📕Majalah Qudwah📒

Description
✔ Untaian Kisah Mutiara Hikmah
Advertising
We recommend to visit

♡Koleksi modul/ soalan percubaan SPM.
♡Semua bahan adalah percuma.
♡Sebarang pertanyaan sila baca FAQ di pinned message terlebih dahulu.
♡Followers yang ingin derma soalan/ modul sila pm kami
📞 @SoalanPercubaanSPM_Admin

SGO merupakan satu eduweb yang berguna kepada ibubapa dan guru-guru untuk mendapatkan nota, soalan, bahan, motivasi, info dan pelbagai

Join : https://telegram.me/sistemguruonline
Shopee : https://shope.ee/5AIZxdlvux

Last updated 1 month, 1 week ago

1 year, 10 months ago

🌍 https://t.me/Majalah_Qudwah

KorupsiTidak usah bertanya atau dibicarakan. Siapa pun tahu -karena rahasia umum-, korupsi seolah penyakit kronis yang melekat di hampir setiap orang berpangkat. Bahkan orang kecil-kecilan pun ogah ketinggalan untuk ikut menilep, menikmati, dan merayakan hasil korupsi. AlasannyaAh, macam-macamlah.

Padahal Nabi Muhammad pernah marah karena sikap seorang utusan yang beliau percaya untuk menghimpun harta sedekah dari berbagai kabilah. Utusan itu tiba dengan membawa macam-macam harta sambil berkata, “Ini harta untuk kalian. Sementara yang ini untukku sebagai hadiah dari orang yang memberi.”

Duh, betapa marah Rasulullah.
Seketika itu juga beliau naik ke atas mimbar untuk meluruskan pemahaman yang mungkin terbersit di benak setiap petugas, pegawai, atau karyawan. Dan inilah sabda Rasulullah ﷺ ketika itu:

مَابَالُ عَامِلٍ أَ بْعَثُهُ، فَيَقُولُ: ه‍َذَالَكُمْ، وَه‍َذَاأُه‍ْدِيَ لِي، أَفَلَاقَعَدَفِي بَيْتِ أَبِيهِ، أَوْفِي بَيْتِ أُمِّهِ، حَتَّى يَنْظُرَ أَيُه‍ْدَى إِلَيْهِ أَم لَا؟

"Ada apa dengan seorang petugas yang aku utusIa menyatakan, 'Ini untuk kalian dan ini untukku sebagai hadiah. Kalau ia duduk di rumah ayah atau ibunya, apakah ia diberi hadiah ataukah tidak (Tentu tidak, ini adalah bentuk suap kepada pegawai, ed.)." [H.R. Al Bukhari dan Muslim dari Abu Humaid As Sa'idi]

Setelah itu, Nabi Muhammad ﷺ menggambarkan siksa orang-orang yang mengambil harta, padahal bukan haknya. Mereka akan memanggul semua harta yang diambil tanpa hak pada hari kiamat kelak. Dan itu terjadi di hadapan sekian banyak makhluk. Bisa jadi ia selamat dari pengadilan dunia, namun apa yang akan ia lakukan di hadapan pengadilan AllahSiksa yang mengerikan والعياذ بالله.

Sudahlah. Hidup berselimut halal semestinya menjadi tekad dan prinsip hidup kita. Pilihlah pekerjaan yang halal. Jangan ikutkan hati dengan omongan orang, “Cari yang haram saja susah, apalagi yang halal ” Omongan semacam itu hanyalah godaan setan yang tak berlandasan.

Pekerjaan yang halal masih banyak terbentang. Harta yang halal pun tak akan mungkin habis dicari dan dikumpulkan. Pertanyaannya, “Maukah kita mencarinya” Walau mungkin dipandang rendah oleh orang, toh bukan manusia yang berhak menilai. Harga diri kita sebagai seorang hamba muslim mesti dipertahankan. Lebih ba**ik sedikit namun diberkahi, daripada banyak namun hasil mengemis atau bahkan "mencuri".

Indahn**ya wasiat Rasulullah ﷺ untuk kita. Kata beliau:

لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ، خَيْرٌ لَهُ
مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا، فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ

“SungguhSalah seorang di antara kalian meletakkan seikat kayu bakar di punggungnya, lebih baik untuknya daripada meminta kepada orang lain, ia bisa diberi, bisa juga tidak.” (H.R. Al Bukhari dari shahabat Abu Hurairah رضي الله عنه).

