Pemburu yang diburu.
Last updated 2 days, 9 hours ago
Memaparkan maklumat awal dan kemaskini terkini berkaitan kemalangan, bencana, jenayah dan isu-isu semasa dalam dan luar negara setiap hari.
Last updated 5 days, 2 hours ago
Rakyat Malaysia tunggal di Palestin. Berkongsi kehidupan seharian di Gaza.
Last updated 1 week, 6 days ago
Beliau tidak hanya memberi teladan dalam waktu senang saja, tapi juga pada saat menghadapi kondisi yang sangat pahit. Jika menghendaki, Rasulullah SAW dan Ibunda Khadijah, sebagai orang terpandang di Mekkah, bisa saja mendapat perlakuan khusus selama boikot terjadi. Namun, beliau memilih memosisikan dirinya sama seperti umat Islam lainnya merasakan penderitaan selama 3 tahun. Modal dasar seorang pemimpin adalah keteladanan. Pihak yang dipimpin akan memberikan rasa hormat kepada pemimpin yang hidup bersama rakyat dan memperjuangkan aspirasi rakyatnya. Hasilnya, rakyat dengan senang hati mendukung penuh ajaran/ide/gagasan yang dibawa oleh pemimpinnya.
Peristiwa pemboikotan ini mengajarkan kepada kita bahwa boikot ekonomi dalam peperangan dapat melumpuhkan pihak lawan. Meskipun konteks dalam episode sirah kali ini umat Islam yang menjadi korban pemboikotan, namun di sisi lain hal ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk menjadi pelaku yang melancarkan strategi pemboikotan terhadap musuh. Seperti yang sedang dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia memboikot produk-produk yang berafiliasi dengan Zionis. Hal ini sebagai bentuk konkrit sebuah perlawanan ekonomi yang bisa dilakukan untuk melemahkan musuh.
Wallahu'alam.
***Menurut teman-teman, apalagi mutiara yang bisa diambil dari edisi ke-20 ini? Kita lanjut diskusi di kolom komentar ya.
Mutiara Sirah Nabawiyah ke-20
Pemboikotan Kaum Muslimin di Mekkah
Setelah masuk Islamnya Hamzah dan Umar, perkembangan Islam di Mekkah semakin tak terbendung. Kaum Quraisy kewalahan menahan gerak dakwah Islam di masyarakat. Sementara itu, Rasulullah SAW mendapat perlindungan keluarganya dari kabilah Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Maka Quraisy melakukan negosiasi dengan Rasulullah dan Abu Thalib untuk membatasi pengaruh Islam di Mekkah. Namun, hasilnya tetap tidak sesuai dengan keinginan mereka. Pada akhirnya Quraisy bersepakat untuk memboikot umat Islam tidak hanya dalam hal ekonomi, tetapi juga sosial. Peristiwa ini terjadi di tahun ke-7 kenabian.
Nabi Muhammad SAW dan umat Islam harus bersabar menjalani boikot panjang selama 3 tahun di lembah Abu Thalib. Mereka tidak diperkenankan menjual dan membeli barang kebutuhan hidup dari kabilah lain. Juga dilarang berkomunikasi dan menikah dengan kabilah lain. Di masa-masa berat inilah ibunda Khadijah dan Abu Thalib kondisi kesehatannya menurun akibat terbatasnya makanan, minuman, dan keperluan lainnya. Kalau pun ada bahan makanan hanya sedikit diperoleh dari beberapa kalangan Quraisy yang bersimpati. Hal tersebut menyebabkan di tahun ke-10 kenabian, setelah selesai fase pemboikotan, istri dan juga paman Rasulullah SAW wafat dalam waktu berdekatan. Para sejarawan menyebut periode waktu tersebut sebagai tahun kesedihan.
Jika diskusi persuasif tidak menemui jalan keluar, maka musuh kebaikan akan melakukan ancaman berupa intimidasi keamanan dan jiwa untuk menghentikan proyek kebaikan. Prinsip ini berlaku di zaman sekarang, saat kita akan memulai suatu ide/gagasan/program kebaikan di masyarakat, ada kemungkinan akan menerima tekanan dari pihak-pihak yang tidak senang. Dalam menghadapi tekanan Quraisy, Rasulullah SAW mengambil keputusan besar dalam bentuk ikhtiar bersabar merasakan pahitnya pemboikotan, karena posisi umat Islam saat itu masih belum mapan untuk melakukan perlawanan.
