*👑*❌ DI ANTARA JENIS SUAMI YANG BURUK (3)**

_🌸 Berkata Asy-Syaikh Jamal furaihan al-haritsy رحمه الله تعالى ketika menyebutkan di antara jenis-jenis suami yang buruk adalah:_

"Si Kikir yang Pelit kepada Keluarganya dalam Nafkah"

Seorang laki-laki yang telah diberi kelapangan rezeki oleh Allah, tetapi sangat pelit dalam memberi nafkah untuk istrinya.

Allah berfirman: "Dan barang siapa yang dijaga dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Al-Hasyr: 9 & QS. At-Taghabun: 16)

Dikisahkan bahwa Abu Al-Hayyaj Al-Asadi berkata:
"Aku sedang tawaf di Ka’bah, lalu aku melihat seseorang berdoa: ((Ya Allah, lindungilah aku dari kekikiran diriku)). Ia terus mengulanginya tanpa menambah doa lain. Aku bertanya kepadanya, lalu dia menjawab; ((Jika aku dijaga dari kekikiran diriku, maka aku tidak akan mencuri, tidak akan berzina, dan tidak akan melakukan perbuatan keji lainnya)). Ternyata orang itu adalah Abdurrahman bin Auf." (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari 26248 dan Ibn Asakir 35/294).

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi dalam kitabnya Adhwa’ Al-Bayan (4/56) menjelaskan: "Setelah Allah memerintahkan manusia untuk memberi pinjaman yang baik (qardh hasan), lalu membahas tentang hubungan suami-istri serta larangan sifat kikir, ini menunjukkan bahwa memberi nafkah kepada anak dan istri termasuk dalam kategori qardh hasan kepada Allah. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
"Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Apa saja yang kamu nafkahkan dari harta, maka (berikanlah) kepada kedua orang tua, kaum kerabat..." (QS. Al-Baqarah: 215). Orang yang paling dekat setelah orang tua adalah istri dan anak-anak. Rasulullah ﷺ juga menegaskan dalam hadits:
"Tidaklah engkau menginfakkan sesuatu dengan niat mencari wajah Allah kecuali engkau akan mendapatkan pahala atasnya, bahkan untuk sesuap makanan yang engkau berikan ke mulut istrimu." (HR. Bukhari 55, Muslim 1002)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (994), Rasulullah ﷺ bersabda: "Dinar terbaik yang dinafkahkan seseorang adalah dinar yang dia belanjakan untuk keluarganya, dinar yang dia nafkahkan untuk kendaraannya di jalan Allah, dan dinar yang dia belanjakan untuk sahabat-sahabatnya di jalan Allah."

Abu Qilabah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ memulai dengan menyebut nafkah untuk keluarga terlebih dahulu; Ini menunjukkan bahwa nafkah untuk keluarga adalah prioritas utama, karena Rasulullah ﷺ selalu memilih yang terbaik untuk umatnya.

📚 [Risalah tuk Para Suami (hal.24-26)]

ذاك المقتر الشحيح على أهل بيته في الإنفاق

الذي وسع الله عليه في الرزق وقصر الإنفاق على زوجته.
نقول لقد ذم الله البخل والشح فقال تعالى: ﴿وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾ [الحشر: ٩، التغابن: ١٦]
عَنْ أَبِي الحَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ، قَالَ: (كُنْت أَطُوفَ بِالْبَيْتِ، فَرَأَيْتُ رَجُلًا يَقُولُ: اللَّهُمَّ قِنِي شُحَّ نَفْسِي، لَا يَزِيدُ عَلَى ذَلِكَ، فَقُلْتُ لَهُ، فَقَالَ إِنِّي إِذَا وُقِيتُ شُحَّ نَفْسِي لَمْ أَسْرِقْ، وَلَمْ أَزْنِ، وَلَوْ أَفْعَلْ شَيْئًا، وَإِذَا الرَّجُلُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ) (الطبري ۲۶۲۴۸، وابن عساكر ۲۹۴/۳۵).

يَقُولُ الشيخُ محمد الأمين الشنقيطي (أضواء البيان 4/56) رحمه الله: (ومجيءُ الحسِّ على القرضِ الحسنِ هنا بعد قضيةِ الزوجيةِ والأولادِ وتوقي الشحِّ يُشعرُ بأنَّ الإنفاقَ على الأولادِ والزوجةِ إنما هو من بابِ القرضِ الحسنِ مع الله كما في قوله تعالى: ﴿يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلْ مَا أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ﴾ [البقرة: ۲۱۵] وأقربُ الأقربينَ بعدَ الوالدينِ هم الأولادُ والزوجةُ، وفي الحديثِ في الحثِّ على الإنفاقِ «إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ» (البخاري 55، مسلم 1002)) ا.هـ

وكان من صفاتِهِ وأخلاقِهِ صلى الله عليه وسلم أنه جميلُ العشرةِ لنسائِهِ يتلطفُ بهنَّ ويوسعُهُنَّ نفقةً، وفي الحديثِ عند مسلمٍ وغيرِهِ، قال رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «أَفْضَلُ دِينَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ دِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ عَلَى دَابَّتِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى أَصْحَابِهِ

بـــــــــسم اللّــــــه الرّحمن الرّحيم

*💽 Rekaman Kajian Islam Ilmiyah Jeneponto Sulawesi Selatan*

✔ Bersama
Al Ustadz Abu Affan Muhammad Hafizhahullah

🗓 Hari Jum'at,  31 Januari 2025 M / 01  Sya'ban 1446 H

📚 Kitab:
WAHAI MUSLIMAH DENGARLAH NASEHATKU !!!

