Terjerat pinjaman online?
Sudah banyak Tagihan pinjol legal?
Bingung mau nutup tagihan tapi uang
tabungan sudah terkuras?
CURHAT BERSAMA KAMI, SELESAIKAN MASALAH ANDA
Ceritakan masalah dan riwayat aplikasi apa saja
Silakan Konsultasi ⤵️
@Lodya_desi
The Worst of Evil ✔️
Welcome to Samdal-ri
CH INI GAK DIJUAL!!!
Pp/iklan chat ke @Kangdonggu
Twenty Five Twenty One ✔️
CH INI GAK DIJUAL!!!
Pp/iklan chat ke @Kangdonggu
Sehingga tidak heran jika para penguasa sekalipun, sangat perhatian dengan 'kejernihan berpikir' orang-orang yang akan berinteraksi dengan mereka, baik dari teman maupun musuh.
Abdul Malik bin Marwan, Kholifah Bani Umayyah yang ke-5, ketika menduduki kursi khilafah, beliau mencari seorang yang cerdas untuk mendampinginya. Atas petunjuk dari Al Hajjaj, terpilihlah Imam Asy Sya'bi Amir bin Syurahbil menjadi penasehat sang kholifah.
Karna suatu keperluan Kholifah Abdul Malik mengutusnya ke negeri romawi, menemui kaisar justinian. Sang Kaisar merasa kagum dengan kecerdasan Asy Sya'bi, ketika beliau hendak pulang ke Damaskus, Kaisar bertanya: "Apakah engkau dari keturunan raja?"
"Bukan, saya hanya seorang dari kaum muslimin" jawab Asy Sya'bi.
Kemudian Kaisar menitipkan surat kepada Asy Sya'bi untuk kholifah. Ketika sampai di damaskus Asy Sya'bi menyampaikan semua keperluan kholifah, dan tidak lupa memberikan surat Kaisar. Setelah membacanya Kholifah bertanya: "Tahukah engkau apa isi surat ini?"
"Tidak wahai Amirul mu'minin."
"Dia menulis: 'aku heran dengan orang-orang Arab, kenapa mereka mau mengangkat raja selain orang ini'"
"Dia mengatakan demikian karna belum pernah bertemu anda" jawab Asy Sya'bi khawatir sang Kholifah marah karna ucapan Kaisar "Kalau dia pernah bertemu dengan anda, dia tidak akan berkata demikian"
"Tahukah engkau kenapa Kaisar menulis surat seperti ini?" Tanya Kholifah Abdul Malik.
"Tidak wahai Amirul mukminin"
"Dia menulis surat seperti ini karna iri kepadaku, lantaran aku memiliki pendamping sepertimu. Lalu dia ingin memancing kemarahanku, sehingga aku menyingkirkanmu" jelas Kholifah.
Tak berselang lama, Kaisar pun mendengarnya, "Demi Allah, tidak ada maksud lain dariku selain itu" ungkap Kaisar.
Betapa sempurnanya lingkaran kehidupan Kholifah Abdul Malik, ia memiliki seorang teman yang sangat cerdas, terbukti kecerdasannya diakui oleh kawan dan lawan.
Ia juga memiliki musuh yang cerdas, walaupun Kaisar dipenuhi dengan kedengkian terhadap Kholifah karna memiliki pendamping yang cerdas, Kaisar tidak gegabah, apalagi bertindak bodoh.
Untuk menyingkirkan Asy Sya'bi dari Kholifah, Kaisar tidak membunuhnya, karna ia tahu tindakan itu (membunuh utusan) merupakan deklarasi perang di zaman itu, jika ia membunuhnya maka akan terjadi kekacauan. Maka dengan akal cerdasnya ia menyusun rencana jitu namun licik, Kaisar memancing amarah Kholifah agar Kholifah sendiri yang membunuh Asy Sya'bi.
Namun betapa cerdasnya Kholifah Abdul Malik, ia mengetahui tipu muslihat sang Kaisar, sehingga ia pun bisa menghindari jebakannya.
'Musuh yang' cerdas lebih baik karna ia bisa diajak untuk melakukan suatu kesepakatan yang tidak merugikan kedua belah pihak.
Berbeda dengan 'teman yang bodoh', perilakunya tidak bisa diduga, temannya berharap kebaikan darinya, ternyata dia melakukan tindakan bodoh yang merugikan dia dan temannya.
Kisah beruang dan tuan
Al Ustadz Abdul Hakam At Tamimi
Dikisahkan dengan versi yang berbeda, pepatah ini memiliki asal usul yang lain.
Masih tentang perjalanan safar seorang laki-laki. Di tengah perjalanan, ia menemukan seekor beruang yang terikat di sebuah pohon¹.
Karna merasa iba, ia melepaskan beruang itu dari tali yang mengikatnya, kemudian memberinya makan dan minum dari bekal safarnya.