Nabi Muhammad SAW memahami betul karakter Quraisy yang sangat setia terhadap sesama anggota sukunya. Ini yang beliau sudah kalkulasi dengan berharap ada dari penduduk Mekkah yang bersimpati terhadap kondisi umat Islam. Maka keputusan beliau untuk menjalani pemboikotan bukan sebuah bentuk kesabaran yang pasif, melainkan bagian dari strategi untuk keluar dari tekanan Quraisy. Sebab efek yang muncul dari pemboikotan ini, yaitu citra Quraisy menjadi buruk di mata suku-suku arab lain. Hal ini menyebabkan Quraisy mendapat tekanan untuk segera menghentikan pemboikotan. Salah satunya datang dari dalam suku Quraisy sendiri yang dikomandoi oleh 5 orang: Hisyam bin Amru, Zuhair bin Abui Umayyah, Muth'im bin Adi, Abu al-Bukhturi, dan Zam'ah bin al-Aswad. Mereka berhasil membentuk opini publik bahwa pemboikotan sebuah kezaliman yang perlu segera dihentikan. Setelah sempurna ikhtiar, doa, dan tawakal yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, pada akhirnya datang pertolongan Allah yang mengirimkan rayap untuk memakan piagam boikot yang terletak di Kabah.
Pemboikotan ini berakhir dengan pecahnya persatuan Quraisy dan terjadi perbedaan pendapat diantara mereka. Sebab kezaliman yang diperlihatkan secara terang-terangan pada dasarnya akan mengundang simpati dari banyak pihak. Salah satu prinsip yang bisa kita lakukan saat melihat kezaliman di depan mata, yaitu dengan menyebarluaskan info ke khalayak umum terkait fakta sebenarnya yang terjadi. Harapannya agar sebanyak mungkin orang yang mendengar berita tersebut, dan di saat yang sama masih memiliki nurani, akan bergerak untuk menghentikan kezaliman. Hal ini sudah terbukti, seperti sekarang meskipun banyak negara Barat yang mendukung kebrutalan Zionis, namun banyak rakyat dari negara-negara tersebut masih terus aktif berdemonstrasi menyuarakan untuk segera diberlakukannya gencatan senjata dan mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina.
Peristiwa ini menggambarkan keteladanan Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam.
Mutiara Sirah Nabawiyah ke-19
Hamzah dan Umar: Dua Pahlawan yang Mengubah Islam
Berimannya dua tokoh Quraisy ini mengubah wajah dakwah Islam di Makkah. Kejadian ini berlangsung pada tahun ke-6 kenabian, dimulai dengan masuk Islamnya paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib. Enam hari kemudian, Umar bin Khattab juga memeluk Islam. Peristiwa ini terjadi saat umat Islam dalam kondisi kritis, dengan kaum Quraisy semakin berani melakukan penganiayaan dan bahkan percobaan pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Keislaman dua tokoh besar ini merupakan bentuk pertolongan Allah untuk melindungi dakwah Islam di Makkah.
Hamzah memeluk Islam setelah mendengar bahwa keponakannya, Muhammad SAW, baru saja disiksa dan dimaki dengan sangat kasar oleh Abu Jahal. Hamzah merasa Abu Jahal telah menghina keturunan Bani Hasyim. Ia segera mencari Abu Jahal di sekitar Ka’bah dan memukul kepalanya dengan busur panah hingga terluka. Tidak hanya itu, Hamzah spontan berkata, "Engkau berani mencaci maki keponakanku, padahal aku telah memeluk agama Muhammad?”
Dalam budaya Arab saat itu, berdusta adalah aib besar. Hal ini membuat Hamzah bimbang dengan perkataannya. Awalnya, ia hanya ingin membuat Abu Jahal marah, tetapi ia menyadari konsekuensi ucapannya sangat berat. Setelah merenung, dengan izin Allah, Hamzah bertemu Rasulullah SAW dan menerima Islam.
