SALAFY SITUBONDO

Description
SALAFY SITUBONDO
Channel Telegram berisi faidah-faidah dari grup whatsapp Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS) Situbondo
Pembimbing: al-Ustadz Ibrahim Waliulu dan al-Ustadz Musa bin Hadi hafizhahumallah
Kritik dan saran: @abufawwaz
Advertising
We recommend to visit

Pemburu yang diburu.

Last updated 3 days, 9 hours ago

Memaparkan maklumat awal dan kemaskini terkini berkaitan kemalangan, bencana, jenayah dan isu-isu semasa dalam dan luar negara setiap hari.

Last updated 6 days, 2 hours ago

Rakyat Malaysia tunggal di Palestin. Berkongsi kehidupan seharian di Gaza.

Last updated 2 weeks ago

1 month, 1 week ago

⚠️ DALIH PERBUATAN SYIRIK : KAMI HANYA MENCARI BERKAH BUKAN BERIBADAH KEPADANYA

Pertanyaan:
Mengenai ungkapan penanya: Mereka berkata, 'Kami tidak menyembah mereka kecuali agar mereka mendekatkan kami kepada Allah.' Mereka mengakui adanya ibadah. Namun, orang-orang di (abad-abad) terakhir ini tidak menyebutnya sebagai ibadah, melainkan menyebutnya dengan mencari berkah?

Jawaban:

Berkata al-Allamah Ibn Baz rahimahullah,

"Tolok ukurnya adalah hakikat dan makna (dari sebuah perkara), bukan dari beragam ungkapan.

Jika mereka berkata, 'Kami tidak menyembah mereka, hanyalah kami mencari berkah dari mereka.' Maka yang demikian tidak akan bermanfaat bagi mereka selama mereka melakukan hal yang sama dengan orang-orang musyrikin.

Walaupun mereka tak menyebutnya ibadah dan hanya sekedar menamainya dengan istilah mencari perantara atau berkah. Maka bergantung kepada selain Allah, berdoa kepada orang yang telah tiada, kepada para nabi, atau orang-orang saleh, menyembelih untuk mereka, sujud, atau meminta pertolongan kepada mereka, semuanya itu adalah bentuk peribadatan. Meskipun mereka menamainya dengan hanya sekedar mengabdi atau istilah lainnya.

Karena sungguh tolok ukurnya dengan hakikat sebenarnya dan bukan dengan sekedar penamaan sebagaimana telah berlalu (penjelasannya).

Termasuk dari hal yang demikian adalah pernyataan sekelompok orang yang ikut bersama Nabi ﷺ menuju peperangan Hunain. Ketika mereka melihat kaum musyrikin menggantungkan senjata mereka di sebuah pohon, mereka berkata: 'Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami dzatu anwat (nama sebuah pohon, pen) seperti punya mereka. Maka Nabi ﷺ menjawab, 'Allahu Akbar! -Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya-, kalian telah mengatakan sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa: 'Buatkan untuk kami sesembahan, seperti sesembahan yang mereka punya.'

Maka di sini Rasulullah ﷺ menyamakan kedua ucapan tersebut, dalam kondisi mereka hanya mengucapkan: 'buatkan bagi kami dzatu anwat.' Namun Rasulullah ﷺ tetap menjadikan ucapan mereka semisal perkataan Bani Israil. Karena (sekali lagi) yang menjadi tolok ukur adalah makna dan hakikat, bukan sekadar istilah-istilah (yang dipakai)."

📚 Sumber: Majmu’ Fatawa dan Artikel Syaikh Ibn Baz 3/139

🥭 Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i / Salafy Situbondo

📑 Penerjemah: Farhan Lubuklinggau (Santri PKL Tarbiyah 1446H)

🔎 Korektor : Ust Abu Muhammad Musa hafizhahullah

Teks Arab 🇸🇦:
س: وأما قول السائل: أولئك قالوا ما نعبدهم إلا ليقربونا، فاعترفوا بالعبادة ولكن هؤلاء المتأخرين ما يقولون: إنهم يعبدونهم، ولكن يقولون: إنهم يتبركون بهم؟

