Semakin manusia menyukai sesuatu.
Semakin dia harus berhadapan dengan rasa memiliki.

Dan semakin kuat rasa memiliki di dalam jiwanya, semakin kuat potensi kerosakan yang akan dia terima.

Baik itu tentang jatuh pada gangguan mental seperti keobsesan, mahupun tentang depresi yang mendalam kerana kehilangan.

Itulah balasan, bagi manusia yang berani merenggut hak kepemilikan.

Bahawa segala kepemilikan di langit dan bumi, sekaligus segala isinya, hanyalah milik-Nya.

Bagai jasad tidak bertuan
Kosong, itulah perasaan yang sering diluahkan.
Kita terdesak pada pucuk pengharapan yang jelas merosak dan memperdayakan. Iman yang dahulu kita perjuangkan kini seperti layang layang tanpa tuan yang memegang. Terkapai menunggu tumbang. Sedih bukan?

Tidak dapat meraih perasaan sendiri, jasad itu bagai tak bertuan. Merasa lelah berjuang meraih secebis keimanan. Terus tenggelam dan mencapai karam lalu merasa selesa dengan kegelapan hanya kerana pengharapan yang tersalah. Pada akhirnya, jasad yang rengsa itu mulai mengabaikan hidayah yang datang dan menghambatnya.
Jasad itu ingin tertawa, namun air mata meminta haknya.

Semoga Allah mempermudah dirimu, agar menjaga perasaanmu dengan baik.
Ketika kamu mulai jatuh cinta pada seseorang, berdoalah pada Allah agar perasaanmu itu dipandu pada dasar yang benar. Tidak mengandalkan hawa nafsu semata mata.

Biarlah cinta itu tetap terjaga, menjadi rahsia yang hebat antara kamu dan Allah tanpa satupun ciptaannya mengetahui apa yang sedang dirasakan sehinggalah kamu benar benar bersedia.

Sebagaimana cinta Saidina Ali dan Saidatina Fatimah yang suci, bahkan tiada seorang pun yang mengetahuinya. Mereka benar benar menjaganya sehingga mereka dipertemukan dalam ikatan suci pernikahan. Indah bukan?

Maka pendamlah perasaan cinta yang belum pada waktunya. Jangan sampai cinta yang dasarnya adalah fitrah namun menjadi fitnah kerana perbuatanmu yang membawa kepada keburukan dan membinasakan.

Dan semoga Allah mempermudah dirimu, agar menjaga perasaanmu dengan baik. Sehingga pada akhirnya, Allah menemukan kamu dengan dia yang benar benar menjaga perasaannya untukmu juga.
Jangan ragu untuk berdoa, bahkan disaat kamu tidak menemukan kata untuk dipanjatkan, Allah selalu mengerti setiap isi hati yang terpendam.

Allah sentiasa dekat, hanya sahaja kita yang menjauh

Di balik langit biru yang memayungi,
Ada cinta Ilahi yang tak pernah berhenti,
Di setiap hembusan angin yang lembut menyentuh,
Ada kasih Allah yang tak kenal waktu runtuh.

Engkau mencari dalam dunia yang fana,
Melangkah di jalan penuh debu dan duka,
Namun sejauh apapun kau berlari,
Kasih-Nya tetap ada, setia menanti.

Ketika malam menyapa dengan sunyi,
Dan hati terasa hampa tanpa nurani,
Ingatlah, bukan Allah yang meninggalkan,
Tapi dirimu yang terjebak dalam keraguan.

Dekaplah doa dalam hening sujudmu,
Dekatilah Dia dengan iman di hatimu,
Kerana Allah tidak pernah jauh darimu,
Hanya engkau yang kadang melupakan cahaya-Nya.

Kembali, wahai hati yang merindu,
Jangan biarkan dunia membuatmu keliru,
Di setiap detik dan nafas yang ada,
Allah selalu dekat, menanti rintihan hambaNya.

Rindukanlah Dia dalam setiap langkahmu,
Cintailah Dia dalam setiap denyut nadimu,
Kerana dalam kasih-Nya yang abadi dan agung,
Engkau akan temukan damai yang tak temui penghujung.

Jangan matikan hidayah di hatimu hanya kerana perasaan dan hawa nafsumu.

Jangan singkirkan Allah lalu meneguhkan manusia di hatimu.

Kerana itu merupakan awal daripada kacau bilau dalam kehidupanmu.

Tenang, kamu mampu.

Sengsara seorang hamba
Kau lihat pada jam yang berdetak kuat,
Sudah berapa lama kau menuju laknat?
Menjauh dan menghiraukan Sang Pemberi Nikmat,
Merasa bahagia di lembah maksiat.

Dirimu tertawa dalam kemaksiatan,
Terumbang ambing dalam kesesatan,
Sedikitpun kau tidak merasa penyesalan,
Bagai mati hanya satu hikayat tipuan.

Sungguh pelik apabila kau seolah menyampaikan fakta,
Namun tingkahmu tidak menurut logika,
Seolah neraka tiada siksa,
Layaknya takkan pernah sengsara.

Sampai bila?
Diri sendiri akan menzahirkan dusta?
“Bahagia” mu pada jalan dosa,
Merupakan sengsara pada hakikatnya.

Terus bertaubat walau diuji dengan maksiat

Sahabat,
Sedang kita berbuat dosa, Allah berterusan membuka ruang pengampunan.

Meski terkadang diri terasa seolah olah berada jauh di sisi tuhan, yakin saja Allah itu Maha Pengampun lagi menyukai pengampunan ampun.

Sesungguhnya Allah itu sangat mengetahui usaha kita untuk menjauhkan diri daripada berbuat dosa.

Oleh itu, jangan berhenti untuk mengulangi taubat dan istighfar. Mungkin saja ujian yang kita lalui hari ini adalah untuk menguatkan dan juga menghapus dosa.

Moga apabila Allah mengambil nyawa kita, kita sedang berada di dalam fasa "sedang bertaubat" bukan "sedang bermaksiat".

"Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kamu melakukan dosa pada siang dan malam, sementara Aku akan mengampunkan kesemua dosa, maka pohonlah keampunan daripada-Ku, pasti Aku akan mengampuni kamu."

(Riwayat Muslim)

When you are thankless, you begin to seek another moment and become blind to a million blessings in this one. When you're thankful you rejoice to your heart's content simply in your ability to say, la llaha illallah.

Gratitude is such a gift. When you have it, all you need to be happy is the remembrance of Allah.

Happy Eid Mubarak! Wishing you an Eid that brings you a lot of cheerful, happiness and affluence. 🌥️✨