Terkadang, perlawanan atas kejahatan bisa datang dari kelompok mereka sendiri. Ketika kezaliman sudah terang-terangan dilakukan di depan umum, insan yang hati nuraninya hidup akan bangkit membelanya. Fitrah manusia akan selalu mendukung kebenaran dan menolong yang tertindas. Prinsip ini bisa diterapkan dalam merespon pembantaian yang terjadi di Gaza. Tugas kita adalah terus menginformasikan seluas mungkin ke publik tentang kejahatan Zionis. Contohnya, kampus-kampus unggulan di Amerika yang berafiliasi dengan Zionis, dosen dan mahasiswanya bersuara membela Palestina. Juga negara-negara Barat seperti Irlandia, Spanyol, dan Norwegia kini menyadari kebiadaban Zionis dan mendukung kemerdekaan Palestina.
Awal mula keislaman Umar dipicu kemarahan karena adik perempuannya masuk Islam. Ketika ia hendak masuk ke rumah adiknya, terdengar lantunan kalamullah dari dalam rumah. Hatinya melunak. Umar terpaku kagum di hadapan mushaf Al-Quran. Surat Taha perlahan memenuhi relung hatinya. Umar terdiam sejenak lalu berkata, "Alangkah indah dan mulianya kalam ini! Kalau begitu, tolong bawa aku ke hadapan Muhammad!" Akhirnya, Umar mengucap dua kalimat syahadat di hadapan Nabi Akhir Zaman.
Permusuhan seseorang terhadap Islam bisa jadi karena pesan kebenaran belum tersampaikan secara langsung. Banyak penghalang dan distorsi informasi dari sumber utama, sehingga muncul prasangka. Bahkan, tidak sedikit yang menafsirkan Islam secara pribadi padahal jauh dari fakta sebenarnya. Di era kontemporer, Islamofobia di dunia Barat disebabkan arus informasi yang tidak berimbang. Beruntung, di era Media Sosial, akses informasi menjadi setara tanpa kasta. Informasi tidak lagi dimonopoli kantor-kantor berita besar saja, tetapi juga dapat diakses oleh banyak pihak. Maka, biarkan info secara adil sampai ke telinga masing-masing orang. Kelak nurani manusia yang akan mengkritisi dan menilai kebenaran yang hakiki.
Nama Hamzah dan Umar tercatat dalam sejarah mengubah Islam menjadi semakin kuat dan para pengikutnya bisa menampakkan identitas serta aktivitasnya di ranah publik. Seperti itulah sejatinya Islam. Dia mengarahkan potensi pribadi demi kemaslahatan yang lebih tinggi.
Wallahu'alam.
***Menurut teman-teman, apalagi mutiara yang bisa diambil dari edisi ke-19 ini? kita lanjut diskusi di kolom komentar ya.
Wallahu'alam.
***Dari Mutiara Sirah Nabawiyah ke-18 jika ada pertanyaan atau diskusi bisa disampaikan melalui kolom komentar.
Mutiara Sirah Nabawiyah ke-18
Hijrah Pertama Dalam Islam
Peristiwa ini terjadi di tahun ke-5 kenabian untuk mencari alternatif lokasi dakwah lain yaitu di Habasyah (Ethiopia). Hal ini dilakukan sebagai ikhtiar untuk menyelamatkan agama akibat ancaman Quraisy semakin membahayakan. Rasulullah mempersiapkan rencana cadangan jika sewaktu-waktu Islam harus menghadapi risiko terburuk. Kita mendapat pelajaran berharga bahwa salah satu syarat Islam dapat berkembang dengan baik yaitu adanya keamanan dan ketenangan dalam beribadah. Karena dengan begitu umat Islam bisa dengan leluasa menampilkan karakter Islam di tengah masyarakat, sehingga masyarakat umum bisa menilai sendiri praktik Islam dalam keseharian. Contoh nyatanya di Indonesia, Islam masuk dengan jalan damai menyebabkan saat ini menjadikan jumlah muslim terbesar di dunia.