Sejenak setelahnya ia meninggalkan beruang itu dan tidur di bawah naungan pohon si beruang.
Merasa berhutang budi dengan sang tuan, beruang berkata dalam hatinya: "Tuan ini sudah membantuku, aku harus membalas kebaikannya, setidaknya aku akan menjaganya, agar tidak ada yang mengganggu ketika ia tidur."
Benar saja, datanglah seekor lalat hinggap di wajah sang tuan, beruang mengusirnya dengan tenang, lalat pun terbang. Namun tidak cukup sampai disitu, lalat hinggap lagi di wajah sang tuan, beruang masih sabar mengusirnya.
Kejadian itu terulang berkali-kali, sampai habis lah kesabaran beruang, ia ingin membunuh lalat. Ia mengambil batu besar, dan mencari lalat itu, namun ternyata lalat ada di kepala tuannya.
Dengan kebodohan si beruang, ia tetap memukulkan batu besar kepada lalat, dan tidak tanggung-tanggung, ia mengerahkan semua tenaganya untuk memukul lalat.
Dan itulah akhir riwayat hidup dari sang tuan.
Al Amtsal Asy Syu'abiyah (4/313)
¹Beruang sendiri oleh orang-orang dijadikan pepatah untuk lambang kebodohan.
Dikisahkan pada masa lalu, seorang arab badui bersama seorang temannya yang bodoh, menempuh perjalanan panjang melewati padang pasir, menuju Makkah.
Sebagian besar bekal mereka sudah habis. Yang tersisa hanyalah satu qirbah air (botol yang terbuat dari kulit), hanya cukup untuk perjalanan dua hari.
Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang, keduanya merasa sangat haus, si badui meminta qirbah airnya. Ketika diberikan kepadanya, si badui kaget bukan kepalang, ternyata air dalam qirbah habis tidak tersisa sedikit pun.
Si badui bertanya dengan penuh penasaran "Mana bekal air kita?"
Temannya menjawab dengan tanpa merasa bersalah "Tadi di tengah perjalanan aku menemukan sebatang pohon yang sangat kering, kemudian aku siram dengan air kita. Aku ingin mendapat pahala dari siraman itu"
Betapa terkejutnya si badui, dengan emosi meluap-luap dia menatap temannya. Kemudian ia menamparnya, dan berkata: "Musuh yang cerdas lebih baik dari teman yang bodoh"
Diriwayatkan tentang asal muasal pepatah ini, bahwa pada suatu hari, dua orang lelaki pergi bersama untuk berburu. Di tengah perjalan, mereka melihat bayangan hitam dari kejauhan yang tertutup ranting-ranting pohon. Karna penasaran dengan bayangan…
Diriwayatkan tentang asal muasal pepatah ini, bahwa pada suatu hari, dua orang lelaki pergi bersama untuk berburu.
Di tengah perjalan, mereka melihat bayangan hitam dari kejauhan yang tertutup ranting-ranting pohon.
Karna penasaran dengan bayangan tersebut mereka saling menebak, hewan apa itu?
"Bayangan itu adalah burung gagak (غراب)" kata salah seorang diantara mereka yang memiliki pandangan lebih tajam.
"Bukan, itu kambing (عنز)" jawab temannya.
Masing-masing dari keduanya bersikeras dengan pendapatnya, mereka berdebat sambil berjalan mendekati bayangan itu.
Ketika telah dekat dari bayangan, ternyata bayangan itu terbang, karna takut dengan kedatangan mereka, dan tentu saja itu adalah burung gagak.
"Benarkan apa yang aku bilang, itu adalah gagak"
Temannya tidak terima dan tetap ngeyel "Itu kambing walaupun terbang."
Al Amtsal Asy Syu'abiyah (4/430-431)
(عَنْزٌ وَ لَوْ طَارَتْ)
"(Itu) kambing walaupun terbang"
Demikian ucap orang yang tidak mau mengalah itu, dia tetap kokoh diatas ucapannya (baca: ngeyel) walaupun bukti nyata sudah di hadapan mata.
(لِكُلِّ صَارِمٍ نَبْوَةٌ وَلِكُلِّ جَوَادٍ كَبْوَةٌ وَلِكُلِّ عاَلِمٍ هَفْوَةٌ)
"Tiap pedang yang tajam bisa meleset, tiap kuda bisa tergelincir dan tiap yang berilmu bisa salah”
Pepatah ini disebutkan bahwa yang pertama kali mengucapkannya adalah Ayyub bin Yazid bin Qois digelari dengan sebutan Ibnul Qiriyyah (putranya Al Qiriyyah), sedangkan Al Qiriyyah adalah nama ibunya.
