Dakwah Jalan Hidup, Redha Allah Maksud Hidup

Description
Silakan save dan share segala ilmu dan video yang di post dalam telegram ini . Semoga bermanfaat .
We recommend to visit

Pemburu yang diburu.

Last updated 2 months, 3 weeks ago

Memaparkan maklumat awal dan kemaskini terkini berkaitan kemalangan, bencana, jenayah dan isu-isu semasa dalam dan luar negara setiap hari.

Last updated 1 month ago

Rakyat Malaysia tunggal di Palestin. Berkongsi kehidupan seharian di Gaza.

Last updated 1 month, 2 weeks ago

2 weeks, 1 day ago

Menyedari bahawa kita bertuhan itu sangat penting. Hilangnya kesedaran ini menyebabkan kita akan putus asa pada setiap masalah yg dihadapi. Sebesar mana pun dosa yg kau lakukan, jalan kembali itu sentiasa ada, Allah itu maha pengampun.

Jangan kau tertipu dengan syaitan yang mengajak kau bersedih sehingga putus asa dari rahmat Allah. Seolah² tiada jalan untuk kembali. Allah menjadikan penyakit maka Allah juga lah yg menjadikan ubatnya.

Ulama itu pewaris nabi, merekalah yg sentiasa menanti ahli maksiat kembali sehingga bertukar statusnya kepada ahli taubat.. hanya bekal yg perlu dibawa itu ialah semangat dan kekentalan hati dan nekad serta ilmu yang diasah.

Untuk kembali kepada Allah milikilah kesedaran, semangat, nekad, ilmu dan kesediaan untuk mendapat tunjuk ajar walaupun dengan jalan yg keras. Percayalah perkataan ku. Umur itu benar-benar singkat. Manja akan hanya menyebabkan umurmu habis. Duduklah dibawah atapku dan tahanlah rotanku

Jalan itu sentiasa ada. Jalan itulah thoriqoh(tarekat).

2 weeks, 2 days ago

Artinya, jika semua orang berhasil mengamalkannya, maka keseimbangan antara kesalehan ritual dan kesalehan sosial bukan sekadar isapan jempol belaka.
Kemudian Syeikh Abdul Qadir al-Jilani mengutip hadits Qudsi dalam kitabnya, Sirr al-Asrâr, yang mengatakan:
يَصيْرُ لِلْصائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ الْإِفْطَارِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ رُؤْيَةِ جَمَالِي
Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa: (1). Ketika berbuka, dan (2). Ketika melihat Allah (makna ahli hakikat).
Para ahli syariat (fiqih) menafsirkan hadits qudsi tersebut sesuai makna dasarnya, bahwa yang dimaksud dengan
farhah ‘inda al-ifthâr—kebahagian ketika berbuka adalah makan ketika matahari tenggelam (al-akl ‘inda ghurûb al-syams) dan yang dimaksud dengan farhah ‘inda ru’yah jamâlî—kebahagiaan melihat jamâlî adalah melihat hilal di malam idul fitri (ru’yah al-hilâl fi lailah al-‘îd) (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Sirr al-Asrar, 1994, h. 113).📚
Sementara para ahli hakikat menafsirkan hadits di atas dengan makna yang lebih dalam, bahwa kebahagiaan ketika berbuka adalah kebahagiaan memasuki surga dengan memakan banyak kenikmatan di dalamnya (dukhûl al-jannah bi al-akl mimmâ fîhâ min al-na’îm), dan kebagiaan yang kedua benar-benar dimaknai dengan kabahagiaan bertemu Allah di hari kiamat (liqâ’ Allah yaum al-qiyâmah) (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Sirr al-Asrar, 1994, h. 113).📚
Kesimpulannya, dalam berpuasa kita harus mempertimbangkan aspek ruhaniah juga, tidak sekadar melihat mana yang membatalkan puasa dan mana yang tidak secara hukum. Boleh jadi puasa kita sah secara hukum karena berhasil menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh di waktu siang. Namun, apakah kita benar-benar berhasil mengambil manfaat puasa untuk hidup kita, dan melestarikan penahanan diri dari hal-hal yang dilarang sepanjang hidup kita, tidak hanya di bulan suci Ramadan saja.
••
Wallahu a’lam bish shawwab.
Referensi: sirr al-asrar karya Syekh Abdul Qodir al jailani
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد في الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ وَفِي الْمَلأِ الأَعْلَى إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ
Semoga bermanfaat,.