*🕌 Tempat:*
Masjid Ustman bin Affan,  Pondok Pesantren Darussalaf Jeneponto,
jl. Abdul Muthalib karisa, Kel Empoang Selatan kec Binamu kab Jeneponto

✅ Penyelenggara
Ma'had Darussalaf Jeneponto 

https://t.me/Darussalafjeneponto

🌎📲 Channel Telegram
https://t.me/infokajiansalafysulawesi

DOWNLOAD AUDIO ⬆️

DIANTARA KESALAHAN PARA SUAMI: TERLALU BANYAK MENCELA & MERENDAHKAN ISTRI

🌸 Asy-Syaikh Muhammad bin ibrahim Al-Hamd rahimahullah  berkata:

"Ada sebagian suami yang memiliki kebiasaan buruk mencela istrinya terus-menerus. Segala hal, baik besar maupun kecil, dijadikan bahan kritik. Mulai dari makanan yang disiapkan istrinya dianggap kurang enak, hingga caranya mengurus anak-anak dikritik jika mereka menangis atau berbuat keributan. Bahkan, dia menganggap istrinya gagal atau lalai dalam urusan rumah tangga.

Perilaku seperti ini menempatkan istri dalam situasi yang sulit. Dia merasa tertekan karena dianggap tidak mampu memenuhi harapan suaminya. Jika dia tidak punya kekuatan untuk membela diri atau menjelaskan, yang terjadi adalah dia menyimpan rasa sakit di dalam hati—terjepit antara usaha keras yang tidak dihargai dan rasa sedih karena perlakuan suaminya.

Namun, apakah ini sikap yang bijak? Tentu saja tidak. Kebiasaan mencela tidak pernah datang dari orang yang memiliki akhlak mulia atau hati yang lembut. Sebaliknya, hal ini hanya menciptakan jurang perpecahan dan menanamkan kebencian. Akibatnya, hubungan suami istri bisa hancur perlahan-lahan.

Seorang suami yang bijak akan memilih pendekatan yang lebih lembut. Jika ada kekurangan, dia tidak langsung mengkritik dengan kasar, melainkan memberikan teguran yang penuh kasih sayang. Dia berusaha memahami kesalahan istrinya, memaafkan, dan membantunya menjadi lebih baik tanpa mempermalukannya.

Pepatah mengatakan, “Nasihat yang baik jauh lebih efektif daripada kemarahan yang meledak-ledak.”¹ Dengan sikap yang penuh pengertian, seorang istri akan merasa didukung dan tergerak untuk memperbaiki dirinya. Sebaliknya, jika dia terus-menerus dihujani kritik, rasa cintanya bisa tergantikan oleh kebencian, dan hubungan rumah tangga akan rusak.

Suami yang baik adalah suami yang memilih jalan tengah dalam menyikapi kekurangan istrinya. Dia tidak menuntut kesempurnaan, melainkan mencari kelebihan yang ada pada pasangannya. Sebagaimana dia ingin diterima dengan segala kekurangannya, dia pun berusaha untuk mencintai istrinya dengan kelembutan dan penghargaan.

Manusia tidak akan pernah bisa sepenuhnya terlepas dari kekurangan dan kelemahannya. Maka dari itu, jika kita membebani orang lain dengan tuntutan kesempurnaan yang melampaui batas kemampuan mereka, kita hanya akan menemukan diri kita terus-menerus kecewa. Bukankah kita sendiri juga memiliki banyak kekurangan yang sulit kita perbaiki?

Namun, memahami hal ini tidak berarti seorang suami boleh mengabaikan kesalahan besar istrinya dalam urusan penting, seperti kewajiban agama, menjaga adab yang baik, atau menjalankan tanggung jawab utama. Ada hal-hal yang memang tidak bisa diabaikan dan memerlukan perbaikan.²

Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Berwasiatlah dengan baik kepada para wanita, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya.” {HR. Bukhari (3331) dan Muslim (1468)}

Hadis ini mengajarkan bahwa istri memiliki sifat-sifat tertentu yang mungkin berbeda dengan suaminya. Maka, seorang suami yang bijak harus memahami cara terbaik untuk membimbing istrinya dengan kelembutan dan kasih sayang. Jika dia terlalu keras dalam menegur, dia bisa mematahkan semangat istrinya. Sebaliknya, jika dia membiarkan sepenuhnya tanpa memperbaiki kesalahan, hal ini dapat membawa kepada perpecahan.