Hijrah bukan perkara mudah sebab sangat besar tantangannya diantaranya: meninggalkan tanah air, jauh dari sanak saudara, perjalanan yang berbahaya, dan perlu beradaptasi di lingkungan baru dengan bahasa yang berbeda. Namun, Rasulullah perlu meyakinkan kepada pengikutnya betapa pentingnya hal ini untuk masa depan Islam, yaitu dengan cara mengikutsertakan keluarga terdekat yaitu: menantunya Utsman bin Affan, sepupunya Ja'far bin Abu Thalib, dan bahkan anak kandungnya sendiri Ruqayyah. Rasulullah memberikan contoh bagi seorang pemimpin dalam menyukseskan rencananya tidak hanya sekadar beretorika tanpa aksi, tetapi juga ikut memberikan kontribusi nyata bahkan sebagai pelopor pertama kali.
Dipilihnya Habasyah untuk hijrah merupakan pemahaman yang utuh dari Rasulullah atas geopolitik dan kelemahan dari Quraisy. Habasyah dibandingkan wilayah lain di sekitar Arab relatif lebih independen dalam hal afiliasi politik. Jika di Syam dan Mesir berada di bawah pengaruh Romawi, sementara Yaman merupakan subordinat dari kekuasaan Persia. Sehingga Rasulullah bisa menjamin keselamatan umat Islam di sana ditentukan oleh rajanya yang adil bernama Najasyi. Ditambah lagi, penduduk dan raja Habasyah memeluk agama Nasrani sebagai salah satu agama samawi yang paling dekat pemahamannya dengan Islam.
Quraisy merupakan suku yang hidupnya sangat bergantung dari perdagangan, sebab alam Mekkah tidak memungkinkan untuk mengembangkan pertanian. Faktanya, Quraisy memiliki hubungan dagang yang kuat dengan Habasyah. Sehingga Rasulullah memahami jika suatu saat Quraisy melakukan sesuatu kepada umat Islam di Habasyah yang bisa membuat hubungan dengan Najasyi menjadi terganggu. Maka, salah satu efeknya bisa saja Habasyah memboikot perdagangannya dengan Mekkah. Pelajaran lain yang bisa diambil ialah salah satu bekal pemimpin perlu memilki pengetahuan yang baik atas kelemahan lawan. Meskipun belum ada konfrontasi secara langsung dengan Quraisy, Rasulullah sudah memperhitungkan cara menyerang balik pihak lawan.
Orang-orang yang dikirim hijrah ke Habasyah sudah dipikirkan matang-matang oleh Rasulullah. Sebagian diantara mereka merupakan tokoh penting perwakilan kabilah-kabilah dari suku Quraisy. Rasulullah dengan sangat baik menggunakan rasa kesukuan yang sangat kental dalam budaya Quraisy sebagai alat untuk kemaslahatan dakwah Islam. Hal ini yang membuat goncangan di internal suku Quraisy ketika diantara pemimpin kabilah berdebat untuk menyerang kaum Muslimin yang hijrah, namun di sisi lain ada sanak saudara mereka yang ikut di dalamnya.
Kekhwatiran kaum Quraisy atas hijrahnya umat Islam ke Habasyah membuktikan hal ini merupakan perkara atas dasar agama. Sebab jika perseturuan ini atas dasar pribadi, maka Quraisy dengan senang hati merelakan mereka yang pergi dari Mekkah. Tetapi, Quraisy justru merasa terancam dengan hijrahnya umat Islam, bahkan mereka mengirim diplomat terbaiknya untuk menjemput kaum Muslimin di Habasyah. Sebab bagi Quraisy jika Islam semakin berkembang di Habasyah, bisa berpeluang menyebar ke wilayah lain seperti Yaman atau Syam. Hal ini bisa menjadi ancaman kekuasaan Makkah yang posisinya berada di tengah-tengah jazirah Arab.
Mutiara Sirah Nabawiyah ke-17
Fase Dakwah Terbuka
Periode ini ditandai dengan turunnya wahyu QS. Al-Hijr: 94 dan QS. Asy-Syu'ara: 214-215. Setiap tahapan dakwah membutuhkan para pemikul beban yang berbeda-beda. Jika sebelumnya di fase dakwah secara rahasia dibutuhkan orang yang terpercaya, maka di fase ini Rasulullah mulai mengajak keluarga terdekatnya.