جـ: فالجواب أن يقال: الاعتبار بالحقائق والمعنى لا باختلاف الألفاظ، فإذا قالوا: ما نعبدهم وإنما نتبرك بهم، لم ينفعهم ذلك ما داموا فعلوا فعل المشركين من قبلهم، وإن لم يسموا ذلك عبادة، بل سموه توسلًا أو تبركًا، فالتعلق بغير الله، ودعاء الأموات والأنبياء والصالحين والذبح لهم أو السجود لهم، أو الاستغاثة بهم، كل ذلك عبادة ولو سموها خدمة، أو سموها غير ذلك، لأن العبرة بالحقائق لا بالأسماء كما تقدم.
ومن هذا القبيل قول الجماعة الذين خرجوا مع النبي ﷺ إلى حنين لما رأوا المشركين يعلقون أسلحتهم على سدرة، قالوا: (يا رسول الله اجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط، فقال النبيﷺ: الله أكبر قلتم والذي نفسي بيده كما قالت بنو إسرائيل لموسى اجعل لنا إلها كما لهم آلهة. فجعل المقالة واحدة، مع أن هؤلاء قالوا: اجعل لنا ذات أنواط، فجعل قولهم مثل قول بني إسرائيل؛ لأن العبرة بالمعنى والحقائق، لا بالألفاظ[1].

(مجموع فتاوى ومقالات الشيخ ابن باز 3/139)

1 month, 1 week ago

SEORANG ISTRI MASUK ISLAM TAPI SUAMI TETAP KAFIR, BAGAIMANA PERNIKAHANNYA?

📜 Pertanyaan:
Ada seorang lelaki yang memiliki beberapa saudari perempuan yang menikah dengan para lelaki kafir.

Ketika dia mendapatkan hidayah, dia ingin mengajak mereka kepada tauhid dan diterima ajakan tersebut oleh saudari-saudari perempuannya, namun suami-suami mereka tidak menghiraukannya.

Apakah dia harus memisahkan para saudara perempuannya dari suami-suami mereka?
Atau bagaimana yang seharusnya dia lakukan?

▪️ Jawaban:
Berkata al-Allamah Ibn Baz rahimahullah,

"Jika saudari-saudari perempuannya adalah para muslimah, maka pernikahan itu batal, dan dia harus memisahkan mereka dari para suaminya yang kafir. Ini adalah kewajiban baginya.

Jika dia berada di negara Islam, maka pemerintah negara tersebut harus memisahkan mereka dari suami-suami yang kafir.

Namun, jika mereka sama-sama kafir, baik Yahudi, Nasrani atau penyembah berhala, maka pernikahan mereka sah.

Kemudian jika mereka masuk Islam, maka haram bagi mereka untuk tetap bersama suami-suami yang tidak beriman, berdasarkan firman Allah (yang artinya):
"Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka" (Al-Mumtahanah: 10).

Mereka harus berpisah dari suami-suami kafir mereka, kecuali jika sang suami tersebut masuk Islam dalam masa iddah, maka dia adalah istrinya.

Demikian pula setelah masa iddah, jika dia tidak menikah, dia dapat kembali kepadanya, seperti yang terjadi pada putri Nabi Muhammad ﷺ, Zainab, yang kembali kepada suaminya Abu al-Ash bin ar-Rabi' setelah dia masuk Islam dan masa iddah telah berlalu.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada nabi kita muhammad beserta keluarga dan sahabatnya"

(Majmu' fatawa Syaikh bin baz rahimahullah 3/141)

🥭 Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i / Salafy Situbondo

📝 Penerjemah: Al-Akh Rozan, Santri PKL Mahad Minhajul Atsar Jember

🔍 Korektor: Ust. Abu Muhammad Musa hafizhahullah

Teks Arab 🇸🇦

س: وأما قول السائل: عن رجل له أخوات تزوجن برجال مشركين، وعندما اهتدى أراد دعوتهم إلى التوحيد، فأجبنه أخواته، ولم يستجب له أزواجهن، فهل يفصل أخواته عن أزواجهن، أم ماذا يفعل؟

