Menebar Kajian Sunnah

Description
Pembina : • Ustaz Wiwit Hardi P
• Ustaz Yulian Purnama
Advertising
We recommend to visit

Memaparkan maklumat awal dan kemaskini terkini berkaitan kemalangan, bencana, jenayah dan isu-isu semasa setiap hari.

Last updated 1 month ago

Rakyat Malaysia tunggal di Palestin. Berkongsi kehidupan seharian di Gaza.

Last updated 1 month ago

My DragonForce
-x Hak Milik Rakyat Malaysia x-

Last updated 1 week, 2 days ago

1 month ago

MARI BERLOMBA MERAIH SHAF PERTAMA

Shalat berjamaah adalah ibadah yang sangat agung. Tentunya seseorang berharap akan mendapat pahala yang maksimal dalam melaksanakan ibadah ini. Salah satu yang penting untuk diperhatikan adalah berusaha untuk berada di shaf pertama. Terdapat keutamaan tersendiri bagi orang yang berada di barisan pertama dalam shalat berjamaah.

Keutamaan Shaf Pertama

Terdapat dalil-dali yang menunjukkan keutamaan shaf pertama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصُّفُوْفِ اْلأُوَلِ

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang shalat di shaf pertama.” (HR. Abu Dawud, shahih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إلاَّ أنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا

“Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidaklah akan medapatkannya kecuali dengan diundi, niscaya pasti mereka akan mengundinya.“ (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan adanya keutamaan dan pahala khusus pada shaf pertama, dan bolehnya undian untuk mendapatkannya jika diperlukan. 

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

خيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا ، وَشَرُّهَا آخِرُهَا ، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا ، وَشَرُّهَا أوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek adalah yang paling belakang. Sebaik-baik shaf bagi wanita adalah yang paling belakang, dan yang paling jelek adalah yang paling depan.“ (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan keutamaan shaf pertama bagi laki-laki. Hal ini juga menunjukkan bahwa amal itu bertingkat-tingat yang sekaligus juga menunjukkan bahwa pelaku amal bertingkat-tingkat. 

Imam An Nawawi rahimahullah menjelasakan bahwa shaf yang jelek pada laki-laki maupun wanita artinya sedikit pahala dan keutamaanya, karena berada pada posisi yang semakin jauh dari yang diperintahkan syariat. Adapun yang dimaksud dimaksud shaf pertama adalah shaf yang berada di belakang imam, baik orang itu datang ke masjid di awal waktu maupun datang belakangan. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa patokan shaf pertama adalah ditinjau dari awal kedatangannya ke masjid meskipun dia shalat di barisan belakang, maka ini tidak tepat. (Lihat Syarh Shahih Muslim)

Sumber: https://muslim.or.id/57969-mari-berlomba-meraih-shaf-pertama.htm

📲 Follow Us:
https://t.me/kajianislamchannel
https://instagram.com/kajianislam_channel

1 month, 1 week ago

📝 KAPANKAH DOSA KECIL MENJADI DOSA BESAR?

Dosa kecil menjadi dosa besar pada lima keadaan berikut ini:

  1. Terus menerus.

Melakukan dosa kecil secara terus menerus menjadikannya besar.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak terus menerus melakukan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imraan [3]: 135).

  1. Meremehkan dosa.

Disebutkan hadits dalam Shahih Bukhari,
عَنْ أَنَسٍ – رضى الله عنه – قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُوبِقَاتِ
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya kalian melakukan suatu amalan dan menyangka bahwa itu lebih tipis dari rambut. Namun kami menganggapnya di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sesuatu yang membinasakan.” (HR. Bukhari no. 6492).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ

“Sesungguhnya orang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti ketika duduk di bawah gunung, dia takut kalau gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun orang yang fajir melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat (terbang) di depan hidungnya.” (HR. Bukhari no. 6308).

  1. Merasa gembira dengan dosa.

Merasa gembira dengan dosa menyebabkan pelakunya tidak bertaubat dan terus menerus melakukannya. bahkan ketika ia terluput dari dosa, ia akan merasa sedih. padahal kata Rasulullah:
Barang siapa yang merasa gembira dengan kebaikannya dan merasa sedih dengan keburukannya maka ia adalah mukmin. HR Ahmad.

  1. Terang terangan berbuat dosa.

عن سالم بن عبد اللّه قال: سمعت أبا هريرة يقول سمعت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم- يقول: كلّ أمّتي معافى إلّا المجاهرين، وإنّ من المجاهرة أن يعمل الرّجل باللّيل عملا، ثمّ يصبح وقد ستره اللّه فيقول: يا فلان عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربّه، ويصبح يكشف ستر اللّه عنه

Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” HR Bukhari dan Muslim.

  1. Yang melakukannya adalah seorang pemuka yang diikuti.

مَنْ سَنَّ فِي الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْقَصَ مِنْ أُجُوِْرِهمْ شَيْءٌ. وَمَنْ سَنَّ فِي الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْقَصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ.