Contohlah Hisyam Ad Dustuwa'i yang berjualan kain, Adh Dhahak bin Makhlad yang berjualan sutra, Al Hasan bin Rabi' yang berjualan kayu, Abul Hasan Al Baghdadi yang berjualan beras atau Muslim Al Hannath yang hidup dengan menjahit. Dan jangan lupa juga bahwa Nabi Muhamma**d ﷺ pernah menjadi seorang penggembala kambing untuk menerima upah dari penduduk Makkah.

Masih tergoda dengan harta yang besar dan banyak namun haram Ataukah anda telah menemukan titik cerah bahwa harta halal adalah selimut hidup terbaik والله الموفق.

🌏📕 Sumber ||
Majalah Qudwah Edisi 015

Telegram

📕Majalah Qudwah📒

***✔*** Untaian Kisah Mutiara Hikmah

***🌍***
1 year, 10 months ago

🌍 https://t.me/Majalah_Qudwah

Muhasabah

🍚 HIDUP DENGAN YANG HALAL

✍🏻 Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa'i حفظه الله تعالى

Tidak disangka, tidak pula terkira. Ternyata laki-laki itu sehari-harinya bergelut dengan pekerjaannya yang aneh. Dalam pandangan keumuman orang, pekerjaan tersebut mungkin dianggap biasa, lazim bahkan kasar. Pekerjaan itu dianggap aneh karena yang mengerjakannya adalah seorang ulama besar dalam Sejarah Islam.

Jual beli kulit hewan di hiruk
pikuknya kota Basrah beliau tekuni. Kedudukannya di mata kaum muslimin sebagai seorang panutan tidak lantas menghalangi beliau untuk mencari harta halal. Dialah Al Imam Ayyub bin Abi Tamimah As Sikhtiyani. Terkait dengan profesinya sebagai saudagar kulit hewan, membuat nama beliau tersematkan di belakangnya dengan "As Sikhtiyani”
(Si Penjual Kulit Hewan).

Padahal, siapakah Ayyub As Sikhtiyani

Ayyub adalah seorang tabi'in yang lahir pada tahun 68 H, tahun yang sama dengan wafatnya shahabat Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما. Guru-gurunya adalah tokoh-tokoh besar tabi'in semacam Muhammad bin Sirin, Al Hasan Al Basri, Mujahid bin Jabr, Ikrimah maula Ibnu Abbas, Nafi' maula Ibnu Umar, Atha' bin
Abi Rabah dan lainnya.

Pujian Al Hasan Al Basri berikut ini kiranya cukup untuk menggambarkan siapakah Ayyub As Sikhtiyani, "Sayyid syabab ahlil Bashrah." Ayyub adalah tuannya pemuda di seantero wilayah Basrah. Demikian kata Al Hasan.

Karya-karya tentang biografi ulama Islam tentu tidak akan melewatkan Ayyub begitu saja. Bahkan biografinya terlalu panjang untuk diceritakan. Akan tetapi, kita akan sedikit mengutip dari kemuliaan beliau. Dengan titik berat pada profesi beliau yang terbilang aneh dalam kapasitas beliau sebagai seorang tokoh besar.

Hidup dari yang halalInilah sebuah teladan yang patut kita camkan dari kisah hidup beliau.

Melalui jual beli kulit hewan, seolah-olah Ayyub menyadarkan sekaligus
membelai lembut perasaan kita, "Apa pun kata orang, apa pun pandangan manusia, bagaimana pun hasilnya, bekerja dan berusahalah untuk mencari barang halal. Allah pasti memudahkan dan memberkahi".

Hidup dengan yang halal adalah ajaran luhur Islam. Sekian banyak ayat Al Qur'an membimbing kita dalam hal ini. Mencari, bekerja, dan mengonsumsi yang halal. Hadits-hadits Nabi Muhammad pun jika diteliti secara saksama, banyak mengajarkan untuk hidup mandiri, berdikari, dan menjaga harga diri.

Allah berfirman di dalam Al Qur'an:

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepada kalian, dan syukurilah nikmat Allah, jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Q.S. An **Nahl: 114)

Ayat di atas rasanya jelas dan tegas memerintahkan, “Makanlah yang halal dan baik" Namun, seperti apakah fakta dan aplikasi di lapanganSedih, menyesakkan, dan mengundang emosi. Siapa juga yang berani mengingkari jika barang halal atau haram tidak lagi dipedulikan. Asal se**nang dan menyenangkan.