2 weeks, 2 days ago

Puasa Syariat dan Puasa Tarekat Syekh Abdul Qadir al-Jilani

Dalam memandang puasa, Syeikh Abdul Qadir al-Jilani membaginya dalam dua kategori, shaum al-syarî’ah (puasa syariat) dan shaum al-tharîqah (puasa tarekat), atau bisa juga disebut sebagai puasa berstandar fiqih dan puasa berstandar tasawuf.
Syeikh Abdul Qadir menjelaskan bahwa puasa syariat adalah:
أَن يمسك عن الْمأكولات والمشروبات وعن وقاع النساء في النهار
Menahan diri dari makanan, minuman, dan bersetubuh di waktu siang.
(Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Sirr al-Asrar, Damaskus: Darul Sanabil, 1994, h. 112).📚
Dari sudut pandang syariat, yang membatalkan puasa—secara umum—hanya makan, minum dan bersetubuh di siang hari. Selama bisa menahan diri dari tiga hal tersebut, puasa kita sah dalam sudut pandang fiqih. Hal ini berbeda dengan puasa tarekat. Syeikh Abdul Qadir mengatakan:
أن يمسك عن جميع أعضائه المحرّمات والمناهي والذمائم مثل العُجب والكبر والبخل وغير ذلك، ظاهر وباطنا، فكلُها يبطل صوم الطريقة
Menahan seluruh anggota tubuhnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan dan dilarang, menjauhi sifat-sifat tercela seperti ujub, sombong, kikir dan selainnya secara lahir dan batin. Setiap melakukan hal-hal tersebut membatalkan puasa tarekatnya. (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Sirr al-Asrar, 1994, h. 112).📚
Perbedaan mendasarnya terletak pada titik berat puasa tarekat yang lebih luas dari puasa syariat. Hal-hal yang membatalkannya pun lebih beragam, tidak seperti puasa syariat. Selama seseorang berhasil memenuhi syarat dan rukunnya, tidak melanggar tiga larangan seperti yang disebutkan di atas, puasanya sah secara fiqih, meskipun dia menggunjing, marah, pelit, dan sombong. Tapi tetap saja, dia mendapatkan dosa dari perbuatannya itu. Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai beliau bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ
Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar, dan betapa banyak orang yang bangun malam (untuk beribadah) yang tidak mendapatkan dari bangun malamnya kecuali begadang.(HR Imam Ibnu Majah)📚
Puasa tarekat memasukkan karakter negatif manusia dalam daftar pembatalan puasanya. Namun, perlu diingat, sistem pembatalan puasa tarekat tidak berimplikasi langsung terhadap batalnya puasa menurut fiqih. Sebab, puasa tarekat bermain di wilayah Tazkiyatun nufûs—penjernihan diri atau Tashfiyyatul qulûb—pembersihan hati, yang bisa disebut dengan pembangunan spiritual.
Wilayah yang digarap puasa tarekat adalah efek daripada pelaksanaan puasa itu sendiri, apa puasa sekadar ibadah tahunan dengan iming-iming pahala yang melimpah, atau sebuah proses perbaikan diri yang berkelanjutan. Sederhananya begini, puasa dalam perspektif tasawuf (tarekat) bisa dianggap sebagai Saringan bagi pengamalnya, yang semula dipenuhi dengan kebencian, setelah menjalankan ibadah puasa, kebenciannya perlahan-lahan berkurang. Begitu pula dengan karakter-karakter negatif lainnya.
Perbedaan lainnya adalah perihal waktu. Puasa syariat ditentukan waktunya atau mempunyai waktu tertentu (muwaqqat), sedangkan puasa tarekat tidak mempunyai waktu tertentu (muabbad fi jamî’i ‘umrih—sepanjang hidup manusia).
(Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Sirr al-Asrar, 1994, hlm 112).📚
Karena puasa tarekat adalah puasa jiwa, sehingga tidak terikat dengan bulan, waktu atau jarak tertentu. Ketika pengamalnya mulai berlaku sombong atau melakukan perbuatan yang diharamkan, puasanya batal secara tarekat.
Hal menarik lainnya dari puasa tarekat adalah masuknya, menahan seluruh anggota tubuh dari melakukan perbuatan yang diharamkan, sebagai salah satu perilaku yang membatalkan puasa. Ini menarik, karena dapat membuat orang yang menjalankan puasa tarekat menghindari sekuat tenaga perbuatan-perbuatan yang diharamkan agama, hingga timbul anggapan bahwa menahan diri dari hal-hal tersebut tidak kalah pentingnya dengan menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh ketika berpuasa. Apalagi pengamalan puasa tarekat tidak terbatasi oleh waktu tertentu.