Penting untuk menjaga keseimbangan: mengabaikan terus-menerus kekurangan kecil dapat menjadi awal dari kebencian yang mendalam. Oleh karena itu, teguran harus dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan kasih sayang, sehingga membangun hubungan yang harmonis, bukan malah merusaknya.³

Setelah itu, seorang suami yang menggunakan cara ini akan menemukan bahwa kritik dan keluhannya semakin berkurang. Dia merasa lebih tenang, lapang dada, dan damai dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Seperti yang dikatakan oleh Ibn Hibban, “Siapa yang bergaul dengan manusia harus memaafkan kekurangan mereka, menutup mata terhadap kesalahan mereka, dan tidak terlalu berharap kesempurnaan dari mereka.”

? Aisyah radhiyallahu ‘anha menyampaikan,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ كَانَ يَسْأَلُ فِي مَرَضِهِ الَّذِي, مَاتَ فِيْهِ: أَيْنَ أَنَا غَدًا، أَيْنَ أَنَا غَدًا؟ يُرِيْدُ يَوْمَ عَائِشَةَ، فَأَذِنَ لَهُ أَزْوَاجُهُ يَكُوْنُ حَيْثُ شَاءَ فَكاَنَ فِي بَيْتِ عَائِشَةَ حَتَّى مَاتَ عِنْدَهَا.

Di saat sakit yang mengantarkan kepada wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau biasa bertanya, “Di mana aku besok, di mana aku besok?"
Beliau menginginkan tiba hari giliran Aisyah.
Istri-istri beliau pun mengizinkan beliau untuk berdiam di mana saja yang beliau inginkan. Lantas beliau tinggal di rumah Aisyah sampai meninggal di sisi Aisyah. 

? HR. Al Bukhari No. 5217

? https://t.me/NikahItuSunnah

? Syeikh Al Albani rahimahullah  berkata:

الجمع بين الزوجتين صعب جدا في هذا الزمان ،لا أنصح بالزواج المتعدد،لا أنصح المسلم أن يتزوج على امرأته إلا لضرورة من باب مراعاة الواقع

"Mengumpulkan antara dua istri sangatlah sulit pada zaman ini, aku tidak nasehatkan berpoligami, aku tidak menasehatkan kepada seorang muslim memadui istrinya kecuali karena darurat dalam rangka menjaga realita ini."

? Silsilah Al Huda Wan Nur kaset (No 36)

? https://t.me/NikahItuSunnah

SABAR DALAM MENJALANI POLIGAMI

? Asy Syeikh Al Utsaimin rahimahullah:

والمهم أن نصيحتي للنساء ألا يغرن الغيرة العظيمة إذا تزوج الزوج عليهنّ، بل يصبرن ويحتسبن الأجر من الله، ولو تكلفنا وهذه الكلفة أو التعب يكون في أول الزواج، ثم بعد ذلك تكون المسألة طبيعية

Yang penting nasehatku untuk para wanita janganlah cemburu yang berlebihan jika dia dimadu. Hendaknya dia bersabar dan berharap pahala kepada Allah walaupun setengah mati dan berat di awal pernikahannya dengan berjalannya waktu setelahnya suasanya akan biasa-biasa saja.

binothaimeen.net/content/9838

? https://t.me/NikahItuSunnah

*2️⃣*3️⃣4️⃣ MENGAPA ALLAH MENSYARATKAN TA'ADDUD (BERBILANGNYA ISTRI)❓**

_?️ Berkata Al-'Allaamah Muhammad Amin Asy-Syinqithi رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى ketika menjelaskan firman Allah:_

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ..الآية

Sesungguhnya Al-Qur'an ini membimbing kepada jalan yang lurus... {QS. Al-isra: 9}

"Maka Al-Qur'an membolehkan ta'addud (berbilangnya) istri untuk kemaslahatan bagi wanita agar tidak ada dari mereka yang terhalang dari menikah, Dan juga untuk kemaslahatan bagi si lelaki agar tidak terputus manfaat yang didapatkannya, jika adanya 'udzur dengan 1 istri, Serta juga untuk kemaslahatan umat ini agar jumlah mereka menjadi semakin banyak, sehingga memungkinkan mereka untuk melawan musuh-musuhnya, Sehingga Kalimat Allah lah yang Terjunjung Tinggi (hanya agama islam yang Tegak).

Maka ini adalah pensyariatan dari Yang Maha bijaksana lagi Maha Mengetahui, yang tidaklah mencelanya melainkan orang yang Allah butakan hatinya dengan kegelapan kekufuran."

? [Adhwa'ul Bayan (3/497)]

لماذا شرع الله التعدد؟

قال الشيخ محمد الأمين الشنقيطي رحمه الله:
عند تفسيره لقوله تعالى: {إن هذا القرآن يهدي للتي هي أقوم }

فالقرآن أباح تعدد الزوجات لمصلحة المرأة في عدم
حرمانها من الزواج،

ولمصلحة الرجل بعدم تعطل منافعه في حال قيام العذر بالمرأة الواحدة،

‏ ولمصلحة الأمة ليكثر عددها فيمكنها مقاومة عدوها
لتكون كلمة الله هي العليا،

فهو تشريع حكيم خبير لا يطعن فيه إلا من أعمى الله
بصيرته بظلمات الكفر .

#أضواء_البيان: (3/497)