نعوذ بالله من ذلك

Modus penipuan seakan ter- up date setiap waktunya. Mulai dari rakyat kecil yang dijadikan sasaran hingga orang-orang berduit yang masih tamak akan harta pun tak lepas dari jerat-jerat penipuan. Perampokan di masa sekarang sudah semakin ganas dan liar. Lihat saja aksi penembakan, pembunuhan, dan ancaman bom yang sering mengiringi aksi perampokan.

~~Praktek riba,~~ walaupun dilarang agama, malah dijadikan sebagai sumber penghasilan oleh sebagian kalangan. Ada yang terang-terangan mengambil bunga, ada juga yang bersembunyi di balik istilah-istilah agama. Ada yang berbentuk bangunan mewah sebagai pusat kendali riba, sampai ada juga yang bersepeda sederhana di tengah-tengah pasar.

Telegram

📕Majalah Qudwah📒

***✔*** Untaian Kisah Mutiara Hikmah

***🌍***
1 year, 10 months ago
📕Majalah Qudwah📒
1 year, 10 months ago

🌍 https://t.me/Majalah_Qudwah

Demikianlah ragam sikap seorang dalam membalas kezaliman. Dan telah jelas bagi kita bahwa diperbolehkan membalas secukupnya saja. Sekali pun demikian, memaafkan dan bahkan membalasnya dengan kebaikan adalah perkara yang mulia dan menghasilkan banyak keutamaan dan kemuliaan bagi pelakunya.

Seorang muslim yang baik selalu mempertimbangkan maslahat dan mudharat yang mungkin terjadi dalam segala tindakannya. Begitu pula ketika mengambil sikap dalam perkara ini. Apabila dia melihat ada kemaslahatan ketika perbuatan zalim itu dibalas, maka lakukanlah sikap tersebut dengan mengharap keridhaan Allah سبحانه وتعالى. Apalagi maslahat yang ada merupakan maslahat umum yang menyangkut kepentingan orang banyak.

Contohnya, membalas pelaku kejahatan profesional agar tidak ada lagi orang lain yang merasakan kejahatannya di kemudian hari. Itu sebabnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad رحمه الله mewajibkan membunuh seorang pembunuh yang ahli dan tidak boleh wali dari orang yang terbunuh memberikan maaf ataupun meminta diyat (ganti rugi)¹).

Meskipun mereka membutuhkan harta tersebut. Hal itu dikarenakan membebaskan pelaku pembunuhan yang seperti itu akan menimbulkan kemudaratan yang banyak dan memungkinkan baginya untuk mengulangi perbuatan tersebut di kemudian hari. Sedangkan menghukumnya dengan hukuman yang setimpal terdapat kemaslahatan berupa terjaganya keamanan masyarakat umum dan agar tindakannya tidak diikuti oleh yang lainnya.

Dan apabila dia mengambil sikap ini dengan menimbang maslahat dan mencegah kemudaratan yang akan terjadi, dia akan mendapat pahala mengamalkan perintah Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits:
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ

“Janganlah kamu berbuat kemudharatan yang disengaja, dan jangan pula kemudaratan yang tidak disengaja.” [H.R. Ibnu Majah dan Daruquthni, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله di dalam Sils**ilah Ash-Shahihah]

Maka demikianlah, hendaknya dipertimbangkan maslahat dan mudharat yang ada. Hal yang kemaslahatannya lebih banyak, itulah yang dipilih untuk diamalkan.

وا**لله أعلم بااصواب, والله الموفق.

TAHUKAH ANDA
Ayat k
e enam surat Al Maidah mengandung seribu hukum. Sejumlah ulama dari madzhab Malikiyah pernah bersama-sama mengumpulkannya di kota As Salam, akan tetapi mereka hanya menemukan delapan ratus hukum. (Ahkamul Qur'an karya Ibnul 'Arabi)

Catatan Kaki:
1⃣ Dalam hukum islam, orang yang dibunuh secara sengaja, walinya diperbolehkan menuntut si pembunuh dengan tiga perkara. Pertama, meminta qishash, nyawa ditebus dengan nyawa. Kedua, ditebus dengan diyat sebanyak 100 ekor unta. Ketiga, dibebaskan dan dimaafkan tanpa ganti rugi. red.

