"tapi, tolong, selalu punya alasan
untuk tetap hidup, ya?"ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ohiyaa, bot-ku jg ganti ke @KanastraBot. feel free buat nyambat yaa soalnya aku gabutan jg anaknya, mari saling tmi WKWKKW. terusss cek @KataMantra jg yuk? mana tau jg bisa membantu selain Kamus Diksi ini, hwhw. di sana, InsyaAllah isinya bkl tulisanku/hal-hal yg positif aja :DD ga galau ky biasanya wkwk*
ㅤㅤㅤㅤ

Telegram

Kamus Diksi; Aktif.

bot atau roomchat aku juga selalu terbuka untuk siapaaaa aja yang mau berteman atau bersandar sejenak. mau curhat, misuh nyambat, minta bantu revisi sajak, atau apapun InsyaAllah selalu aku tampung kok. aku juga akan berusaha jadi pendengar yg baik untuk…

mentemen, kare punya ch @dKamusDiksi yg isinya mengenai kepenulisan. semoga bisa membantu bagi siapa aja yg mau belajar menulis, yaa! =)

Terkadang, kita terlalu gila-gilaan dalam melakukan sesuatu.

Gila-gilaan dalam mencintai, gila-gilaan dalam menaruh harap.
Sampai pada akhirnya juga gila-gilaan untuk terlalu gila hingga lupa kalau sehat dan waras adalah salah satu anugerah yang ada di dunia.

Tapi, namanya perasaan, sulit dimengerti, kan?
Manusia pun begitu; terlalu kompleks untuk dijabarkan. Mereka benar-benar seperti apa yang rumpang tetapi juga penuh secara bersamaan. Bahkan kalau kata filsuf Jalaluddin Rumi; manusia sudah seperti samudera dalam bentuk tetesan saja.

Banyak hal di dunia ini yang ujungnya tak berujung. Kau mungkin pusing, tapi yang lain pun barangkali juga begitu. Tak tahu bagaimana harus berlaku, ragu sebab tak tahu apa akan berakhir baik atau tidak. Kalau sudah begitu, mau bagaimana? –Masih dengan seringkali, justru aku berakhir dengan tanya itu.
Terkadang, masih dengan seringkali: Kita lupa membawa izin-Nya dalam tiap yang kita lakukan.

Seolah kita bisa segala, seolah kita takkan apa-apa bahkan walau kita tak tahu bagaimana ke depannya. Padahal, kalaupun akhirnya terpuruk juga, kita lupa kalau semua di luar kuasa sebagai manusia. Dan pada saat-saat itu, masihkah kau dengan baik mengingat-Nya bahkan meski semua terpampang nyata?

Dan terkadang pula, masih dengan seringkali: Kita lupa bahwa kita masih bisa mengharap pertolongan-Nya.

Belakangan, aku merasa bahwa aku sebegitunya lancang.
Seperti seorang yang merasa begitu kecil, padahal Tuhannya Maha Memberi Pengampunan. Seperti seorang yang kehilangan harap, padahal ia tercipta dari Yang Maha Melapangkan. Seperti seorang yang kesepian, padahal ia tercipta dari Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.

Terkadang, masih dengan seringkali; kita lupa bahwa kita hanyalah seorang hamba yang semestinya patuh pada-Nya. Kita lupa bahwa kita bukanlah apa-apa tanpa-Nya, kita lupa bahwa semua di luar kuasa kita sebagai manusia.

–Karesha A.
ㅤㅤㅤㅤ

Telegram

Kota Tua