2 months, 2 weeks ago

NABI ﷺ BERTASBIH DI KUBUR

Rasulullah ﷺ dan Para Sahabat رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ Bertasbih dan Bertakbir Di Sisi Kubur Saʿd bin Muʿādz رَضِيَ اللهُ عَنْهُ Sehingga Beliau Diselamatkan dari Himpitan Kubur

<<<<< >>>>>

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ:

خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ يَوْمًا إِلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ حِينَ تُوُفِّيَ، قَالَ: فَلَمَّا صَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَوُضِعَ فِي قَبْرِهِ، وَسُوِّيَ عَلَيْهِ، سَبَّحَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَسَبَّحْنَا طَوِيلًا، ثُمَّ كَبَّرَ، فَكَبَّرْنَا، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَ سَبَّحْتَ، ثُمَّ كَبَّرْتَ؟، قَالَ: (( لَقَدْ تَضَايَقَ عَلَى هَذَا الْعَبْدِ الصَّالِحِ قَبْرُهُ، حَتَّى فَرَّجَهُ اللهُ ﷺ عَنْهُ ))

Daripada Jābir bin ʿAbdullāh al-Anṣārī رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا, beliau berkata:

“Kami pernah keluar bersama Rasulullah ﷺ pada satu hari menuju ke [pengebumian] Saʿd bin Muʿadz رَضِيَ اللهُ عَنْهُ pada hari kewafatan beliau.

Apabila Rasulullah ﷺ telah selesai melakukan solat [jenazah] baginya dan beliau telah dikebumikan serta diratakan tanah di atas kubur beliau, Rasulullah ﷺ pun bertasbih, maka kami pun turut bertasbih dengan tasbih yang panjang. Kemudian Baginda ﷺ pun bertakbir, lalu kami pun bertakbir.

Setelah itu, Baginda ﷺ ditanya: “Wahai Rasulullah, mengapa Tuan bertasbih dan kemudian Tuan bertakbir?.”

Baginda ﷺ menjawab: “Sesungguhnya kubur hamba yang soleh ini telah menjadi sempit ke atasnya, [maka aku pun bertasbih dan bertakbir] sehinggalah Allah عَزَّ وَجَلَّ telah membuka jalan keluar baginya (/melepaskannya dari himpitan kubur).”

T: (Aḥmad (241H): al-Musnad), No. 14459 [Lafaz di atas] & 14611; (al-Ṭabarānī (360H): al-Muʿjam al-Kabīr), No. 5346; (al-Tahawi (321H): Mushkil al-Athar), No. 4173; (al-Bayhaqī (458H): Dalā'il al-Nubuwwah), No. 1405 & 1407; (Ibn ʿAsākir (571H): Tārīkh Dimashq), No. 58714 dan lain-lain. [Status: Ḥasan]

Pada riwayat al-Imām al-Ṭabarānī di dalam al-Muʿjam al-Kabīr (No. 5346) juga terdapat lafaz (طَوِيلًا) pada matan hadis [seperti riwayat al-Imām Aḥmad di atas] yang menunjukkan bahawa tempoh tasbih yang dilakukan adalah lama iaitu:

فَسَبَّحَ النَّاسُ مَعَهُ طَوِيلًا

“Maka orang ramai pun bertasbih (/berzikir) bersama Baginda ﷺ dalam tempoh yang panjang.”