🌏📕 Sumber ||
Majalah Qudwah Edisi 015

Telegram

📕Majalah Qudwah📒

***✔*** Untaian Kisah Mutiara Hikmah

***🌍***
1 year, 10 months ago

🌍 https://t.me/Majalah_Qudwah

1⃣ 'ADL (BERSIKAP ADIL)
Bersikap adil dalam membalas keburukan adalah dengan membalas satu keburukan dengan keburukan yang semisal dengannya, tidak menambahnya, dan tidak menguranginya. Ini dapat kita ambil dari firman Allah di atas:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa"

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ

“Dan Jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan apa yang ditimpakan kepadamu.”

Perbuatan yang seperti ini diperbolehkan, karena Allah سبحانه وتعالى mengerti bahwa sebagian manusia ada yang mempunyai tabiat tidak dapat melupakan kezaliman pada dirinya kecuali dengan membalasnya. Maka tidak ada dosa membalas keburukan dengan keburukan ketika pembalasan tersebut benar-benar semisal, tidak menambah dan mengurangi. Apalagi ketika di dalam pembalasan tersebut terdapat kemaslahatan yang banyak. Sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى di atas:

وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَٰئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ

“Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosa pun terhadap mereka.”

Akan tetapi ketika seseorang hendak melakukan sikap yang pertama ini, dia harus berhati-hati agar tidak terjerumus pada perbuatan yang kedua yaitu bertindak melampaui batas dalam melakukan pembalasan. Karena pada **dasarnya sifat manusia adalah teramat zalim dan bodoh.

2⃣ ZHULM (ZALIM)
Dia membalas dengan melampaui batas. Yakni, membalas kejelekan yang dilakukan orang lain kepadanya dengan sesuatu yang lebih besar atau lebih merugikan. Sebagaimana** telah dijelaskan bahwa asal sifat manusia adalah teramat bodoh dan zalim.

Sehingga mayoritas manusia apabila nafsu amarah serta emosi menguasai dirinya, maka nafsu amarah menguasai dirinya sehingga bertindak melampaui batas. Membalas kezaliman dengan seperti ini menyebabkan pelakunya mendapat dosa. Sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى:

إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih."

3⃣ FADHL (SIKAP YANG UTAMA)
Pada derajat ya
ng ketiga ini, seseorang membal**as kejahatan orang lain dengan memaafkan dan bahkan berbuat baik kepadanya. Dan pada sikap yang seperti ini terdapat balasan yang besar dari Allah سبحانه وتعالى dan pahala yang banyak. Hal ini tidak dapat dilakukan kecuali oleh orang yang mempunyai tekad yang kuat, ilmu yang luas, dan kesabaran yang banyak.

Karena tidak membela diri baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan ketika disakiti adalah suatu perkara yang berat. Terlebih lagi bersabar terhadap gangguan serta membalas keburukan dengan kebaikan, itu adalah perkara yang lebih berat lagi. Akan tetapi, Allah ringankan bagi siapa yang la Allah سبحانه وتعالى kehendaki.

Mereka adalah orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempunyai sifat tersebut untuk mencari ridha Allah, serta senantias**a memohon pertolongan Allah agar dapat mengamalkannya. Sesungguhnya tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan-Nya. Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan."

Dalam ayat lain Allah berfirman yang artinya, "Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)"
(Q.S. Ar Ra'du 22)

Telegram

📕Majalah Qudwah📒

***✔*** Untaian Kisah Mutiara Hikmah

***🌍***
1 year, 10 months ago

🌍 https://t.me/Majalah_Qudwah

Hikmah

BALASAN TERHADAP KEZALIMAN

✍🏻 Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifa'i Ngawi حفظه الله تعالى

Hidup bermasyarakat berarti hidup bersama orang Iain dalam satu tatanan masyarakat. Berinteraksi dengan banyak sifat dan karakter manusia yang berbeda-beda, adalah konsekuensi dalam hidup bermasyarakat. Kadang kita mendapati orang yang di sekitar kita mempunyai perilaku dan akhlak yang baik terhadap sesamanya. Ada rasa saling menghormati, saling menolong, dan menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat.