Bagi sebuah proyek baru, keluarga terdekat dibutuhkan sebagai pendukung utama. Sebab jangan sampai lingkaran terdekat malah menjadi penghalang atau bahkan menjadi penolak utama. Rasulullah mendapatkan perlindungan utama dari pamannya sendiri, Abu Thalib.
Salah satu hikmah Abu Thalib tidak mengikuti ajaran Islam merupakan pengaturan dari Allah dalam memberikan perlindungan kepada Rasul-Nya. Selain itu, karena keyakinan Abu Thalib masih sama dengan Quraisy, maka kaumnya tetap menghormati dan mau mendengarkan alasan melindungi dakwah keponakannya. Hikmah lainnya adalah bahwa hidayah memang merupakan ranah prerogatif Allah, hingga akhir hayatnya dengan semua kontribusi Abu Thalib, beliau tetap tidak memeluk Islam.
Keamanan yang diberikan Abu Thalib kepada Rasulullah memberikan pelajaran tentang bolehnya menerima bantuan dari non-muslim kalau memang dibutuhkan untuk kemaslahatan yang lebih besar dan tentunya harus dengan syarat-syarat tertentu.
Peristiwa Rasulullah mengajak kaum Quraisy kepada Islam dengan berkhutbah di Bukit Shafa merupakan metode komunikasi yang cerdas dengan berkata, "Bagaimana pendapat kalian apabila aku memberi tahu bahwa ada pasukan berkuda di lembah gunung ini yang akan menyerang, apakah kalian akan mempercayaiku? Mereka berkata, "Belum pernah kami mendengar atau melihat kamu berbohong." Pada saat itu beliau melanjutkan menyampaikan inti pesannya, "Saya adalah Nabi yang diutus untuk kalian sebelum datangnya siksaan yang pedih."
Beliau mengawali ajakan dengan menggunakan reputasi baik dirinya dalam hal kejujuran. Ketika kaumnya sudah mengamini bahwa beliau sebagai orang yang bisa dipercaya, lalu pembicaraan diarahkan ke pernyataan yang tidak bisa mereka bantah, yaitu ketika Nabi Muhammad menjelaskan bahwa beliau seorang Nabi dan mengajak kepada Islam.
Tahapan dakwah secara terang-terangan ini mengajarkan kepada kita metodologi dalam berdakwah. Bahwa ajaran Islam tidak sebatas hanya ibadah antara seorang hamba dengan tuhannya di ruang privat, melainkan Islam harus dibawa ke ruang publik. Namun, di sisi lain harus siap dengan risiko mendapat cibiran, hinaan, atau bahkan teror fisik seperti yang dilakukan suku Quraisy kepada Nabi.
Di zaman sekarang nilai-nilai Islam harus mewarnai keseharian kita di ranah publik dalam berbagai bidang seperti: kedokteran, perbankan, perdagangan, manajemen, politik, menjaga lingkungan, dsb. Islam harus mempesona sebanyak mungkin orang di luar sana dengan profesionalisme dan produktivitas yang tinggi sehingga semakin banyak yang tertarik dengan agama ini. Maka tidak heran ketika Quraisy coba membujuk Abu Thalib untuk menahan laju dakwah secara terang-terangan, Rasulullah bereaksi dengan tegas: "Demi Allah andaikan mereka menaruh mentari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan ini sampai Allah menolongnya atau aku binasa karenanya, sungguh tak akan kutinggalkan dakwah ini."
Wallahu'alam.
***Dari Mutiara Sirah Nabawiyah ke-17 jika ada pertanyaan atau diskusi bisa disampaikan melalui kolom komentar.
Mutiara Sirah Nabawiyah ke-16
Fase Dakwah Rahasia1. Setelah Rasulullah menerima wahyu, maka dimulailah dakwah secara sembunyi-sembunyi. Fase ini berlangsung selama kurang lebih tiga tahun pertama. Selama kurun waktu tersebut total yang masuk Islam sebanyak 40 orang laki-laki dan perempuan.
