Sebenarnya, hati manusia itu punya ruang maaf yang luas. Entah sekecewa apapun itu, ia yang mampu menerima yang telah terjadi, akan selalu memaafkan. Namun, perihal kesempatan dua kali, tidak semua manusia mampu memperadakannya.

Ingat, memaafkan belum tentu memberi kesempatan kembali.

Sejak kapan orang lain terlihat jahat?
Sejak ia tidak mampu memenuhi ekspektasi kita.
Jadi siapa yang salah, ia atau kita?

"Manusia kerap tersesat didalam pikirannya sendiri,
Terluka karena pikirannya sendiri,
Dan nantinya juga hanya bisa sembuh karena pikirannya sendiri."

Tentang rasa yang tidak mampu di diagnosa, dan tentang asa yang kian mengangkasa, aku berdoa kita selamanya.

**KEKHAWATIRAN SAMAR ::

Apa yang akan terjadi,
Atau apa yang tidak akan pernah terjadi,
Aku tidak tahu mana diantara keduanya yang lebih kutakuti.

Akhir-akhir ini,
Kebaikan dan kebenaran samar sekali.
Terlebih bila itu berurusan dengan hati.**

"Kebebasan adalah kemampuan untuk bertindak secara irasional, untuk melakukan kesalahan, untuk tidak menaati logika dan hukum-hukum alam."

Hidup dengan Tuhan tidak akan menghentikanmu dari masalah, tapi hidup dengan Tuhan akan memberikanmu ketenangan dalam menghadapi berbagai masalah.

Jika kau berdo'a namun kau malah mendapatkan peristiwa yang pahit,
Nilailah dulu niat hatimu, (introspeksi) sebelum menghakimi semesta. Sesiapa yang melempar batu ke atas langit, akan kembali mengenai kepalanya.

KETEMU (?) ::

"Aku penasaran mana kira-kira yang lebih menyelamatkan manusia.
Keingintahuan atau justru ketidakingintahuannya?
Keberanian atau justru ketakutannya?
Kelenaannya atau kesadarannya?
Loyalitas atau idealismenya?"

"Nasi yang kita makan hari ini, bukan padi yang ditanam kemarin sore."