“Barangsiapa mencontohkan suatu perbuatan baik di dalam islam, maka ia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkannya setelahnya dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa mencontohkan suatu perbuatan buruk di dalam islam, maka ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.”
(HR Muslim.)

✏️ Ustaz Badrusalam hafizhahullah

📲 Follow Us:
https://t.me/kajianislamchannel
https://instagram.com/kajianislam_channel

1 month, 1 week ago

Seseorang Akan Meninggal Sesuai Dengan Kebiasaannya, Maka Biasakan Yang Baik-baik

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan satu kaidah saat mentafsirkan Surat Ali ‘Imran Ayat 102.

Beliau menuturkan : "Jagalah islam kalian dalam kondisi sehat kalian, agar kalian wafat dalam keadaan tersebut. karena sesungguhnya Allah sudah menjalankan sunnatullahnya, kebiasaan Nya. kaedah yang Allah jalankan dalam kehidupan kita di dunia adalah sebuah kaidah "Man 'Aasya Ala Syaiin Maata Alaihi" barangsiapa yang hidup atas sesuatu maka dia akan meninggal dengan kebiasaannya.

Maka barangsiapa yang gemar bermaksiat dia akan dimatikan dalam kondisi tersebut dan sebaliknya apabila seseorang selalu di atas ketaatan kepada Allah maka dia akan mati dalam kondisi tersebut pula"

Faedah kajian Ustaz Dr. Firanda Andirja hafizhahullah

Sumber: Bimbinganislam.com

📲 Follow Us:
https://t.me/kajianislamchannel
https://instagram.com/kajianislam_channel

1 month, 2 weeks ago

PERBEDAAN SURAH AL-FALAQ DAN AN-NAS
(DAHSYATNYA MU'AWIDZATAIN)

Ibnul Qayyim mengatakan, "Surah Al-Falaq berisi meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan yang berasal dari luar (FAKTOR EKSTERNAL), semisal tipu daya jin dan manusia, serta hewan-hewan yang mengganggu.

Adapun Surah An-Nas, berisi meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan yang berasal dari dalam diri (FAKTOR INTERNAL), semisal was-was dan sakit."

Maka, hendaknya seorang muslim merutinkan membaca mu'awidzatain ini agar terjaga dan terlindungi dari berbagai macam kejelekan.

2 surah ini bisa dibaca di waktu pagi dan petang, setelah salat, dan sebelum tidur.

Oleh karenanya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda (yg artinya), "Tak ada seorang pun yang berlindung (dari segala macam kejelekan), semisal orang yang berlindung dengan (surah-surah) tersebut." [As-Sunan Al-Kubro karya An Nasa-i No. 7797]

Faedah kajian dari kitab Syarah Al-Ushul Tsalatsah karya Syaikhoh bintu Muhammad Al-Qosim.

📲 Follow Us:
https://t.me/kajianislamchannel
https://instagram.com/kajianislam_channel

1 month, 2 weeks ago

Apabila setelah Ramadhan kita masih rutin membaca Al Qur’an meski hanya sehalaman, sholat malam meski hanya sholat witir, mengiringi puasa Ramadhan dengan puasa 6 hari di bulan syawal.

Yang demikian merupakan salah satu indikasi diterimanya amal ibadah kita di bulan Ramadhan kemarin.

Karena sesungguhnya tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan lagi setelahnya,

Sebagaimana Allah berfirman,

هَلۡ جَزَآءُ الْاِحۡسَانِ اِلَّا الۡاِحۡسَانُ‌

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). [Ar-Rahman : 60]

✏️ Ustaz Boris Tanesia hafizhahullah

📲 Follow Us:
https://t.me/kajianislamchannel
https://instagram.com/kajianislam_channel

1 month, 2 weeks ago

ORANG YANG MENDAPATKAN KENIKMATAN

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Orang yang diberikan kenikmatan kepada mereka itu adalah orang yang mengambil ilmu dan amal. Adapun orang yang dimurkai adalah orang-orang yang mengambil ilmu dan meninggalkan amal. Dan orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang mengambil amal namun meninggalkan ilmu.” (lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 25)

📲 Follow Us:
https://t.me/kajianislamchannel
https://instagram.com/kajianislam_channel

1 month, 2 weeks ago

Lima Faedah Puasa Syawal

- Faedah pertama: Puasa syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”[1]

Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh, -pen) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan).[2] Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا) »

“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal][3].”[4] Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal.[5] Inilah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan pada umat Islam.

