Mesir. Tak ada seorangpun yang mengumandangkan adzan sebelum beliau berhalangan.
Kata Abu Ja’far Ath-Thahawi: “Ar-Rabi, Muadzin Masjid Jami’ Fustat wafat pada hari Senin dan dimakamkan pada keesokan harinya, Selasa, 21 Syawwal 270 H. Di antara yang mesalati beliau adalah Al-Amir Khamarawayh, Pemimpin Mesir saat itu.
Ar-Rabi, seorang ulama, seorang muadzin yang pernah menggemakan takbir, tahlil, dan syahadat di peradaban Mesir, melangitkannya. Semoga Allah merahmati beliau.
Antara Maghrib dan Isya, 23 Rajab, 1175 tahun setelah kepergian sang Muadzin.
#Salaf
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam
Telegram adalah sebuah ide tentang kebebasan dan privasi, memiliki banyak fitur yang mudah digunakan.
Last updated 3 months ago
COPAS/REPOST WITHOUT CR? DENDA 500k.
join : https://t.me/bulolwithyuchat
promosi berbayar chat : @ofcbulolwithyu
laporan/kritsar/izin : @binimarkrobot
Request di @hatersrbot
Last updated 11 hours ago
Drama Korea Sub Indonesia.
Update 1 Season tiap hari.
Paid Promote @sultankhilaf
grup
@drakor_dramakorea_indo
Ikuti saluran Drakor Drama Korea Sub Indo di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VakqKxXCHDyeALNv2m2q
Last updated 3 days, 10 hours ago