Tapi tidak jarang kita pun menjumpai ada karakter-karakter tertentu yang sering berbuat kerusuhan, ketidaknyamanan, gangguan serta kezaliman terhadap orang-orang di sekitarnya. Bahkan terkadang kita sendiri merasakan akibat perbuatan mereka. Mereka melakukan gangguan-gangguan tersebut bisa dikarenakan adanya rasa iri, hasad, tidak suka, benci kepada seseorang, sehingga akhirnya mereka berusaha menimpakan gangguan dan kezaliman kepada orang yang tidak mereka sukai.

Manusia berbeda-beda dalam menghadapi gangguan dan kezaliman orang lain kepada dirinya. Di antara mereka ada yang dapat bersabar dan menghadapinya dengan tenang. Akan tetapi, ada pula yang dikuasai oleh emosinya hingga membalas dengan membabi buta. Allah سبحانه وتعالى sebagai pencipta kita adalah Dzat Yang Maha Tahu tentang sifat dan tabiat asal ciptaan-Nya.

Karenanya, Allah haramkan kezaliman antara manusia. Allah سبحانه وتعالى pun mengharamkan kezaliman itu bagi diri-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah ﷺ meriwayatkan bahwa Allah سبحانه وتعالى berfirman:

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا

"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezaliman itu sebagai sesuatu yang haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi." (H.R. Muslim dari Abu Dzar Al Ghifari رضي الله عنه)

Allah سبحانه وتعالى pun telah mengatur perkara tersebut dengan jelas dalam surat Asy Syura 39-43

وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ (٣٩) وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (٤٠) وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَٰئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ (٤١) إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٤٢) وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (٤٣)

"Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosa pun terhadap mereka.

Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Dan siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." [Q.S. Asy-Sy**ura 39-43]

Dalam ayat** lain, Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (Q.S. An Nahl 12**6)

Di dalam ayat-ayat tersebut, Allah سبحانه وتعالى memberikan petunjuk bagaimana sikap seorang muslim dalam menghadapi kezaliman orang lain kepada dirinya. Syaikh Abdurrahman As Sa'di di dalam kitab tafsirnya Taisirul Karimir Rahman menjelaskan kepada kita bahwa dalam ayat-ayat ini (Asy Syura: 39-43) ada tiga cara d**alam membalas kezaliman:

Telegram

📕Majalah Qudwah📒

***✔*** Untaian Kisah Mutiara Hikmah

***🌍***
1 year, 10 months ago
📕Majalah Qudwah📒
1 year, 10 months ago

🌍 https://t.me/Majalah_Qudwah

Beliau ﷺ menjawab, “Mereka ditenggelamkan dari yang paling muka sampai yang paling belakang, kemudian mereka akan dibangkitkan sesuai niatnya masing-masing.” Sungguh ini semua menjadi bukti pemuliaan dan penjagaan Allah سبحانه وتعالى terhadap tanah Haram dan Ka'bah sebagai Baitullah. الله أعلم.

TAHUKAH ANDA
Pada t
ahun 96 Hijriah terjadi wabah Tha'un Al Jarif. Dalam tiga hari, kurang lebih 70.000 orang meninggal dunia termasuk delapan puluh anak cucu shahabat Anas bin Malik.
(Al Mu
d-hisy 1/70)
🌏📕 Sumber ||
Maja
lah Qudwah Edisi 015

Telegram

📕Majalah Qudwah📒

***✔*** Untaian Kisah Mutiara Hikmah

***🌍***
1 year, 10 months ago

🌍 https://t.me/Majalah_Qudwah

Saat terjadi upaya penyerangan terhadap Ka'bah tersebut, mayoritas kaum Quraisy yang tinggal di sekeliling Ka'bah adalah para penyembah berhala. Sementara itu, pasukan yang hendak menghancurkan Ka'bah tersebut adalah kaum Nasrani. Agama kaum Nasrani saat itu lebih baik daripada agama orang-orang musyrik yang menyembah berhala. Hal ini menunjukkan perlindungan Allah terhadap Ka'bah bukan karena keberadaan orang-orang musyrik di sekitar Ka'bah.

Namun dalam melindungi Ka'bah itu sendiri yang merupakan Baitullah. Selain itu, ini sebagai mukadimah titik awal dilahirkannya manusia yang paling mulia, Nabi Muhammad ﷺ. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas رضي الله عنه bahwa ia berkata, “Nabi ﷺ dilahirkan pada tahun gajah." [H.R. Al-Hakim dan Asy-Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Silsilah Ash-Shahihah nomor 3152].