- Faedah kedua: Puasa syawal seperti halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib

Yang dimaksudkan di sini bahwa puasa syawal akan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa wajib di bulan Ramadhan sebagaimana shalat sunnah rawatib yang menyempurnakan ibadah wajib. Amalan sunnah seperti puasa Syawal nantinya akan menyempurnakan puasa Ramadhan yang seringkali ada kekurangan di sana-sini. Inilah yang dialami setiap orang dalam puasa Ramadhan, pasti ada kekurangan yang mesti disempurnakan dengan amalan sunnah.[6]

- Faedah ketiga: Melakukan puasa syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan

Jika Allah subhanahu wa ta’ala menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan menunjuki pada amalan sholih selanjutnya. Jika Allah menerima amalan puasa Ramadhan, maka Dia akan tunjuki untuk melakukan amalan sholih lainnya, di antaranya puasa enam hari di bulan Syawal.[7] Hal ini diambil dari perkataan sebagian salaf,

مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا

“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”[8]

Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan perkataan salaf lainnya, ”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”[9]

- Faedah keempat: Melaksanakan puasa syawal adalah sebagai bentuk syukur pada Allah

Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadhan. Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan shalat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah, begitu pula dengan amalan menghidupkan malam lailatul qadr di akhir-akhir bulan Ramadhan?!

- Faedah kelima: Melaksanakan puasa syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu dan bukan musiman saja[14]

Sumber https://rumaysho.com/527-lima-faedah-puasa-syawal.htmla

_____

https://t.me/kajianislamchannel
https://instagram.com/kajianislam_channel

1 month, 2 weeks ago
Menebar Kajian Sunnah
1 month, 3 weeks ago

📝 FIKIH RINGKAS ZAKAT FITRI

  1. Boleh disebut "zakat fitri" boleh juga disebut "zakat fitrah"

  2. Zakat fitri hukumnya wajib. Orang yang wajib mengeluarkan zakat fitri adalah orang yang Muslim, merdeka, berakal dan memiliki makanan yang cukup untuk malam Id sampai hari Id. Inilah syarat wajib zakat fitri.

  3. Orang yang tidak punya makanan untuk malam Id sampai hari Id, maka ulama ijma dia tidak wajib bayar zakat fitri

  4. Kepala keluarga bertanggung-jawab membayarkan zakat fitri untuk anggota keluarga yang ia nafkahi.

  5. Disunnahkan membayar zakat fitri untuk janin jika sudah ditiupkan ruh.

  6. Boleh membayarkan zakat fitri orang lain (yang tidak wajib dinafkahi), namun wajib sepengetahuan orang tersebut

  7. Zakat fitri dibayarkan berupa makanan pokok yang dimakan penduduk negeri. Tidak boleh membayar zakat fitri dengan uang.

  8. Kadar yang dibayarkan per orang adalah 1 sha' = 3kg.

  9. Boleh mewakilkan pembayaran zakat fitri kepada orang lain, semisal kepada pengurus masjid. Boleh dengan menyerahkan uang kepada wakil tersebut, lalu si wakil membelikan makanan pokok yang diserahkan kepada mustahiq.

  10. Waktu pembayaran zakat fitri:

  11. Rentang waktu wajib: mulai tenggelam matahari bulan Ramadhan hingga sebelum shalat Id dimulai
  12. Rentang waktu afdhal (utama) : setelah fajar 1 syawal hingga sebelum shalat Id dimulai
  13. Rentang waktu boleh: 1 atau 2 hari sebelum lebaran.
  14. Ada khilaf ulama tentang apakah boleh membayar zakat fitri lebih awal dari 2 hari sebelum lebaran. Pendapat yang rajih, boleh jika ada kebutuhan atau kesulitan.

  15. Yang berhak menerima zakat fitri adalah orang fakir dan miskin.

  16. Bisa jadi ada orang yang membayar zakat fitri (karena terpenuhi syarat wajib), namun ia juga menerima zakat fitri karena tergolong miskin.

  17. Boleh membayarkan zakat fitri langsung kepada yang berhak menerimanya, boleh diserahkan kepada amil zakat (yang resmi dari pemerintah), boleh juga diwakilkan kepada orang lain. Pengurus masjid statusnya wakil, bukan amil zakat. Maka tidak tidak berhak mengambil bagian dari zakat, kecuali ia fakir atau miskin.

  18. Tidak disyaratkan mengucapkan lafadz ijab-qabul seperti "ini zakat dari saya dan keluarga saya ... dst". Juga tidak disyaratkan bersalaman. Sekedar ada niat dan penyerahan itu sudah sah.

  19. Boleh membayarkan zakat dari satu orang, dipecah ke beberapa orang. Boleh juga zakat dari beberapa orang, dibayarkan ke satu orang.

Wallahu a'lam.

✏️ Ustaz Yulian Purnama hafizhahullah

_____

https://t.me/kajianislamchannel
https://instagram.com/kajianislam_channel

Telegram

Menebar Kajian Sunnah

Pembina : • Ustaz Wiwit Hardi P • Ustaz Yulian Purnama

***📝*** FIKIH RINGKAS ZAKAT FITRI
We recommend to visit

Memaparkan maklumat awal dan kemaskini terkini berkaitan kemalangan, bencana, jenayah dan isu-isu semasa setiap hari.

Last updated 1 month ago

Rakyat Malaysia tunggal di Palestin. Berkongsi kehidupan seharian di Gaza.

Last updated 1 month ago

My DragonForce
-x Hak Milik Rakyat Malaysia x-

Last updated 1 week, 2 days ago