Proses awal dakwah di fase ini menghasilkan masuk islamnya empat orang terdekat, yaitu Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar. Keempat orang ini mewakili beberapa kalangan: perempuan, anak-anak, laki-laki dewasa, keluarga, sahabat dekat, pengusaha, dan hamba sahaya. Namun, kesemuanya mengerucut dalam satu kategori yaitu orang yang dapat dipercaya.
Hikmahnya ialah dalam merintis sebuah proyek besar modal utamanya berupa orang-orang yang paling dapat dipercaya. Sebab tantangan terbesar sebuah perkumpulan/organisasi adalah pengkhianatan. Apalagi dakwah Rasulullah masih dalam tahap perintisan di Mekkah.
Beberapa alasan dakwah Rasulullah dilakukan secara rahasia: 1) Agar tidak mengejutkan warga Mekkah yang masih menganut kemusyrikan, sehingga tidak sekaligus mengagetkan dan mengganggu eksistensi mereka. Sebab jika mereka merasa terusik, bisa saja mereka memberontak dan menyerang dakwah yang berusia masih sangat muda. Hal ini berbahaya bagi eksistensi dakwah di masa yang akan datang. 2) Agar barisan dakwah memperoleh orang-orang terpilih yang setia terhadap agenda dakwah yang dibawa oleh Rasulullah dan juga siap membela jika ada pihak-pihak yang mengancam.
Islam sangat memuliakan posisi perempuan. Hal ini dapat dilihat dari manusia pertama yang menjadi sasaran dakwah dan menerima seruan Islam ialah Khadijah istri Nabi. Ditambah lagi kemuliaan manusia yang pertama syahid di jalan Allah dalam fase awal dakwah Mekkah ialah seorang hamba sahaya perempuan, Sumayyah.
Salah satu karakter pemuda yang sanggup memikul beban dakwah yaitu yang dapat menjaga rahasia. Ali bin Abi Thalib masuk Islam ketika berusia 10 tahun. Bisa dibayangkan anak seusia Ali sangat sulit untuk menjaga rahasia. Namun, Rasulullah mempercayakan amanah besar tersebut kepadanya dan dia berhasil menjalankan tugasnya.
Abu Bakar merupakan sahabat Rasulullah yang menerima dakwah Islam tanpa keraguan sedikit pun. Sebab Abu Bakar sudah mengenal baik pribadi Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Inilah pelajaran dakwah dari Rasulullah yaitu, "Mahabbah Qoblal Hujjah" = cinta sebelum logika atau dalil. Pesona pribadi jauh lebih mengena hati daripada seribu bukti. Sehingga penting bagi para penyeru dakwah untuk menjaga reputasi diri di tengah masyarakat.
Abu Bakar mencontoh Rasulullah dalam berdakwah dengan memanfaatkan reputasi baik dan statusnya di kalangan kaum Quraisy. Sebab Abu Bakar merupakan orang terpandang, ahli sejarah, penceramah yang memiliki banyak pendengar, dan juga pengusaha sukses. Sehingga wajar jika orang-orang yang berhasil direkrutnya bukan orang sembarangan seperti: Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Saad bin Abi Waqqash.
Wallahu'alam.
***Dari Mutiara Sirah Nabawiyah ke-16 jika ada pertanyaan atau diskusi bisa disampaikan melalui kolom komentar.
Mutiara Sirah Nabawiyah ke-15
Hubungan Rasulullah Dengan Masjidil Aqsha1. Di antara wahyu yang turun di periode awal fase Makkah ialah QS. Al-Muzzammil. Surat ini berisi perintah kepada Nabi untuk melakukan solat sepanjang malam kecuali hanya sedikit di akhir malam. Ini yang menyebabkan, dalam sebuah hadis sahih, ibunda Aisyah menggambarkan kaki Nabi bengkak akibat lama berdiri untuk solat malam.
Jadi perintah solat sudah ada jauh sebelum peristiwa Isra Mi'raj. Namun, waktu pelaksanaannya belum lima waktu. Beberapa riwayat menyebutkan solat pada periode awal kenabian dilaksanakan tiga waktu: pagi, sore, dan malam. Jika Rasulullah dan para sahabat sudah melaksanakan solat, maka tentunya ada arah kiblat. Menurut Hadis sahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, arah kiblat Nabi ketika di Makkah yakni mengarah ke Masjidil Aqsha.
