1. Mendiami sebuah bagian yang hilang
   Sebatas ucap tak selalu terdengar indah namun raga tak selamanya mampu menerima. Hakikatnya dunia ini dipenuhi oleh sebilangan manusia yang kalah bila tiba saatnya untuk sebuah penerimaan pada garisan takdir yang tak selari dengan letaknya harapan. Kerna itu jika mengagumi jangan dengan terlalu, jika menyayangi jangan hingga abadi dan jika memiliki harus beringat dia milik Yang Hakiki. Mendiami sebuah bagian yang hilang dalam diri menjadikan atap langit sentiasa pada musim hujan. Ingin memiliki namun tak lagi untuk digenggam erat disisi. Ia bakal kunjung pergi hanya jika pandang arah kehilangan ini sebagai yang terbaik untuk diterima dari Sang Illahi.

Meski ia sadis namun masih ada bagian yang lain untuk dirai dan disyukuri.
—نٰ
#Lakaranbungadanhujan

1. Senyumlah untuk menemani diri sendiri

Senyumlah pada setiap sebab yang tercipta untuk menjatuhkan air mata. Lantas jangan kau malu jika terlihat lemah pada guguran yang memenuhi wajah. Tuhan mencipta air mata bukan untuk disimpan namun bukan juga untuk setia meratapinya. Cuaca langit juga bermusim inikan pula kita, manusia kerdil yang tidak punya kuasa atas dirinya sendiri. Senyumlah untuk menemani diri sendiri kala guguran hujan lebat sedang turun membasahi.
—نٰ
#Lakaranbungadanhujan

1. Jawapan dari langit
   Tidak semua yang melewati akan menjadi bagian tetap dalam perjalanan ini meskipun harapan saling bergantungan dalam janji untuk tidak pergi meninggalkan. Namun doa yang setia dilangitkan tidak akan pulang tanpa jawapan dan jika diminta akan sebuah kebaikan maka kepergian itu juga mungkin sebuah jawapan.

Doa itu soal keyakinan maka yakinlah untuk tetap terus berjalan.
—نٰ

1. Bila percaya menjadi raja takkan ujian menjadi cela. Segala duka nestapa memberi makna tak di dunia nanti di Syurga.
   —نٰ

1. Januari dan senyum tawa
   Ternyata untuk mengukir senyuman tidak perlu alasan besar untuknya. Hanya pada hal-hal kecil yang mungkin tampak tidak penting mula menyapa mesra.

Januari mengajarkan senyum setelah kehilangan itu tampak lebih mudah jika tidak bergelut dengan kehendak sendiri. Dan untuk mengikhlaskan sesebuah kehilangan harus diawali dengan penerimaan.
Ia tidak mudah tetapi tidak pula mustahil untuk sampai pada titik kerelaan nyata kerna menghidupkan realiti sama seperti menjejakkan kaki kembali ke bumi.
—نٰ

1. Merayakan kehilangan
   Tentang kepergian yang tidak akan pernah terlunas hingga temu menjadi ruang untuk melunaskan. Mungkin hakikatnya ia tidak pernah menjadi pilihan, untuk mempertemukan atau bertemu lagi.
   —نٰ

78

Jika hari esok tidak tertulis buatku, semoga ada alasan yang selalu sering membuatmu tersenyum ketika ingatan memalit tentangku juga semoga ada doa beriringan untukku.
—نٰ