Oleh sebab itu, Nabi ﷺ bersabda yang artinya, “Allah telah memberikan tujuh keutamaan kepada kaum Quraisy, Allah beri keutamaan kepada mereka dengan menjadikan mereka menyembah Allah selama sepuluh tahun, tidak ada yang menyembah Allah pada kurun waktu tersebut kecuali orang-orang Quraisy. Allah mengutamakan mereka dengan pertolongan-Nya pada peristiwa pasukan gajah padahal saat itu mereka adalah orang-orang musyrik.

Allah utamakan mereka dengan turunnya sebuah surat Al-Qur'an tentang mereka dan tidak masuk seorang pun di alam semesta dalam surat tersebut (yaitu surat Al Fill). Allah mengutamakan mereka dengan turunnya kenabian di tengah-tengah mereka, khilafah, hijabah, dan siqayah." (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' nomor 4208).

Hijabah yang dimaksud dalam hadits ini adalah pengabdian dan penjagaan terhadap Ka'bah. Pertama kali yang melakukannya adalah Bani Abdi Ad-Dar kemudian diambil alih oleh Bani Syaibah dengan persetujuan Nabi ﷺ. Adapun Siqayah dalam hadits tersebut maksudnya adalah sebuah tempat yang dijadikan sebagai pusat minuman pada musim haji. Mereka membeli kismis u**ntuk dibuat minuman anggur dengan air zam-zam lalu diberikan kepada orang-orang yang berhaji.

Dahulu yang mengurusi hal ini adalah Al-Abbas di masa jahiliyah dan setelah datangnya Islam. Kemudian Nabi ﷺ menetapkan bahwa tugas tersebut bagi keluarga Al-Abbas untuk selama-lamanya. Kota Makkah yang menjadi tempat keberadaan Ka'bah sungguh mempunyai banyak keistimewaan dan menjadi negeri yang paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Peristiwa gajah** ini sekaligus menjadi bukti kebenaran firman Allah سبحانه وتعالى:

وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

“Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih." [Q.S. Al-Hajj: 25]
Mujahid رحمه الله berkata tatkala menafsirkan ayat ini, “Yaitu melakukan segala perbuatan buruk di tanah haram." Allah سبحانه وتعالى mengancam siapa saja yang mempunyai keinginan jahat di tanah haram. Lalu bagaimana kiranya dengan pasukan gajah yang hendak menghalangi manusia untuk menunaikan ibadah haji di Ka'bah dan bahkan berambisi untuk menghancur Ka'bah.

Hal ini juga mengingatkan kita kepada sabda Nabi ﷺ dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim bahwa ada sekelompok pasukan yang akan menyerang Ka'bah, namun ketika mereka sampai di tanah lapang yang gersang mereka ditenggelamkan dari yang paling depan sampai yang paling belakang. 'Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mereka ditenggelamkan dari yang paling muka sampai yang paling belakang, padahal di antara mereka ada orang pasar dan ada pula orang yang bukan dari golongan mereka

Telegram

📕Majalah Qudwah📒

***✔*** Untaian Kisah Mutiara Hikmah

***🌍***
1 year, 10 months ago

🌍 https://t.me/Majalah_Qudwah

Mendengar rencana penyerangan tersebut, orang-orang Arab merasa terpanggil untuk melindungi Ka'bah dan melawan pasukan gajah tersebut. Namun karena pasukan Abrahah begitu banyak dan kuat, maka mereka tidak berdaya melawannya. Penduduk Makkah dan sekitarnya lari menyelamatkan diri dari serangan pasukan gajah. Ada pula sebagian dari mereka yang menjadi tawanan dan dirampas harta bendanya. Termasuk yang dirampas adalah dua ratus unta milik Abdul Muththalib, kakek Nabi ﷺ.

Sebelumnya Abrahah mengutus Hanathah Al-Himyari untuk menemui pemuka-pemuka Quraisy yang paling terpandang kedudukannya. Dia menyampaikan maksud kedatangan pasukan Abrahah semata-mata untuk menghancurkan Ka'bah. Tidak ada niatan untuk memerangi penduduk Makkah dan sekitarnya. Sesampainya di Makkah, ia pun dibawa menghadap Abdul Muththalib untuk menjelaskan maksud kedatangan pasukan tersebut.