Rasulullah terhubung dengan Masjidil Aqsha sudah sejak awal periode kenabian sebagai arah kiblatnya. Perasaan beliau terhadap Masjidil Aqsha sama seperti perasaan kita sekarang terhadap Kabah. Bagi yang sudah Allah izinkan pergi haji atau umroh akan paham bagaimana rasanya bisa melihat secara langsung Kabah, yang menjadi arah kiblat solat kita lima kali sehari. Hal yang sama dirasakan oleh Rasulullah selama di Makkah rindu ingin melihat langsung kiblatnya.
Saat ini kita hidup di zaman yang sama dengan Rasulullah, yaitu ketika kondisi Masjidil Aqsha sedang dijajah. Ketika Rasulullah hidup, Masjidil Aqsha sedang dijajah bergantian, sempat oleh Romawi kemudian diambil alih oleh Persia (lihat QS. Ar-Rum:1-5). Sementara saat ini kita hidup ketika Masjidil Aqsha sedang dijajah oleh Zionis "Israel".
Pada tahun kesepuluh kenabian, Allah memperjalankan Rasulullah ke kiblat solatnya dalam peristiwa maha dahsyat, Isra Mi'raj (lihat QS. Al-Isra:1). Bagi Allah mudah jika ingin memperjalankan Nabi dari Makkah langsung ke langit ke-7. Tetapi, Allah berkehendak untuk men-transit-kan terlebih dahulu Rasulullah ke Masjidil Aqsha sebelum perjalanan ke langit. Hal ini mengindikasikan bahwa kiblat pertama umat Nabi Muhammad ini merupakan lokasi penting yang tidak boleh terlepas dari perhatian Umat Islam.
Rasulullah selama hidup lebih lama durasinya solat menghadap Masjidil Aqsha dibandingkan ke Kabah. Perintah pemindahan arah kiblat, yang tercantum pada QS. Al-Baqarah: 144, turun pada waktu Nabi Muhammad sudah di Madinah. Sebuah hadis menginformasikan bahwa arah kiblat berubah 16 atau 17 bulan setelah hijrah atau kurang lebih 1,5 tahun. Maka, bisa dikalkulasi bahwa Nabi solat menghadap ke Masjidil Aqsha selama 14,5 tahun (13 tahun di Makkah + 1,5 tahun di Madinah). Ini artinya lebih dari setengah periode kenabian, Rasulullah solat menghadap Masjidil Aqsha.
Seperti halnya ketika salah satu dari tiga anak kita ada yang sakit, maka kita akan mencurahkan perhatian kepada satu anak itu sampai sembuh. Alhamdulillah saat ini dua masjid suci Umat Islam, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dalam keadaan aman. Namun, Masjidil Aqsha sudah lebih dari 1 abad kondisinya terjajah, bahkan dinistakan oleh tentara Zionis. Sudah seharusnya saat ini kita mencurahkan perhatian kita ke Masjidil Aqsha yang "sedang sakit" dan ikut berusaha untuk menyembuhkannya.
Wallahu'alam.
***Dari Mutiara Sirah Nabawiyah ke-15 jika ada pertanyaan atau diskusi bisa disampaikan melalui kolom komentar.
Mutiara Sirah Nabawiyah ke-14
Risalah Kenabian1. Rasulullah ditemani Khadijah bertemu Waraqah bin Naufal. Sebab saat itu dialah salah satu ahli kitab yang ada di Mekkah. Dalam kitab Sahih Bukhari diabadikan perkataan Waraqah ketika menjelaskan peristiwa yang dialami oleh Rasulullah, "Tidak ada orang yang membawa ajaran seperti yang kamu bawa, kecuali dia disakiti."
Perkataan Waraqah ini memiliki arti bahwa seorang dai pasti akan menghadapi rintangan dalam perjalanan dakwahnya. Karena memang seperti itu karakter dakwah, yaitu pertempuran antara kebenaran dan kebatilan. Hal ini yang dialami oleh para nabi seperti dijelaskan dalam QS. Al-Furqan: 31. Sehingga seorang dai harus menyiapkan dirinya untuk selalu bersabar.