Nota:

Hadis ini adalah di antara:

[i] dalil bagi pensyariatan amalan zikrullah seperti “Tahlil” dilakukan di sisi kubur seorang Muslim yang telah dikebumikan.

[ii] dalil bahawa amalan tersebut memberi manfaat kepadanya.

[iii] dalil bahawa Rasulullah ﷺ dan para Sahabat Baginda رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ pernah melakukan zikrullah di sisi kubur seorang Muslim.

PENUNTUT ILMU - Pembacaan Al-Quran, Zikrullah dan Doa di sisi Kubur Muslimin

2 months, 2 weeks ago

“Malu itu bila kita berhenti buat sesuatu maksiat, bila berseorangan, kerana Allah”

sifat malu kepada Allah adalah tanda keimanan, tanda hati yang masih hidup. Dan macammana hari ni kita perlu fikir nak kembalikan umat ni balik pada Allah.

“ tinggalkan dosa kerana ada manusia lihat itu lebih berdosa dari melakukan dosa itu sendiri “ -

AL ARIF BILLAH
MURSYID MAWLANA ABDUL HAMID CHIN

2 months, 2 weeks ago

Kita ni dah tak reti nak menangis , hati kita dah keras . Sebab kita jauh daripada Allah سبحانه وتعالى

Tapi kalau asbab benda asbab kita binasa kita boleh menangis.

Rumah baru siap kena banjir , kita boleh nangis.

Motor baru beli kena curi , kita boleh menangis

Kereta baru beli eksiden , kita boleh menangis.

Tapi

Nak menangis depan Allah , kita dah tak reti dah tak pandai.

- Nasihat Syeikhul Hadis Maulana Abdul Hamid Chin

2 months, 3 weeks ago

Berkata Abu Laits As Samarkandi : Tanda Takut kepada Allah itu terbukti dengan tujuh :
1- Pada lidahnya tertahan dari ghibah dan bercakap yang sia-sia lalu digunakan untuk berzikir kepada Allah.
2- Pada perutnya tidaklah ia makan kecuali makanan yang halal dan menurut kadar hajatnya.
3- Menjaga penglihatannya daripada melihat yang haram, ia melihat dunia sekadar peringatan aje.
4- Tangannya tidak mengambil yang haram,hanya digunakan kepada ketaatan kepada Allah.
5- Kedua kakinya tidak pergi ke tempat maksiat.
6- Menjaga hatinya tidak hasad dan seumpamanya.
7- Menjaga ibadahnya agar benar-benar ikhlas kepada Allah.

Diceritakan seorang ibu melihat anaknya menangis terisak- isak lalu ibunya berkata " Adakah kamu telah membunuh orang" Ya ibu, aku telah membunuh nafsuku "

Maksudnya tiada lagi nafsunya yang jahat sehingga dia benar-benar takut kepada Allah.
Adapun kita selagi mengikut hawa nafsu maka tidak merasa takut kepada Allah untuk bermaksiat pada Nya.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita.

2 months, 3 weeks ago
Bicara darah Wanita - Maulana Mansoor

https://www.facebook.com/share/v/19Y3PFuM8p/?mibextid=wwXIfr

Bicara darah Wanita - Maulana Mansoor

We recommend to visit

Pemburu yang diburu.

Last updated 2 months, 3 weeks ago

Memaparkan maklumat awal dan kemaskini terkini berkaitan kemalangan, bencana, jenayah dan isu-isu semasa dalam dan luar negara setiap hari.

Last updated 1 month ago

Rakyat Malaysia tunggal di Palestin. Berkongsi kehidupan seharian di Gaza.

Last updated 1 month, 2 weeks ago