جـ: إذا كن مسلمات فالنكاح باطل، ويجب عليه فصل أخواته عنهم، ويلزمه ذلك، وإذا كان في بلاد إسلامية وجب على حاكمها أن يفصلهن من أزواجهن الكفار، أما إذا كن كافرات معهم مثل يهوديات أو نصرانيات أو وثنيات فنكاحهن صحيح، فإذا أسلمن حرم عليهن البقاء معهم وهم غير مسلمين؛ لقوله جل وعلا: لا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ [الممتحنة:10] وعليهن أن ينفصلن عن أزواجهن الكفار، إلا إذا أسلم الزوج في العدة فهي امرأته، وهكذا بعد العدة على الصحيح إذا كانت ما تزوجت له الرجوع إليها، كما رجعت بنت النبي ﷺ زينب -رضي الله عنها- إلى زوجها أبي العاص ابن الربيع بعدما أسلم وقد مضت العدة.
وصلى الله وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه[1].

(مجموع فتاوى ومقالات متنوعة للشيخ ابن باز 3/141)

1 month, 1 week ago
Radio Salafy Situbondo

Radio Salafy Situbondo

Simak Sekarang!!

KAJIAN ILMYYAH BESUKl SESI 2 Bersama Al-Ustadz Abul Harits Muhammad Muslih hafizahullah -MENGENAL LEBIH DEKAT MANHAJ SALAF, JALAN KESELAMATAN DUNIA DAN AKHIRAT- Di Masjid al-Anshar, Besuki - Situbondo
Telegram : https://t.me/SALAFY_BESUKI

Versi Web di
http://manhajulanbiya.com
atau
Download Aplikasi di
http://manhajulanbiya.com/radio

4 months, 1 week ago
4 months, 1 week ago
4 months, 1 week ago
4 months, 2 weeks ago

? HUKUM MENGGUGURKAN UTANG DAN MENGHITUNGNYA SEBAGAI ZAKAT

Al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah

Pertanyaan: Dari Riyadh seorang penanya (A.A.) bertanya:"Bolehkah menggugurkan utang dan menganggap utang yang digugurkan itu sebagai zakat?"

? Jawaban:

"Tidak. Tidak boleh baginya menggugurkan utang itu dan memperhitungkannya sebagai zakat. Tetapi hendaknya dia melihat kondisi orang yang mengalami kesulitan itu, dia melihatnya. Jika dia memberinya zakat karena kesulitan (hidup) dan kefakiran orang itu, maka tidak mengapa. Adapun menggugurkan utang dari zakat, tidak boleh. Zakat itu pemberian. Bukan pengguguran. Maka hartanya belumlah terjaga (dari diambil zakatnya oleh pemerintah) dengan menggugurkan utang dari orang-orang yang sedang kesusahan. Yang wajib kepadanya adalah menangguhkan (untuk melunasi utangnya). Jika dia menggugurkan utang itu dari mereka sebagai sedekah dan bantuan-bukan sebagai zakat-maka tidak mengapa.

Pembawa acara:"(Bagaimana) jika dia mempersyaratkan kepada si kreditur (pengutang)-wahai Syaikh yang mulia-bahwa dia akan memberinya zakat dengan syarat dia membayar (utang) yang menjadi tanggungannya?"

Asy-Syaikh:"Tidak tepat."

Pembawa acara:"Tidak tepat?"

Asy-Syaikh:"Tidak. Berikan padanya dan jangan memberikan syarat. Berikan zakat padanya karena kefakirannya jika dia mau memberi pada orang itu. Berikan padanya tanpa ada syarat. Jika kemudian dia melunasi utangnya dengan zakat yang orang itu berikan, maka tidak mengapa. Adapun jika engkau mengatakan: lunasi utangmu, maka akan kuberi (zakat), (yang seperti ini) tidak. Tidak benar. Ini seperti halnya menggugurkan (dalam kasus di atas). Ya."

? Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS)

https://t.me/salafysitubondo/3669

? Korektor: al-Ustadz Musa bin Hadi hafizhahullah

?️ 02 Muharram 1446 H
08 Juli 2024

?? Teks Asli

السؤال:

من الرياض السائل: (أ. أ) يقول: هل يجوز إسقاط الدين، واحتسابه من الزكاة؟

الجواب:

لا، ليس له إسقاطه واحتسابه من الزكاة، ولكن ينظر المعسر، ينظره، وإذا أعطاه من الزكاة لأجل عسره، وفقره؛ لا بأس، أما إسقاطه الدين عن الزكاة، لا، الزكاة إعطاء، ليست إسقاطًا، فلا يقي ماله بإسقاط الدين عن المعسرين، ولكن يجب عليه أن يمهلهم، وإذا أسقطهم تبرعًا ومساعدة، لا زكاةً؛ فلا بأس.

المقدم: إذا اشترط عليه -سماحة الشيخ- أن يعطيه من الزكاة بشرط أن يسدد الدين الذي عليه؟

الشيخ: ما يصلح.

المقدم: ما يصلح.

الشيخ: لا، يعطيه ولا يشترط، يعطيه من الزكاة لفقره، وإن أعطاه، ردها إليه من دون شرط، أوفاه مما أعطاه؛ فلا بأس، أما يقول: أعطيك تعطيني، لا، ما يصح، هذا كالإسقاط. نعم.

المقدم: جزاكم الله خيرًا.
https://binbaz.org.sa/fatwas/12133/%D8

Telegram

SALAFY SITUBONDO

***💰*** HUKUM MENGGUGURKAN UTANG DAN MENGHITUNGNYA SEBAGAI ZAKAT Al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ***❓*** Pertanyaan: Dari Riyadh seorang penanya (A.A.) bertanya:"Bolehkah menggugurkan utang dan menganggap utang yang digugurkan itu sebagai zakat?" ***📌*** Jawaban:…

4 months, 3 weeks ago
4 months, 3 weeks ago
6 months, 4 weeks ago

? SEPULUH CATATAN SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYYAH TENTANG RAFIDHAH

Seri keempat

Syaikhul Islam berkata:

"Syi'ah Rafidhah mencintai Tartar dan daulah (negara) mereka. Karena mereka mendapatkan kemuliaan yang tidak didapatkan dari daulah Islam. Dan Rafidhah adalah kaum yang membantu orang-orang musyrik dan Yahudi dalam memerangi kaum muslimin¹."

? Majmu'ul Fatawa 28/527

✒️ Penyusun: Fadhilatusy Syaikh Arafat bin Hasan al-Muhammadi hafizhahullah

Catatan kaki:

  1. Dalam sejarah Islam, keruntuhan Khilafah Abbasiyah pada tahun 656 H akibat serangan pasukan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Penyebab utamanya adalah pengkhianatan perdana menteri Abbasiyah, Muhammad Ibnul Alqami, seorang penganut sekte Syi'ah Imamiyah (Rafidhah). Dia yang mengirimkan surat kepada Hulagu Khan, kaisar Mongolia, yang isinya memprovokasi agar dia menginvasi Baghdad. Ibnul Alqami juga menjelaskan apa saja kelemahan khilafah Abbasiyah, mengurangi pasukan yang ada di ibukota dari 100.000 orang menjadi hanya 10.000 orang saja. Dalam invasi tersebut, Baghdad diratakan dengan tanah, khalifah al-Musta'shim Billah dibantai, hingga dikatakan 2 juta lebih penduduknya tewas dibunuh, dan kitab-kitab ilmu karya ulama Islam dibuang ke sungai Tigris. Saking banyaknya buku-buku yang dibuang tersebut, sungai itu berubah warna airnya menjadi hitam. Fa innaa lillaahi wa innaa ilayhi raji'uun (lihat al-Bidayah wan Nihayah karya al-Imam Ibnu Katsir asy-Syafi'i hafizhahullah)

? Korektor: al-Ustadz Musa bin Hadi hafizhahullah

https://t.me/salafysitubondo/3534

?️ 19 Syawal 1445 H
28 April 2024

We recommend to visit

Pemburu yang diburu.

Last updated 3 days, 9 hours ago

Memaparkan maklumat awal dan kemaskini terkini berkaitan kemalangan, bencana, jenayah dan isu-isu semasa dalam dan luar negara setiap hari.

Last updated 6 days, 2 hours ago

Rakyat Malaysia tunggal di Palestin. Berkongsi kehidupan seharian di Gaza.

Last updated 2 weeks ago