Abdul Muthalib pun berkata kepada utusan tersebut, “Demi Allah kami tidak punya niatan untuk memeranginya (Abrahah) dan kami tidak punya kekuatan untuk melakukannya. Sesungguhnya Ka'bah adalah rumah Allah dan rumah Ibrahim kekasih-Nya. Jika Allah melindunginya, maka karena itu adalah rumah-Nya dan kehormatan-Nya. Namun jika Allah membiarkannya, maka kami tidak punya daya upaya untuk melindunginya.”

Hanathah berkata, “Kalau begitu pergilah bersamaku menghadap Abrahah." Ketika Abdul Muththalib bertemu Abrahah, ia justru meminta dua ratus ekor unta yang telah dirampas. Hal ini membuat Abrahah merasa heran, kenapa ia memikirkan dua ratus ekor unta miliknya yang telah dirampas. Sementara Ka'bah yang menjadi bagian dari agamanya serta agama nenek moyangnya dan terancam akan dihancurkan justru tidak dibicarakan.

Namun dengan tenangnya, Abdul Muththalib menyatakan, “Aku adalah pemilik unta, adapun Ka'bah akan dilindungi Pemiliknya.” Setelah pertemuan itu, Abdul Muththalib kembali kepada orang-orang Quraisy dan menceritakan pertemuannya dengan Abrahah. Dia memerintahkan supaya mereka keluar dari kota Makkah dan berlindung di puncak-puncak gunung agar selamat dari amukan pasukan tersebut.

Keesokan harinya, terjadi peristiwa aneh yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى. Ketika sampai di sebuah tempat yang bernama Mughammas, tiba-tiba Mahmud sang gajah besar menderum dan enggan melanjutkan perjalanan. Setiap kali di hadapkan ke arah Ka'bah, ia selalu menderum dan tidak mau bangkit. Namun jika dihadapkan ke arah Yaman, Syam, timur, dan arah selain Ka'bah yang lainnya, ia pun segera bangkit dan melanjutkan perjalanan.

Maka di saat itulah, Allah mengirim burung dengan jumlah yang sangat banyak dari arah laut. Masing-masing burung itu membawa tiga batu, yaitu dua batu dicengkram dengan kakinya dan sebuah batu dibawa dengan paruhnya. Tatkala burung-burung tersebut telah mengepung Abrahah dan bala tentaranya, burung-burung itu pun segera menghujamkan bebatuan itu ke arah mereka. Sungguh mengerikan, tidaklah satu pun di antara mereka yang terkena batu tersebut melainkan pasti binasa.

Namun tidak seluruh pasukan terkena lemparan batu tersebut. Sebagian dari mereka lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri. Adapun Abrahah bisa menyelamatkan diri sampai ke Yaman. Kemudian Allah سبحانه وتعالى menimpakan penyakit pada jasadnya yang membuat jari-jemarinya terputus. Kondisi Abrahah sangat mengenaskan setibanya di kota Shan'a, ia bagaikan burung yang baru saja menetas dari telurnya.

Akhirnya dia tewas dalam keadaan terbelah dadanya. Atha' bin Yasar رحمه الله berkata, “Tidak semua personel pasukan itu binasa dengan seketika. Ada di antara mereka yang langsung tewas dengan cepat, ada pula di antara mereka yang anggota tubuhnya saling berjatuhan satu per satu, merekalah orang-orang yang berhasil melarikan diri. Abrahah termasuk orang yang berjatuhan anggota badannya hingga tewas di negeri Khats'am." Demikianlah nasib trags yang dialami orang-orang yang berniat buruk terhadap Ka'bah.

Telegram

📕Majalah Qudwah📒

***✔*** Untaian Kisah Mutiara Hikmah

***🌍***
We recommend to visit

♡Koleksi modul/ soalan percubaan SPM.
♡Semua bahan adalah percuma.
♡Sebarang pertanyaan sila baca FAQ di pinned message terlebih dahulu.
♡Followers yang ingin derma soalan/ modul sila pm kami
📞 @SoalanPercubaanSPM_Admin

SGO merupakan satu eduweb yang berguna kepada ibubapa dan guru-guru untuk mendapatkan nota, soalan, bahan, motivasi, info dan pelbagai

Join : https://telegram.me/sistemguruonline
Shopee : https://shope.ee/5AIZxdlvux

Last updated 1 month, 1 week ago