Ayyub ini adalah seorang arab badui yang ummiy (buta huruf, tidak bisa baca tulis). Namun ia dikenal fasih berbahasa arab, serta sangat pandai berdialog -sebagaimana keumuman orang-orang arab badui- Saking fasihnya ia dijadikan perumpamaan untuk orang yang fasih. Ketika melihat orang yang fasih maka orang-orang akan berkata:
إِنَّهُ أَبلَغُ مِنْ ابْنِ الْقِرِيَّةِ
"Fulan itu lebih fasih dari Ibnul Qiriyyah"
Adapun latar belakang ia mengucapkan ucapannya yang kemudian hari oleh orang-orang setelahnya dijadikan pepatah adalah; bahwa dahulu ia termasuk jajarannya Al Hajjaj bin yusuf Ats Tsaqofi, bahkan termasuk teman duduk amir tsb.
Namun siapa sangka, ternyata hubungan antara sang amir dan si arab badui mengalami keretakan, bukan karna sebab sepele, tapi karna Ibnul Qiriyyah ikut memberontak Al Hajjaj bersama Ibnul Asy'ats¹.
Ibnul Qiriyyah pun mengkhawatirkan keberlangsungan hidupnya, segera ia memelas, meminta maaf kepada Al Hajjaj, terjadilah perbincangan yang panjang diantara keduanya, sampai Ibnul Qiriyyah mengatakan: "Izinkan aku merangkai beberapa kalimat yang bisa menjadi matsal (pepatah) untuk orang-orang yang hidup setelahku."
Al Hajjaj: "Silahkan."
Ibnul Qiriyyah:
لِكُلِّ جَوَادٍ كَبوَةٌ وَلِكُلِّ شُجَاعٍ نَبوَةٌ وَلِكُلِّ كَرِيمٍ هَفْوَةٌ
"Setiap kuda bisa tergelincir, setiap pemberani bisa kalah, dan setiap yang bermartabat bisa salah"
Al Hajjaj akhirnya mau memaafkan Ibnul Qiriyyah.
Pepatah di atas sangat mirip dengan pepatah yang sering kita dengar: "Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga" tidak ada tupai melompat dan trus melayang tanpa terjatuh.
Juga serupa dengan pepatah "Tak ada gading yang tak retak" terlepas dari pertanyaan 'benarkah setiap gading retak?', atau 'apakah yang dimaksud adalah gading gajah atau selainnya?' terlepas dari semua pertanyaan itu, pepatah ini juga sangat masyhur di Indonesia.
Pepatah-pepatah diatas memiliki ma'na yang sama, yaitu; "tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kekurangan, setiap yang memiliki kelebihan pasti terdapat kekurangan padanya"
Hal ini sejalan dengan sunnatullah (ketetapan Allah) yang berlaku untuk para makhluk-Nya. Tidaklah Allah melebihkan sesuatu, melainkan pasti memberinya kekurangan. Bukan tanpa hikmah, melainkan agar para makhluk benar-benar memberikan ubudiyah (penghambaan) mereka hanya kepada Dzat Yang Maha Sempurna.
ولله المثل الأعلى وهو العزيز الحكيم
"Hanya milik Allah sifat yang paling sempurna dan Dia-lah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" [Q.S. An Nahl:60]
Sahabat anas pernah menceritakan Al Adhba' (nama unta milik Rosululloh) yang tidak pernah kalah dalam berlari. Suatu hari datanglah seorang badui dan mengajak Nabi berlomba dengan untanya, dan ternyata Al Adhba' kalah berlari dalam perlombaan itu. Para sahabat pun gusar. Melihat wajah para sahabat yang gelisah, Nabi menenangkan mereka, beliau bersabda:
حق على الله أن لا يرتفع شيء من الدنيا إلا وضعه
"Sudah menjadi kepastian bagi Allah untuk tidak meninggikan suatu makhluk melainkan akan menurunkannya juga"
وتلك الأيام نداولها بين الناس
"Demikianlah hari-hari itu (kemenangan & kekalahan, kelebihan & kekurangan) kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka bisa mengambil pelajaran)" [Q.S. Ali Imron:140]
Namun perlu diperhatikan, terdapat pepatah yang sekilas mirip dengan pepatah-pepatah diatas, namun berbeda. Yaitu "Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga" berma'na 'bagaimanapun cara menutupi kejelekan akhirnya terbongkar juga'
¹Kisah pemberontakan Ibnul Asy'ats dalam buku-buku sejarah cukup masyhur.
Terjerat pinjaman online?
Sudah banyak Tagihan pinjol legal?
Bingung mau nutup tagihan tapi uang
tabungan sudah terkuras?
CURHAT BERSAMA KAMI, SELESAIKAN MASALAH ANDA
Ceritakan masalah dan riwayat aplikasi apa saja
Silakan Konsultasi ⤵️
@Lodya_desi
The Worst of Evil ✔️
Welcome to Samdal-ri
CH INI GAK DIJUAL!!!
Pp/iklan chat ke @Kangdonggu
Twenty Five Twenty One ✔️
CH INI GAK DIJUAL!!!
Pp/iklan chat ke @Kangdonggu