Kemudian Rasulullah mengalami masa vakum turunnya wahyu dalam waktu beberapa hari. Pada masa ini, Rasulullah dirundung kesedihan yang mendalam dan diselimuti kebingungan. Karena tidak ada sama sekali petunjuk yang menjelaskan peristiwa besar yang dialaminya.
Maksud adanya jeda turunnya wahyu diantaranya: agar rasa takut Rasulullah perlahan menghilang, supaya muncul kerinduan dalam diri Rasulullah terhadap wahyu, dan juga menjadi bukti bahwa wahyu bukan berasal dari pribadi beliau. Setelah kondisi Rasulullah mulai tenteram dan memiliki kesiapan untuk tegar menghadapi situasi, maka datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu berikutnya.
Dalam hadisnya Rasulullah bersabda, "Ketika saya berjalan tiba-tiba saya mendengar suara dari langit. Akhirnya saya melihat ke atas, ternyata malaikat yang telah mendatangi saya di Gua Hira sedang duduk di atas kursi antara langit dan bumi, saya takut dan kembali ke rumah sambil berkata kepada istrinya, "Selimuti aku", kemudian Allah menurunkan ayat QS. Al-Muddatsir: 1-5.
Dalam wahyu yang baru turun tersebut terdapat perintah Allah kepada Rasulullah untuk bangkit dari selimutnya dan memberikan peringatan kepada manusia. Ini merupakan perintah untuk berdakwah menyampaikan kebenaran dari ajaran Islam. Sejatinya ini bukan hanya perintah khusus bagi Muhammad saja, tetapi juga bagi seluruh umatnya.
Perlu diingat, wahyu pertama surat Al-Alaq berisi prinsip-prinsip pendidikan, kemudian wahyu kedua surat Al-Muddatsir terdapat perintah berdakwah. Semua ini mengisyaratkan bahwa pengetahuan yang sudah diperoleh perlu ditunaikan haknya dengan diamalkan dan disebarkan kepada orang lain.
Seakan-akan Allah mengatakan kepada Rasulullah bahwa sesungguhnya orang yang hanya hidup untuk kepentingan dirinya sendiri bisa saja hidup tenang dan nyaman. Sedangkan engkau Muhammad harus memikul beban yang besar ini sebab sudah terpilih sebagai Nabi. Sehingga bagaimana mungkin engkau tidur? bagaimana mungkin engkau istirahat? bagaimana mungkin engkau menikmati ketenangan dan kesenangan yang membuaikan? Maka, bangkitlah Rasulullah menyampaikan dakwah dengan semua ujian dan rintangannya selama kurang lebih 23 tahun.
Wallahu'alam.
***Dari Mutiara Sirah Nabawiyah ke-14 jika ada pertanyaan atau diskusi bisa disampaikan melalui kolom komentar.
Alhamdulillah, memasuki Maghrib hari ini pertanda kita telah melewati hari pertama Ramadhan???
Mari bersemangat meraih dua target utama Ramadhan, yaitu ketakwaan dan ampunan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
«وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ»
Sungguh rugi seseorang yang bertemu dengan Ramadhan, lalu Ramadhan berlalu dari dirinya sebelum dosa-dosanya diampuni (HR at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim).
Ampunan Allah SWT pada bulan Ramadhan bisa diraih antara lain dengan menunaikan puasa sebaik-baiknya, mengetahui batasan-batasannya dan menjaga diri dari apa saja yang seharusnya dijaga.
Rasulullah SAW bersabda:
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَتَحَفَّظَ فِيهِ كَفَّرَ مَا كَانَ قَبْلَهُ»
Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, mengetahui ketentuan-ketentuannya dan menjaga apa saja yang harus ia jaga selama Ramadhan, akan dihapus dosa-dosanya yang telah lalu (HR Ahmad).
Wallahu'alam.
Pemburu yang diburu.
Last updated 2 days, 9 hours ago
Memaparkan maklumat awal dan kemaskini terkini berkaitan kemalangan, bencana, jenayah dan isu-isu semasa dalam dan luar negara setiap hari.
Last updated 5 days, 2 hours ago
Rakyat Malaysia tunggal di Palestin. Berkongsi kehidupan seharian di Gaza.
Last updated 1 week, 6 days ago